Friday, June 29, 2018

√ 8 Aktifitas Di Pulau Weh Yang Niscaya Akan Kau Rindukan Sehabis Kau Kunjungi

Pulau Weh merupakan salah satu destinasi wisata yang sanggup dikunjungi ketika berkunjung ke Sabang. Ada banyak Aktiviti yang sanggup kau lakukan di Pulau Weh mirip menyelam, mendaki gunung, ataupun hanya bersantai di pantai. Berikut aktifitas-aktifitas yang niscaya akan kau rindukan di kemudian hari.


1. Bersantai di Pantai Iboih


Pertama datang, pandangan saya pribadi terfokus pada keriuhan di daerah ini. Maklum, disini yakni daerah berkumpulnya orang-orang yang ingin berkunjung ke Iboih bertemu dengan ramainya pasar rakyat yang menyuguhkan warung makan yang bangkit berdampingan, toko suvenir, penjual sayur dan buah-buahan, mesin ATM, hingga kafe yang menyuguhkan live music di dalamnya.


Hah.. Hah.. Hah..” Walaupun kondisi jalan setapak tidak terlalu terjal, tapi barang bawaan saya yang banyak dan berat cukup menguras energi.


Bang! Mau kemana? Disini murah bang! Mampir saja dulu!” celoteh pemilik daerah penginapan sambil melambaikan tangannya mengundang saya untuk bermalam disana.


Penginapan-penginapan di sini bangkit di atas bukit menghadap langsung pemandangan birunya air laut. Saat siang cahaya keperakan di permukaan maritim yang memantulkan sinar matahari menciptakan saya benar-benar bersyukur di lagirkan di negeri seindah ini.


2. Mengunjungi rumah nemo di Pulau Rubiah


Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5 menit untuk menyeberang dari Iboih menuju Pulau Rubiah. Kapal bersandar di dermaga kemudian saya beserta rombongan pun bergegas turun untuk bertemu dengan seorang tour guide yang akan membawa kami ke “rumah” nemo.


Coba di cek masker, fin, dan pelampungnya. Kalau sudah pas, kita berguru snorkeling dulu sebentar,” kata tour guide kami.


Setalah berlatih sebentar, kami berenang mengikuti tour guide. Setalah agak di tengah,  tiba-tiba tour guide memerintahkan saya dan rombongan untuk berhenti. Dia menunju sepasang nemo berwarna oranye menyala sedang bermain di atas anemon laut. Satu persatu dari kami mencopot alat pelampung untuk diberi alat pemberat di pinggang semoga sanggup menyelam dan berfoto bersama nemo.


3. Pantai Sumur tiga, garis pantai terpanjang di Pulau Weh


Mentari bersinar cerah di pagi hari, saya pun bergegas pergi ke Pantai Sumur Tiga dengan mengendarai mobil. Sepanjang perjalanan saya ditemani dengan hamparan bukit yang hijau disertai dengan halusnya jalanan beraspal.


Sesampainya disana, saya menuruni anak tangga untuk hingga ke bawah. Hamparan pohon kelapa yang berjejer menciptakan suasana begitu rindang.   Tak salah memang jikalau pantai ini menyandang gelar pantai dengan garis pantai terpanjang di Pulau Weh, sejauh mata memandang yang tampak hanya pasir putih yang terhampar luas dan birunya air maritim disertai ombak yang tenang. Membutuhkan waktu yang cukup untuk sanggup menyusuri panjangnya pantai ini.


Karena terbatasnya waktu, saya bergegas menaiki anak tangga. Di sini ada sebuah sumur air tawar yang dipakai pengunjung untuk membilas badan dari lengketnya air laut. Airnya cukup higienis dan segar. Di kota-kota besar mungkin kita tak sanggup lagi menjumpai sumur mirip ini.


4. Mengembalikan memori Perang Dunia II Pantai Anoi Itam


Tidak jauh dari Pantai Sumur Tiga ke arah selatan, sekitar 30 menit berkendara saya dibentuk takjub oleh tampilan kokohnya sebuah benteng peninggalan Jepang. Tersembunyi di antara bukit karang dan pepohonan, menciptakan benteng ini sangat strategis untuk mengintai musuh.


Saya lanjut melangkah. Ada sebuah bukit di sini, pemandangan dari puncaknya niscaya luar biasa. Benar saja, sesampainya di puncak bukit, saya merebahkan diri di hijaunya rerumputan sementara angin membelai disambut daun-daun yang berjatuhan. Mendengar deburan ombak yang saling bersahutan. Menanti momen matahari tenggelam.


