AsikBelajar.Com | Sebelum melanjutkan klarifikasi wacana bagaimana mekanisme penelitian evaluatif, mungkin perlu dikaji terlebih dahulu apa ciri sebuah aktivitas yang akan dievaluasi itu. Keterlaksanaan sebuah aktivitas tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu, yang saling kait-mengkait dalam menentukan pencapaian tujuan.
Contoh 1:
Contoh sederhana yakni jadwal pulang dari kantor. Kepulangan hingga di rumah, dalam arti cepat atau lambat dan hingga dengan selamat, dipengaruhi sekurang-kurangnya oleh ramainya jalan, kendaraan yang kita pakai, kecepatan kendaraan melaju, route jalan yang kita ambil dan mulusnya jalan yang kita lalui. Semua faktor tersebut merupakan faktor atau unsur dari aktivitas kepulangan kita dari kantor.
Contoh sederhana yakni jadwal pulang dari kantor. Kepulangan hingga di rumah, dalam arti cepat atau lambat dan hingga dengan selamat, dipengaruhi sekurang-kurangnya oleh ramainya jalan, kendaraan yang kita pakai, kecepatan kendaraan melaju, route jalan yang kita ambil dan mulusnya jalan yang kita lalui. Semua faktor tersebut merupakan faktor atau unsur dari aktivitas kepulangan kita dari kantor.
Contoh 2:
Seorang pegawai yang mengikuti kuliah selesai ahad ingin mengevaluasi kinerja kuliah, cepat selesai atau tidak. Suksesnya aktivitas kuliah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. diri mahasiswa yang bersangkutan, b. Dosen yang mengajarnya, c. Pengelolaan perguruan tinggi tinggi yang mengatur perkuliahan dan ujian, d. Sarana pendukung yang dimiliki mahasiswa sendiri dan daerah kuliah, e. Materi perkuliahan, dan f. Lingkungan daerah perkuliahan, g. Lingkungan daerah bekerja, h. Keluarga suami, isteri dan belum dewasa di rumah.
Seorang pegawai yang mengikuti kuliah selesai ahad ingin mengevaluasi kinerja kuliah, cepat selesai atau tidak. Suksesnya aktivitas kuliah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. diri mahasiswa yang bersangkutan, b. Dosen yang mengajarnya, c. Pengelolaan perguruan tinggi tinggi yang mengatur perkuliahan dan ujian, d. Sarana pendukung yang dimiliki mahasiswa sendiri dan daerah kuliah, e. Materi perkuliahan, dan f. Lingkungan daerah perkuliahan, g. Lingkungan daerah bekerja, h. Keluarga suami, isteri dan belum dewasa di rumah.
Dari dua teladan tersebut sanggup dipahami bahwa semua aktivitas yang akan diteliti, atau dengan kata lain aktivitas yang akan dievaluasi selalu merupakan sebuah kesatuan. Dengan kata lain, semua aktivitas yang akan dievaluasi merupakan sebuah sistem. Ada dua istilah yang mirip, yaitu sistim dan sistem.
Sistim yakni cara. Contoh: Pilkada dilaksanakan dengan sistim langsung; artinya semua penduduk yang menjadi pemilih, sanggup eksklusif menentukan calon yang diminatinya secara langsung, tidak usah melalui perwakilan.
Sistem yakni sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa unsur yang saling kait-mengkait menuju tercapainya tujuan sistem. Kegiatan atau jadwal yang menjadi objek penelitian evaluatif selalu merupakan sebuah sistem, lantaran keberhasilan aktivitas selalu didukung oleh beberapa faktor.
Dalam melakukan penelitian evaluatif ini, peneliti dibutuhkan sanggup ”berpikir sistemik”, artinya memandang objek yang diteliti sebagai sebuah sistem, yaitu sebagai sebuah unit yang terdiri dari beberapa komponen yang saling kait-mengkait dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Yang dimaksud dengan komponen dalam hal ini yakni faktor-faktor yang merupakan pendukung tercapainya tujuan.
Apa lantaran peneliti evaluatif harus berpikir sistemik? Dalam menilai sesuatu, apabila peneliti ditanya apakah sebuah aktivitas itu bagus atau tidak, dilarang eksklusif menjawab ”bagus”, atau ”tidak bagus”, tetapi harus mengemukakan alasan apa lantaran sanggup memberi tanggapan ibarat itu. Sama juga contohnya kita ditanya apakah pemain film almarhumah Marilyn Monru itu bagus atau tidak, kita harus sanggup mengemukakan tanggapan secara sempurna dengan alasan dan bukti-bukti yang lengkap, yaitu menyebutkan keadaan semua bab tubuhnya dengan lengkap, antara lain: a. wajahnya, b. postur tubuhnya, c. kelembutan dan kemulusan kulitnya, d. perilakunya. jikalau keempat unsur tersebut semua bagus, barulah kita sanggup menyebutkan bahwa Marilyn Monru itu cantik.
Peneliti evaluatif dilarang lekas puas jikalau dijawab bab badan Marilyn Monru bagus kemudian disimpulkan bahwa ia cantik. Peneliti masih memerlukan klarifikasi lebih lanjut untuk bagian-bagian yang lebih kecil lagi. Sebagai contoh, apa buktinya bahwa wajah Marilyn Monru cantik? Untuk menjawab pertanyaan ini yang ditanya harus sanggup memberi klarifikasi untuk bagian-bagian yang lebih kecil. Wajah Marilyn Monru bagus lantaran (a) dahinya dalam proporsi bagus tidak menonjol (b) matanya tidak juling dan besar (mbIalak Jawa), (c) hidung mancung, (d) pipi ibarat mangga dibelah, (e) bibir bentuknya bagus, (f) dagu agak meruncing. Apa yang disebutkan dari (a) hingga dengan (f) yakni unsur-unsur pembentuk wajah yang bagus. Demikian juga unsur-unsur dari kulit harus disebutkan dengan ciri-ciri yang bagus. Jika semua bab yang kecil sudah bagus, semua menjelaskan untuk unsur-unsur yang lebih besar barulah kita sanggup menyimpulkan bahwa Marilyn Monru memang cantik.Sumber:
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal.38-39.
Sumber https://www.asikbelajar.com