Bunga Bangkai: Konservasi Amorphophallus Titanum di Bengkulu – Di #FamtripBengkulu setelah mengunjungi Bunga Rafflesia Arnoldii yang mekar menyambut kami, mengisi perut di Lesehan Pancur, menelusuri Taman Bunga Inaya dan Danau Mas Harun Bastari, kami pun pribadi diantar menuju Desa Tebat Monok, Kabupaten Kepahiang KM 54, Bengkulu.
Tujuannya tak lain untuk menyaksikan pribadi Bunga Bangkai di Konservasi Amorphophallus Titanum.
Sore itu, meski sudah cukup lelah di perjalanan panjang dari kota masing-masing, kami masih sangat antusias untuk menyaksikan pribadi bunga raksasa tersebut.
Baca Juga: Fort Marlborough: Saksi Sejarah Kekuasaan Inggris di Bumi Rafflesia Bengkulu
Taman Konservasi Amorphophallus Titanum ini sendiri merupakan milik seorang warga lokal berjulukan Bapak Holidin. Beliau juga merupakan penjaga Bunga Bangkai yang kami kunjungi sebab kebetulan bunga tersebut tumbuh di atas tanah miliknya.
Jalanan menurun dari pinggir jalan tak jauh kami tempuh untuk segera mendapatinya. Bentuknya yang ikonik begitu catchy di mataku kala itu.
Sebuah spanduk berisi undangan untuk melestarikan bunga ini yang bertuliskan “Mari lindungi dan lestarikan Puspa Langka sebagai upaya dalam menjaga lingkungan” menyambut kami dengan hangat.
Tentang Bunga Bangkai – Amorphophallus Titanum
Bunga Bangkai (bunga endemik Sumatera) ini sanggup merupakan salah satu bunga terbesar di dunia. Keberadaannya pun sangat langka, makanya disebut sebagai ‘Puspa Langka’.
Karena eksistensinya yang unik dan langka, bunga ini secara aktif dilindungi dan dilestarikan, menyerupai di taman konservasi ini dan banyak kawasan lainnya di Bengkulu, begitu juga yang ada di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.
Selain Bunga Bangkai dan Amorphophallus Titanum, bunga jenis ini juga kerap disebut dengan Kibut. Juga selain bentuknya, sisi ikonik dari bunga ini terletak pada baunya.
Istilah Bunga Bangkai disematkan sebab memang anyir yang dihasilkannya menyerupai mirip anyir bangkai.
Di sisi lain, serangga sangat menyayangi baunya. Saat kami melihatnya langsung, tidak ada anyir bangkai yang kami cium, bahkan dari jarak yang begitu erat sekalipun.
Kami bahkan sengaja mencari-cari anyir bangkai yang dimaksud pribadi dari sumbernya, tentu saja sebab dorongan rasa ingin tau yang begitu kuat. Mungkin sebab kala itu ia sudah mulai layu.
Bunga yang satu ini sanggup mencapai tinggi sampai kurang lebih 3 meter, sangkin besarnya. Bentuknya menyerupai terompet dan pastinya ikonik.
Yang pasti, dokumentasi mengenainya sudah ada di mana-mana, terutama kala mata pelajaran IPA ketika sekolah dulu.
Hanya saja, tidak semua orang sanggup menyaksikannya pribadi sebab umurnya yang pendek.
Kalau kau pernah mendengar atau melihat Bunga Rafflesia, bentuknya bergotong-royong sangat berbeda, meski keduanya kerap ‘tertukar’.

Selain Bunga Bangkai yang sudah ‘matang’, kami juga sanggup menyaksikan bunga ini kala sudah memasuki fase generatif, di mana kelopak yang sudah layu akan menyusut dan tumbuhlah bebijian berwarna merah.
Memakan waktu yang sangat usang bagi biji tersebut untuk tumbuh kembali menjadi Bunga Bangkai yang kita kenal, bahkan sanggup mencapai puluhan tahun lamanya.
Jadi, tidak heran, kan, jika Bunga Bangkai ini disebut sebagai Puspa Langka yang harus kita lestarikan.
Berkunjung ke sini membukakan mata jika Indonesia selain kaya akan pemandangan alam yang luar biasa indah, destinasi wisata yang menarik, ternyata juga mempunyai tanaman endemik yang pastinya menciptakan penduduk negara lain iri.
Di konservasi ini juga saya mendapat pengetahuan mengenai tanaman ikonik yang satu ini.
Selain di Konservasi Amorphophallus Titanum yang kami kunjungi ini, semoga makin banyak Konservasi Puspa Langka lainnya yang dihadirkan semoga eksistensinya sanggup terus dilestarikan.

ARTIKEL LAINNYA:
- Tips Mendaki Gunung Untuk Siapapun
- Menanjaki Gunung Ciremai, Jawa Barat
- Pendakian ke Gunung Cikuray, Jawa Barat
- Pendakian ke Gunung Merbabu, Jawa Tengah
- Catatan Pendakian ke Gunung Semeru, Jawa Timur
- Pendakian ke Gunung Sumbing, Jawa Tengah
- Pendakian ke Gunung Slamet, Jawa Tengah
- Pantai Ladeha di Nias Selatan, Sumatera Utara
- Wisata Singkat ke Stone Garden, Padalarang, Bandung
- A Short Visit to Bira Island, Thousand Islands
- A Day Trip Without Digital Tech
- Solo Trip to Taman Alam Lumbini, Berastagi, Tanah Karo
- [Infographic] 10 Top Travel Hacks
- Kunjungan ke Floating Market Lembang
- Gereja Katedral Jakarta: Gereja Nasrani Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga
- Wisata ke Tebing Keraton Bandung
- Menjelajahi Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah
- Catatan Perjalananku Menjelajahi Nusa Penida, Bali
- Gunung Batu Lembang, Jawa Barat
- Bira Island, Pulau Seribu
- Floating Market, Bandung
- Rafflesia Arnoldii, Festival Bumi Rafflesia, Bengkulu
- Lesehan Pancur, Curup, Bengkulu: Jamuan Siang Kala Menjelajah Bengkulu
- Gunung Papandayan: Sebuah Pendakian yang Cocok Menjadi Weekend Getaway
- Menjelajahi Mangrove Forest Nusa Lembongan, Bali
- Mengintip Persiapan Menyambut Flower Garden Festival 2018 di Taman Bunga Inaya, Bengkulu
- Fort Marlborough: Saksi Sejarah Kekuasaan Inggris di Bumi Rafflesia Bengkulu
- Ini 7 Rekomendasi Gunung Terbaik Favorit Pendaki di Pulau Jawa
- Theme Park Hotel Resort World Genting Highlands, Kuala Lumpur
- Famtrip Genting Highlands Kuala Lumpur, Malaysia 2017
- Menikmati Sedapnya Hidangan Bubbles and Bites, Genting Highlands
- Menelusuri Sejarah & Perkembangan Genting Highlands di The Visitors’ Galleria
- The Food Factory: Sarapan Dengan Segudang Pilihan Makanan Tersaji dalam Buffet-Style
- Mengeksplor Pameran Budaya Nusantara di SeniKome Peng Heng, Resorts World Genting, Malaysia
Sumber https://walterpinem.me