5. Berfoto dengan gelembung Pantai Aneuk Laot


Jantung saya berdegup kencang sekaligus ingin tau ketika pemandu membawa kami untuk snorkeling di atas gunung berapi bawah laut. Maklum, ini pertama kali saya berenang di daerah mirip ini.


Byur!


Aman! Ayo turun,” kata pemandu kami. Kami pun turun masih menggunakan jaket pelampung dengan muka yang masih tegang. Saya mencoba memasukan kepala saya ke dalam air untuk melihat seberapa dalam daerah ini. Dan saya tidak sanggup menemukan dasarnya sebab air disini tidak terlalu jernih.


Pak, saya mau foto di dalam air, sanggup nggak?” tanya saya.


Bisa! Tapi lepas pelampungmu, ya!” Saya pun mencoba melepas pelampung dengan berpegangan kepada saudara saya yang masih mengenakan pelampung.


1,2.3… Byurrr! Saya masuk ke dalam air dan menahan napas untuk beberapa detik demi mendapat foto terbaik dengan gelembung yang muncul dari dasar permukaan.


6. Eksotisme jurang bawah maritim di Canyon


Pada animo tertentu, ombak di Canyon cukup besar. Saya belum sanggup menyelam, maka saya kembali ber-snorkeling ria di Canyon ini. Ombak yang besar menciptakan saya terombang ambing berusaha mengikuti pemandu kami. Tebing-tebing yang curam menjorok ke maritim menjadi pemandangan menakjubkan selama snorkeling di Canyon.


Tujuan kami untuk pergi ke goa kelelawar dengan cara berenang. Kami harus bersusah payah dan berusaha berenang sekuat tenaga untuk hingga kesana. Arus yang deras menghempaskan badan kami ke kerasnya bebatuan. Mengakibatkan luka dan memar di kaki kami.


Setelah snorkeling, pemandu kami  berkata, “sebenarnya saya gres pertama kali bawa tamu kesini. Untungnya tidak terjadi apa-apa.”


7. Rujak Klah yang melegenda di Pantai Klah


Selama berkendara di Pulau Weh, saya serasa menggoreskan sebuah cat minyak di atas kanvas. Begitu banyak keindahan alam yang tidak sanggup dituangkan dengan kata-kata. Mobil yang kami pakai berhenti di rumah kayu sederhana dengan dingklik rotan menghadap ke hijaunya pepohonan dan birunya maritim hening yang mengapit sebuah pulau yang menjulang di tengahnya.


Kita dimana Pak?” tanyaku.


Kita akan makan Rujak Klah. Disini Rujak Klah sangat terkenal dan melegenda,” sahut pak supir.


Rujak Klah ini disajikan dengan kuah sambal kacang yang kental. Buahnya segar, tak terlalu masam, namun juga tak terlalu matang, pas! Berbeda dengan rujak di Jawa yang di sela-sela rasa pedas masih terasa sensasi manisnya -sebagian besar kuliner olahan Jawa memang manis, Rujak Klah mempunyai cita rasa pedas yang khas. Pedasnya menyegarkan, tak menciptakan perut panas.


8. Titik batas paling Barat Indonesia, Tugu 0 Kilometer


Rasa besar hati memuncak ketika  berhasil hingga di Tugu 0 Kilometer, titik penanda paling barat, tapal batas wilayah Indonesia dengan negara lain. Sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah lautan yang luas serta riak-riak kecil ditemani sekumpulan awan yang menghiasi langit yang cerah.


Abang mau akta nggak?” tanya pak supir kepada saya.


Sertifikat apa bang? Berapa?” balasku menjawab.


Sertifikat Tugu 0 Kilometer bang! Harganya Rp 30.000,- aja.Lumayan buat pamer ke teman-teman,” jawab pak supir.


Wah boleh bang! Kapan lagi saya sanggup kesini lagi soalnya! Saya ambil pas pulang ya bang!”


Mobil diparkir pada tempatnya dan kami pun turun dengan bergegas keluar dari kendaraan beroda empat untuk sanggup melihat dari akrab tugu ini. Suasana di tugu ini menyerupai pasar ahad ketika selesai pekan. Warung makan, toko penjual kelapa muda, toko suvenir, toko baju, hingga penyedia jasa foto berhamburan untuk menarik minat pengunjung yang ingin menggunakan jasanya.


Ayo cepat! Mumpung kosong! Kita ambil foto di tugu ini! Ada tanda tangan B.J. Habibie lho!”celoteh seorang ibu kepada anaknya. Tugu ini memang sangat populer. Cukup banyak orang mengantri untuk berfoto di tugu ini.



Sumber https://phinemo.com