Pendakian Gunung Sumbing 3371 mdpl: Sepenggal Cerita di Hari Pertama Puasa – Gunung Sumbing 3.371 mdpl merupakan gunung api yang terletak di tiga kabupaten di sekitar Jawa Tengah, yakni Magelang, Temanggung dan Wonosobo.
Gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah ini persis berdiri berhadapan dengan Gunung Sindoro 3.152 mdpl, sama sangarnya saling menantang.
Menawarkan keindahan alam yang tiada duanya dengan trek pendakian yang cukup menantang, mengakibatkan Gunung Sumbing sebagai salah satu tujuan favorit bagi para pecandu ketinggian dari antara sekian banyak gunung yang menjulang tinggi dan berdiri gagah di Bumi Pertiwi.
Hal itu jugalah yang menciptakan pendakian ini sangat bermakna bagi kami, pendakian yang sangat bermakna ketika menaklukkan Gunung Sumbing.
Pendakian Gunung Sumbing Menuju Ketinggian 3.371 Mdpl, Jawa Tengah
Daftar Isi
Berawal dari sekedar dongeng ngawur wacana perempuan idaman, tanpa sadar saya dan seorang teman, sebut saja namanya Hendra Sirait, setuju untuk mendaki Gunung Sumbing hanya berdua saja.
Tanpa menunggu usang sesudah pembicaraan tersebut, H-1 sebelum perjalanan kami mempersiapkan perbekalan dan logistik lainnya yang akan diharapkan selama pendakian.
Waktu itu, kami memulai perjalanan sekitar pukul 18.30 WIB dari Terminal Cicaheum, Bandung. Setelah menempuh kurang lebih 10 jam perjalanan, karenanya sekitar pukul 04.00 WIB kami datang di Terminal Wonosobo.
Di terminal itu terdapat banyak warung, tetapi ketika itu hanya ada satu Warung Soto saja yang kebetulan sedang buka, dijaga oleh seorang nenek yang masih terlihat elok di mata Hendra.
Baca Juga: Rafflesia Arnoldii: Puspa Langka dan Sebuah Kejutan
Ya, di warung itulah kami mengisi perut yang sudah sedimikian laparnya. Sembari ngopi, kami sedikit terlibat perbincangan ringan dengan si nenek:
Nenek : Adek dari mana ?
Kami : Dari Bandung, nek bu.
Nenek : Mau naik Gunung Prau, Sindoro apa Sumbing?
Kami : Mau naikin ibu. Mau ke Sumbing, bu.
Nenek : Oh, hati-hati. Cuma adek berdua lho. Bulan Puasa gini sepi, suka ga ada pendaki yang naik.
Sejenak, saya dan Hendra terdiam, saling menatap satu sama lain. Mendengar perkataan si nenek cukup menciptakan kami ketakutan dan merinding.
Dalam hati, “Wah! Salah kita mendaki di awal Bulan Puasa, tapi mau gimana lagi, rasa takut itu harus dilawan, bung!!!”
Pukul 06.00 WIB, sesudah selesai sarapan, ngopi dan berbincang dengan si nenek, karenanya kami memulai perjalanan menuju basecamp Gunung Sumbing yang berjarak kurang-lebih 30 menit perjalanan dengan memakai bus.
Sesampainya di basecamp, selain menyusun kembali barang bawaan, kami melaksanakan perizinan dengan mengisi buku harian pendakian: DAN MEMANG BENAR, PENDAKI HANYA KAMI BERDUA. Atuttttt
Baca Juga: Mengintip Persiapan Menyambut Flower Garden Festival 2018 di Taman Bunga Inaya, Bengkulu
Sekitar pukul 08.00 WIB, sesudah selesai packing kami melaksanakan perjalanan menuju Pos I. Mengingat jarak antara basecamp dengan Pos I cukup jauh, karenanya kami menumpang ojeg *mode irit tenaga aktif*.
Sesampainya di Pos I, WOWW…kami sudah disuguhkan indahnya pemandangan lautan awan yang membalut kaki Gunung Sindoro dan Gunung Slamet dari kejauhan.
Setelah menikmati pemandangan di Pos I, kami pribadi melaksanakan perjalanan menuju puncak, eh bukan, ke Pos II dulu.
Ya! Perjalanan menuju puncak dengan melewati Pos II terlebih dahulu, maksud saya begitu. Dan di sinilah trekking yang gotong royong dimulai.
Baca Juga: Catatan Pendakian ke Gunung Semeru, Jawa Timur
Kurang lebih 2 jam berjalan dengan memakai kedua kaki dan kedua tangan, karenanya kami tiba di Pos II. Oh iya, sekedar informasi, waktu itu kami mendaki via Jalur Pendakian Garung.
