Sejak ditetapkan sebagai warisan dunia UNESCO, Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto perlahan mulai dikenal oleh masyarakat luas. Tambang Batubara yang berada di Provinsi Sumatera Barat ini unggul dalam dua kategori Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value) adalah kriteria ii dan iv sehingga terpilih menjadi warisan dunia UNESCO.
Dalam kriteria ii, Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto mengatakan adanya pertukaran informasi dan teknologi lokal dengan teknologi Eropa terkait dengan eksploitasi batubara di masa selesai era ke-19 hingga dengan masa awal era ke-20 di dunia, khususnya di Asia Tenggara.
Sedangkan dalam kriteria iv, keunikan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto menujukkan pola rangkaian teknologi dalam suatu lanskap kota pertambangan yang dirancang untuk efisiensi semenjak tahap ekstraksi batubara, pengolahan, dan transportasi, sebagaimana yang ditunjukkan dalam organisasi perusahaan, pembagian pekerja, sekolah pertambangan, dan penataan kota pertambangan yang dihuni oleh sekitar 7.000 penduduk.
Pembukaan tambang batubara di Kota Sawahlunto dimulai ketika para peneliti geologi berkebangsaan Belanda menemukan 200 juta ton batubara yang terkandung di sekitar pedoman Sungai Batang Ombilin. Temuan ini kemudian diumumkan di Batavia pada 1870, dan semenjak ketika itu Pemerintah Hindia Belanda mulai merencanakan pembangunan sarana prasaran untuk mendukung aktivitas eksploitasi batubara di Sawahlunto.
Kota Sawahlunto telah memproduksi batubara semenjak tahun 1892. Sampai tahun 1898 aktivitas pertambangan di Sawahlunto masih mengandalkan narapidana yang dipaksa bekerja dengan upah rendah. Setelah satu era beroperasi, proses pertambangan batubara telah mencapai jauh ke dalam tanah. Hal ini mengakibatkan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto menjadi satu-satunya tambang batubara bawah tanah di Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, Tambang Batubara Sawahlunto diambil alih oleh PT. Bukit Asam Tbk. Tambang Batubara Sawahlunto dikenal sebagai tambang batubara terbesar di Asia Tenggara. Daerah penggaliannya berada di sepanjang pegunungan Bukit Barisan.
Dalam upaya PT. Bukit Asam Tbk mengakibatkan Unit Penambangan Ombilin Sawahlunto sebagai warisan budaya dunia UNESCO, lubang tambang batubara disulap menjadi lokasi pendidikan dan wisata. Terdapat juga museum yang memamerkan beberapa peralatan yang dipakai untuk menambang batubara semenjak ratusan tahun lalu. Beberapa area bekas tambang juga telah dibangun kebun binatang, danau, arena pacu kuda, arena olahraga, dan kemudahan umum untuk masyarakat.
Sumber https://phinemo.com