AsikBelajar.Com | Menurut Arikunto penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif yang terdiri dalam 2 jenis, yaitu hubungan sejajar dan hubungan alasannya akibat. Berikut penjelasannya:
Penelitian hubungan atau penelitian korelasional yakni penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melaksanakan perubahan, pelengkap atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Untuk lebih rinci nya ada dua jenis penelitian korelasi, yaitu (1) korelasi sejajar dan (2) korelasi alasannya akibat.
Contoh hubungan sejajar:
Peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah ada hubungan (korelasi) antara usia dengan kesehatan penduduk. Dalam penelitian ini peneliti hanya mengumpulkan data perihal usia dan kesehatan penduduk. Dalam hal ini peneliti hanya Ingin tahu saja, apakah tingginya usia sejajar dengan kesehatan. Dari data kedua variabel tersebut peneliti, memakai rumus tertentu dan dari hasil perhitungan ini sanggup diketahui tingkat keeratan hubungan antara kedua hal tersebut.
Peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah ada hubungan (korelasi) antara usia dengan kesehatan penduduk. Dalam penelitian ini peneliti hanya mengumpulkan data perihal usia dan kesehatan penduduk. Dalam hal ini peneliti hanya Ingin tahu saja, apakah tingginya usia sejajar dengan kesehatan. Dari data kedua variabel tersebut peneliti, memakai rumus tertentu dan dari hasil perhitungan ini sanggup diketahui tingkat keeratan hubungan antara kedua hal tersebut.
Yang banyak dilakukan oleh mahasiswa yang ingin membantu guru yakni ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kepandaian siswa dalam matematika dengan lPA Dasar berpikirnya adalah, kalau siswa pandai dalam, matematika, tentunya akan gampang melaksanakan perhitungan dengan rumus-rumus dalam bidang IPA. Mahasiswa tersebut meminjam nilai-nilai matematika dan IPA yang diperoleh siswa, kemudian memakai rumus tertentu diketahui besarnya hubungan atau hubungan antara kepandaian matematika dengan IPA.
Bagi mahasiswa, penelitian ibarat ini terang tidak ada nilai kemanfaatannya. Peneliti ini tidak melaksanakan apa-apa kecuali hanya menghitung besarnya hubungan nilai-nilai yang diperoleh dari guru. Demikian juga andai kata ada guru yang ingin mengetahui hubungan kedua nilai tersebut maka kemanfaatan penelitiannya tidak ada sama sekali. Bagi guru yang menciptakan karya tulis ilmiah melaksanakan penelitian ibarat ini kemudian dikirim ke tim penilai untuk dinilai, tentu sudah sanggup menebak sendiri bahwa KTI nya tidak akan sanggup dinilai lantaran tidak ada kemanfaatannya.
Contoh hubungan sebab-akibat:
Peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah ada hubungan (korelasi) antara tingkat pendidikan penduduk dengan tingginya penghasilan. Untuk pendidikan dan tingkat penghasilan ini peneliti memiliki asumsi atau perkiraan, kalau seseorang sempat mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, diperlukan mendapat pekerjaan yang lebih mapan sehingga mendapat honor yang lumayan.
Peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah ada hubungan (korelasi) antara tingkat pendidikan penduduk dengan tingginya penghasilan. Untuk pendidikan dan tingkat penghasilan ini peneliti memiliki asumsi atau perkiraan, kalau seseorang sempat mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, diperlukan mendapat pekerjaan yang lebih mapan sehingga mendapat honor yang lumayan.
Dengan kata lain, tingkat pendidikan kuat terhadap tingkat penghasilan, atau pendidikan menjadi penyebab, sedangkan penghasilan menjadi akibat. Itulah sebabnya penelitian jenis ini disebut penelitian hubungan sebabakibat, lantaran tingginya tingkat pendidikan diasumsikan berakibat tingginya penghasilan seseorang. Meskipun penelitian ini sifatnya hanya memaparkan apa adanya, mungkin penelitian ada juga manfaatnya. Sekurang-kurangnya, ada pembaca laporan penelitian yang mengikuti kesimpulan itu dan berusaha mendapat pendidikan yang tinggi semoga mendapat bekal untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupannya.
Contoh lain:
Dari hasil pengamatan guru yang melaksanakan penelitian ibarat ini menyimpulkan bahwa siswa yang tekun mencar ilmu diketahui nilainya tinggi. Guru ini ingin menunjukan apakah memang ada hubungan atau korelasi-antara ketekunan mencar ilmu dengan tingginya nilai. Guru tersebut kemudian menciptakan angket-untuk menanyakan kepada siswa perihal ketekunan mencar ilmu mereka. Setelah hasil angket diperoleh, kemudian dikorelasikan dengan nilai rapor yang sudah ada. Penelitian ibarat ini bahwasanya kurang ada nilainya lantaran bahwasanya peneliti tidak melaksanakan apa-apa kecuali hanya dua hal, yaitu menciptakan angket untuk mengetahui ketekunan mencar ilmu siswa dengan nilai yang sudah ada. Dalam penelitian ini tidak terlihat adanya upaya guru untuk meningkatkan profesinya, contohnya mencoba melaksanakan sesuatu dalam pembelajaran semoga siswa senang, kemudian prestasinya naik. Selain tidak ada keuntungannya guru tidak melaksanakan apa-apa, penelitian ini juga tidak sanggup diakui kemanfaatannya lantaran akibatnya sudah jelas. Dengan cepat sanggup ditebak, siapa yang tekun mencar ilmu niscaya nilainya tinggi.
Dari hasil pengamatan guru yang melaksanakan penelitian ibarat ini menyimpulkan bahwa siswa yang tekun mencar ilmu diketahui nilainya tinggi. Guru ini ingin menunjukan apakah memang ada hubungan atau korelasi-antara ketekunan mencar ilmu dengan tingginya nilai. Guru tersebut kemudian menciptakan angket-untuk menanyakan kepada siswa perihal ketekunan mencar ilmu mereka. Setelah hasil angket diperoleh, kemudian dikorelasikan dengan nilai rapor yang sudah ada. Penelitian ibarat ini bahwasanya kurang ada nilainya lantaran bahwasanya peneliti tidak melaksanakan apa-apa kecuali hanya dua hal, yaitu menciptakan angket untuk mengetahui ketekunan mencar ilmu siswa dengan nilai yang sudah ada. Dalam penelitian ini tidak terlihat adanya upaya guru untuk meningkatkan profesinya, contohnya mencoba melaksanakan sesuatu dalam pembelajaran semoga siswa senang, kemudian prestasinya naik. Selain tidak ada keuntungannya guru tidak melaksanakan apa-apa, penelitian ini juga tidak sanggup diakui kemanfaatannya lantaran akibatnya sudah jelas. Dengan cepat sanggup ditebak, siapa yang tekun mencar ilmu niscaya nilainya tinggi.
Sumber:
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal.4-6.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal.4-6.
Sumber https://www.asikbelajar.com