Di Pos II ini kami makan siang dan menyeduh secangkir “energen rasa vanilla” untuk menambah sedikit tenaga yang sudah tidak mengecewakan terkuras.
Setelah selesai makan siang, kami kembali melanjutkan perjalanan dan melewati Pos demi Pos (Pos III hingga dengan Pos V tanpa mengambil foto).
Di perjalanan, saya memperhatikan Hendra (sepertinya beliau juga memperhatikan saya dan wajah kami pun mulai berdekatan) yang mulai mengatakan mimik wajah yang hampir frustasi berjalan di bawah teriknya matahari sambil menggendong sebongkah carrier yang berisi kompor gas portable, kompan, beras, sarden, teri, sleeping bag, jaket, baju, celana dalam dan segala macamnyalah.
Baca Juga: Pendakian Gunung Cikuray, Garut – Jawa Barat
Namun dengan SEMANGAT yang kami miliki, karenanya sekitar pukul 15.30 WIB kami hingga di Pos VI Watu Kotak, Gunung Sumbing.
Tanpa menunggu usang kami pribadi mendirikan tenda. Saat mendirikan tenda kami sedikit mengalami kesulitan tanggapan hembusan angin yang cukup kencang kala itu. Setelah tenda kami berdiri kokoh, waktunya kami memasak kuliner untuk makan malam.
Sambil menunggu hidangan, kami tentu saja berfoto-ria (berfoto sambil ceria) mengabadikan keindahan Gunung Sumbing yang telah separuh kami taklukkan.
Setelah semuanya selesai, datang waktunya kami menikmati “makanan rasa tanah” hasil kuliner kami berdua sebelum karenanya kami beristirahat untuk memulihkan kondisi tubuh yang sudah sedemikian lelah dan bersiap untuk melaksanakan perjalanan menuju puncak esok subuhnya.
Sekitar pukul 03.00 WIB keesokan harinya, alarm HP Hendra membangunkan kami berdua. Dengan suhu yang tidak mengecewakan dingin, kami menyeduh secangkir kopi dan melahap beberapa bongkah roti yang sudah kami persiapkan sebelumnya.
Setelah semuanya siap, bermodalkan headlamp di kepala masing-masing, kami mulai melaksanakan perjalanan menuju puncak.
Perjalanan menuju puncak menciptakan kami berhati-hati, mengingat jalur yang cukup terjal dan masih gelap.
Namun, selama perjalanan kami sanggup menikmati langit Gunung Sumbing yang begitu cerah dihiasi ribuan bintang dan juga pemandangan lampu kota yang terlihat samar dari ketinggian di daerah kami berada.
Akhirnya, sekitar pukul 05.50 WIB kami hingga di puncak tertinggi Gunung Sumbing dengan penuh haru yang terpancar dari raut wajah Hendra Andianto Sirait. Inanahuinnnzz….
Rasa khawatir yang sebelumnya mengiringi perjalanan kami dari bawah hingga puncak karenanya berkembang menjadi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang masih memberi kami kesempatan untuk menikmati lukisan-Nya dari Puncak Gunung Sumbing.
Dalam sekejap, rasa lelah yang kami tanggung selama perjalanan menjadi hilang melihat Matahari di balik Gunung Merbabu perlahan mengatakan sinarnya.
Gunung Merapi yang bersebelahan dengan Gunung Merbabu seakan tak mau kalah mengatakan keindahannya dengan semburan asap halus yang dikeluarkannya.
Persis di depan Gunung Sumbing, Gunung Sindoro turut memanjakan mata dengan keindahannya yang dikelilingi oleh gunung-gunung kecil di sekitarnya.
Tak jauh di depan mata juga terlihat Gunung Slamet yang berdiri gagah seakan mengatakan bahwa dialah puncak tertinggi di dataran Jawa Tengah.
Lalu dari jauh, puncak tertinggi Jawa Barat, Gunung Ciremai, terlihat malu-malu mengatakan diri dari balik tebalnya lautan awan yang mengelilinginya.
Beberapa jam menikmati keindahan yang ditawarkan Puncak Gunung Sumbing dengan kawahnya yang begitu megah, karenanya kami kembali turun menuju Pos VI untuk sarapan dan bersiap kembali pulang.
Perjalanan pulang dari Pos VI menuju basecamp kami tempuh sekitar kurang lebih 5 (lima) jam perjalanan.
Sesampainya di basecamp, saya menyadari bahwa saya telah mengalahkan ketakutan yang ada di dalam diri saya halahhhh… Masih ada perjalanan pulang menuju Bandung, kawan!
Baca: Tips Mendaki Gunung Untuk Siapapun
Ada kalimat yang tentu tidak gila di indera pendengaran para pendaki: “Tujuan tamat pendakian bukanlah puncak, tetapi kembali ke rumah dengan selamat!”, dan Puji Tuhan, kami selamat hingga di Bandung.
