Friday, July 28, 2017

√ Eritrosit : Pengertian, Struktur, Fungsi, Proses Terbentuk

A. PENGERTIAN ERITROSIT
Sel darah merah merupakan sel yang paling sederhana yang terdapat di dalam tubuh. Dalam istilah medis sel darah merah dikenal sebagai eritrosit. Eristrosit merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yakni erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung darah.
Eritrosit merupakan potongan dari sel darah dengan jumlah terbanyak di dalam badan yang produksinya berbeda antara masa janin dengan masa setelah kelahiran. Dalam beberapa ahad pertama kehidupan embrio, sel darah merah primitif yang berinti di produksi di yolk sac. Kemudian memasuki pertengahan trimester masa gestasi, produksi eritrosit diambil alih oleh hati (organ utama produksi eritrosit), limpa dan kelenjar limfe. Setelah itu, kira-kira selama sebulan terakhir kehamilan dan setelah lahir, eritrosit hanya diproduksi di sumsum tulang.
Artikel Penunjang : Sistem Peredaran Darah Manusia
PENGERTIAN, STRUKTUR, DAN FUNGSI ERITROSIT
Sumsum tulang dari semua tulang akan memproduksi eritrosit hingga seseorang berumur 5 tahun, terkecuali potongan proksimal humerus (tangan) dan tibia (tulang kering). Bagian proksimal humerus dan tibia hanya akan memproduksi sedikit eritrosit bahkan kemudian tidak memproduksi lagi dikala mencapai usia kurang lebih 20 tahun. Setelah usia tersebut, eritrosit akan diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, menyerupai vertebrae (tulang belakang), sternum (tulang dada), costae (tulang rusuk) dan illium. Namun, jumlah eritrosit yang diproduksi oleh sumsum tulang membranosa juga akan sedikit dan berkurang seiring pertambahan usia seseorang.

B. FUNGSI ERITROSIT
Sel darah merah mempunyai tugas penting dalam tubuh, diantaranya meliputi:
Fungsi utama eritrosit ialah megedarkan darah kaya oksigen (O2) dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Dalam menjalankan fungsi tersebut, eritrosit dibantu oleh hemoglobin (Hb). Hb merupakan substansi eritrosit yang terdiri dari rantai heme dan globin. Rantai heme ini merupakan senyawa besi protoporfirin yang membentuk potongan pigmen atau potongan bebas protein dalam Hb dan berperan mengakut O2.

Eritrosit berperan sebagai dapar asam basa yang baik untuk seluruh darah.

Eritrosit mengandung enzim karbonik anhidrase, yaitu enzim yang berfungsi meningkatkan kecepatan dalam mengatalisis reaksi reversibel antara karbondioksida (CO2) dan air (H2O) untuk membentuk asam karbonat (H2CO3)  beberapa ribu kali lipat.

Hb sebagai substasi eritrosit berperan dalam menangkal patogen atau bakteri melalui proses lisis dengan mengeluarkan radikal bebas yang sanggup menghancurkan membran sel patogen dan membunuh bakteri. Oleh lantaran itu dikatakan eritrosit berperan dalam menjaga sistem kekebalan badan (antibodi).

Eritrosit berperan dalam pelebaran pembuluh darah. Mekanisme tersebut sanggup terjadi lantaran adanya senyawa S-Nitthrosothiol yang dilepaskan dikala Hb mengalami terdeogsigenerasi.

C. STRUKTUR ERITROSIT
Sel darah merah merupakan sel yang mempunyai struktur yang lebih sederhana dibandingkan sel lainnya. Sel ini tidak mempunyai organel menyerupai mitokondria, lisosom, aparatus golgi dan nukleus. Namun, meskipun begitu sel darah merah tidak bersifat inert.  Adanya substansi Hb di dalam eritrosit menunjukkan warna merah pada darah.

Struktur eritrosit normal ialah tidak mempunyai inti dan berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira 7-8 mikrometer dengan ketebalan 2,5 mikrometer pada potongan paling tebal serta 1 mikrometer atau kurang pada potongan tengahnya. Bentuk sel darah merah sanggup berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler, namun perubahan bentuk ini tidak akan menyebakan sel mengalami ruptur. Hal tersebut disebabkan dalam keadaan normal, sel darah merah mempunyai kelebihan  membran sel untuk menampung zat di dalamnya sehingga tidak akan merenganggkan membran secara hebat.