Transportasi dan Rincian Biaya Pendakian ke Gunung Sumbing dari Bandung
1. Dari Terminal Cicaheum, Bandung ke Terminal Wonosobo, Jawa Tengah menaiki bus:
– Bus Budiman Rp 85.000,- plus makan sekali per orang.
– Bus Sinar Jaya Rp 75.000,- tanpa makanan.
2. Dari Terminal Wonosobo menuju Jalur Pendakian Garung menaiki Elf dengan biaya Rp 10.000,- per orang.
3. Di daerah Elf menurunkan penumpang pendaki, tepatnya di Jalur Garung, menuju basecamp pendakian bisa menumpang ojeg dengan biaya Rp 5.000,- per orang.
4. Biaya Pendaftaran Rp 5.000,- per orang sudah termasuk kantong sampah berikut peta pendakian.
5. Alternatif: Dari basecamp ke Pos I bisa berjalan kaki selama kurang lebih 2 jam kalau santai atau sanggup menumpang ojeg lagi dengan biaya Rp 25.000,- per orang.
6. Ketika turun, sanggup menumpang ojeg juga dari Pos I kembali ke basecamp dengan biaya Rp 5.000,-.
Tips dan Trik Mendaki Gunung Sumbing
- Jangan pernah lupa membawa persediaan air minum yang cukup alasannya yaitu selama pendakian tidak ada sumber air.
- Disarankan jangan memakai sendal selama pendakian.
- Disarankan cemilan selalu ada, setidaknya pisang, madu, cokelat, dan sebagainya.
- Jika jumlah total pendaki di Gunung Sumbing tidak terlalu banyak, disarankan mendirikan tenda di Pos VI Watu Kotak saja supaya terhindar dari angin ribut yang mungkin terjadi.
- Apabila jumlah pendaki cukup banyak, sebaiknya mendirikan tenda di Pos III Pasar Setan saja, mengingat di Pos VI Watu Kotak hanya sanggup menampung kurang lebih sekitar 4 tenda..
- Selebihnya, persiapkan diri baik fisik maupun mental layaknya orang yang melaksanakan pendakian pada umumnya dan selalu serahkan diri kepada yang di atas.
Artikel ini merupakan hasil karya Bryan Alfonsus
ARTIKEL LAINNYA:
- Tips Mendaki Gunung Untuk Siapapun
- Menanjaki Gunung Ciremai, Jawa Barat
- Pendakian ke Gunung Cikuray, Jawa Barat
- Pendakian ke Gunung Merbabu, Jawa Tengah
- Catatan Pendakian ke Gunung Semeru, Jawa Timur
- Pendakian ke Gunung Sumbing, Jawa Tengah
- Pendakian ke Gunung Slamet, Jawa Tengah
- Pantai Ladeha di Nias Selatan, Sumatera Utara
- Wisata Singkat ke Stone Garden, Padalarang, Bandung
- A Short Visit to Bira Island, Thousand Islands
- A Day Trip Without Digital Tech
- Solo Trip to Taman Alam Lumbini, Berastagi, Tanah Karo
- [Infographic] 10 Top Travel Hacks
- Kunjungan ke Floating Market Lembang
- Gereja Katedral Jakarta: Gereja Nasrani Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga
- Wisata ke Tebing Keraton Bandung
- Famtrip Genting Highlands Kuala Lumpur, Malaysia 2017
- Theme Park Hotel Resort World Genting Highlands, Kuala Lumpur
- Menjelajahi Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah
- Catatan Perjalananku Menjelajahi Nusa Penida, Bali
- Ambrogio Patisserie, Tempat Nongkrong Asik di Bandung
- Gunung Batu Lembang, Jawa Barat
- Bira Island, Pulau Seribu
- Floating Market, Bandung
- Rafflesia Arnoldii, Festival Bumi Rafflesia, Bengkulu
- Lesehan Pancur, Curup, Bengkulu: Jamuan Siang Kala Menjelajah Bengkulu
- Gunung Papandayan: Sebuah Pendakian yang Cocok Menjadi Weekend Getaway
- Menjelajahi Mangrove Forest Nusa Lembongan, Bali
- Mengintip Persiapan Menyambut Flower Garden Festival 2018 di Taman Bunga Inaya, Bengkulu
- Fort Marlborough: Saksi Sejarah Kekuasaan Inggris di Bumi Rafflesia Bengkulu
- Menanjaki Gunung Ciremai 3.078 Mdpl, Garut, Jawa Barat
- Bunga Bangkai: Konservasi Amorphophallus Titanum di Bengkulu
Sumber https://walterpinem.me