Volume rata-rata sel darah merah pada tiap individu yaitu 90-95 mikrometer kubik, sedangkan jumlah sel darah merah sangat bergantung pada jenis kelamin dan dataran daerah tinggal seseorang. Pada laki-laki normal, jumlah rata-rata sel darah merah per milimeter kubik yaitu 5.200.000 (±300.000) dan pada perempuan normal 4.700.000 (±300.000). Orang yang tinggal di dataran tinggi mempunyai jumlah sel darah merah yang lebih besar dibandingkan orang yang tinggal di dataran rendah.
Artikel Penunjang : Trombosit : Pengertian, Struktur, Fungsi
STRUKTUR ERITROSIT
D. PROSES PEMBENTUKAN ERITROSIT
Proses pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Pembentukan eritrosit diregulasi oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut eritropoietin. Sel Pertama yang dikenali sebagai rangkaian pembentukan eritrosit ialah proeritroblas, yang dibuat dari sel-sel stem CFU-E. Begitu sel proeritroblas terbentuk, sel tersebut akan membelah beberapa kali. Sel-sel gres dari generasi pertama pembelahan tersebut disebut sebagai basofil eritroblas lantaran sanggup di cat dengan warna basa. Sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin.

Pada pembelahan tahap selanjutnya, jumlah hb yang terbentuk lebih banyak dari sebelumnya. Sel yang terbentuk pada tahap tersebut disebut polikromatofil eritroblas. Pata tahap selanjutnya, jumlah Hb yang dibuat akan semakin banya dan sudah menunjukkan warna merah pada sel. Sel tersebut dikenal sebagai ortokromatik eritroblas. Pada generasi berikutnya, sel sudah dipenuhi oleh Hb samapi konsentrasi 34%, nukleus memadat menjadi kecil, dan sisa kesudahannya diabsorbsi dan didorong keluar dari sel. Pada dikala yang bersamaan retikulum endoplasma      direabsorpsi. Sel pada tahap ini disebut retikulosit, karena masih mengandung sejumlah kecil materi basofilik yang terdiri dari sisa-sisa aparatus golgi, mitokondria, dan sedikit organel sitoplasma lainnya.
PROSES PEMBENTUKAN ERITROSIT
Selama tahap retikulosit, sel-sel akan berjalan dari sumsum tulang masuk ke dalam kapiler dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori membran kapiler). Materi basofilik yang tersisa dalam retikulosit normalnya akan menghilang dalam waktu 1 hingga 2 hari, dan kemudian menjadi eritrosit matur. Karena waktu hidup retikulosit ini pendek , maka konsentrasinya diantara semua sel darah normalnya sedikit kurang dari 1 persen.
Apabila eritrosit telah berada dalam sirkulasi, maka dalam keadaan normal umur sel darah merah yakni kurang lebih hanya 120 hari. Sel darah merah yang telah bau tanah menjadi lebih ringkih dan sanggup pecah dalam perjalanannya melalui pembuluh darah yang sempit. Sebagian eritrosit akan pecah di dalam limpa lantaran terjepit  sewaktu melewati pulpa merah limpa dan sebagiannta lagi akan dibongkar di hati. Hb yang terlepas dari eritrosit akan difagositosis dan dicernakan oleh sel-sel makrofag terutama yang terdapat dalam limpa, hati dan sumsum tulang. Kemudian di hati, hb diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang akan ditampung dalam kantong empedu. Bilirubin ini berfungsi memberi warna pada feses. Zat besi yang ada pada hb diangkut kemudian dilepas dan diangkut kedalam sumsum tulang untuk dipakai dalam pembentukan sel darah merah gres atau disimpan di hati dan jaringan lain dalam bentuk ferritin.

Dalam tahapan pembentukan eritrosit, kadar O2 di udara, hormon eritopoietin, protein, cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan vitamin B12 penting diperhatikan lantaran merupakan faktor yang sanggup menghipnotis proses tersebut.

Sumber http://www.ilmudasar.com