Apa yang salah dengan sendiri?
Banyak orang dalam sebuah perkumpulan sahabat jadi bulanan-bulanan di-bully dikarenakan telah sendiri dalam kurun waktu tahunan. Mungkin itu terasa menyenangkan, awalnya. Di depan, mungkin ia baik-baik saja. Tapi apa kau sanggup mastiin jikalau setiap malam sebelum ia tidur, ia nggak memikirkan dan merenungkan kenapa ia hingga ketika ini masih sendiri?
Memang ada yang salah dengan orang yang sendiri? Sendiri itu hak. Lebih dari itu, sendiri ialah pilihan. Meskipun kadang kala itu jadi pilihan terakhir alasannya ialah nggak pernah jadi pilihan, tapi untuk sendiri tetaplah sebuah pilihan.
Banyak orang yang suka ngeledekin temannya alasannya ialah sahabat itu betah sendiri, seolah menjadi sendiri ialah sebuah aib. Padahal, dengan berdua nggak selalu menciptakan semua keadaan lebih baik.
Mereka semua –yang sendiri– pastilah punya alasan yang terang mengapa mereka terus sendiri dalam waktu yang lama, beberapa di antaranya…
Nggak Mau Ribet
Orang yang betah sendiri biasanya ialah mereka yang paling males aktivitas dan keasyikannya diganggu sama hal-hal yang terlalu menuntut apalagi hingga drama. Mereka ogah ribet-ribet harus ngabarin setiap lagi main futsal. Mereka males kalo main futsal aja harus laporan.
Prioritas
Salah satu tolok ukur kedewasaan ialah sanggup menentukan skala prioritas. Mana yang paling penting buat dia, akan ia duluin. Mana yang mendukung dan melancarkan, akan dikejar, yang menyusahkan dan menghambat, ditinggalin.
Dalam beberapa kasus, gue sering dapet dongeng dari orang-orang yang cukup akrab dengan gue (kebanyakan cowok) yang lagi di usia produktif, lagi giat-giatnya bekerja. Buat apa kerja keras? Kata mereka, buat masa depan, supaya nanti sanggup membahagiakan dirinya dan keluarga yang akan dibangunnya nanti bersama sang pacar (saat itu). Namun apa yang terjadi? Nggak jarang dari mereka yang putus di tengah jalan. Karena apa? Karena yang sedang diperjuangkan nggak ngerti. Ketika si orang itu kerja keras buat orang lain yang ia sayang, di sisi lain orang lain yang disayang itu malah nggak sanggup ngertiin dan terlalu banyak nuntut.
Karena sudah terlalu lelah mencari pasangan yang sanggup diajak ‘mendaki’ bersama untuk mencapai puncak, kemudian menentukan bahwa masa depannya ialah prioritasnya dan ia nggak mau diganggu dengan drama sepele, balasannya orang itu tetapkan untuk ‘mendaki’ sendiri saja.
Lelah
Alasan ini biasanya terjadi kepada orang yang pernah menyayangi sebegitu besarnya, kemudian dikecewakan sebegitu dalamnya.
Belum
Bagi beberapa orang yang sangat ingin membahagiakan pasangannya, biasanya akan cenderung minder jikalau ia belum punya apa-apa. Makanya, daripada mengecawakan, mereka lebih menentukan menunggu hingga punya sesuatu yang sanggup dibanggakan, kemudian gres kemudian mencari.
Mencari yang Terbaik
Terlalu idealis, pengen memperbaiki keturunan, dan tuntutan orang bau tanah biasanya jadi alasan orang-orang yang menganut poin ini.
Pertanyaan ialah (bisa kau klik kemudian baca): Sampai Kapan Terus Mencari?
Menunggu
Dalam kondisi ini, orang yang betah sendiri itu sebetulnya bukan sedang betah sendiri, melainkan ia terpaksa sendiri. Karena apa? Karena orang yang ia inginkan untuk menemaninya sedang menjadi milik orang lain. Maka dari itu, harus menunggu hingga mereka berpisah dulu.
Orang paling menyedihkan ialah yang mau jadian aja harus nunggu orang lain putus dulu.
Untuk masalah UN ini, ada juga yang alasannya sesederhana menunggu UN. Jadi, ia suka sama orang, tapi orang itu lagi mau UN, makanya sia-sia juga jikalau ditembak kini niscaya ditolak dengan alasan mau fokus UN. Oleh karenanya, ia jadi nunggu UN kelar dulu gres deh gerak.
Kalau dongeng ini dijadiin FTV, judulnya adalah: CINTAKU HARUS MENUNGGU UN.
Masalahnya adalah: Setelah UN mending jadiannya sama kamu, tapi jikalau sama orang lain? Ya nunggu lagi.
Keadaan paling parah di poin ini ialah ketika kau ialah seorang cewek. Dengan menganut prinsip “AKU KAN CEWEEEEEK…” sanggup dipastikan ia hanya sanggup menunggu, menunggu, dan menunggu.
Pertanyaannya ialah (bisa kau klik dan baca juga): Yakin Kamu Rela?
Tidak Pernah Dipilih
Ini ialah alasan terakhir dan jadi alasan yang paling masuk logika (tetapi biasanya ditutup-tutupi dengan pernyataan “GUE BUKAN JOMBLO! GUE SINGLE!”). Ngenesnya, yang kena poin ini bukan cuma alasannya ialah nggak pernah dipilih, tapi bahkan jadi pilihan pun nggak.
***
Intinya adalah, apa pun yang jadi alasan orang untuk betah sendiri, niscaya ada satu waktu dalam hidupnya ketika ia dilanda kesepian.
Otak insan itu ibarat molekul tidak stabil, nggak pernah berhenti bergerak dan sensitif sanggup ‘mental’ ke mana aja, sanggup mental ke mikirin kerjaan, mental ke mikirin pelajaran, dan berarti sanggup mental juga ke mikirin kesendirian.
Bahkan orang yang udah punya pacar pun masih sanggup terserang hal itu.
Apa yang menjadi penyebab utamanya? Nggak ada kerjaan.
Makanya, orang yang bijak dan nggak mau menyiksa dirinya dengan pikiran-pikiran negatif akan mencari cara supaya otaknya tetap bekerja ke arah yang lebih positif (tentunya yang selain mikirin kesendirian). Dengan cara apa? Dengan mengerjakan hobi dan mencari kesibukan.
Kalau kau bertemu orang yang sehari-harinya sibuk banget, mungkin sebetulnya ia ialah orang paling kesepian. Dia menyibukkan diri hanya supaya nggak terperangkap dalam kesendirian. Tapi setidaknya, itu lebih baik.
Dengan goresan pena ini, wahai teman-temanku, marilah kita cari aktivitas supaya terhindar dari kesepian dan kesendirian. Membaca, olahraga, mendaki gunung, menggambar, berfoto, memasak, makan, beres-beres rumah, bersepeda, tidur, nonton, dengerin musik, lakukan apa pun yang kau suka, apa pun, supaya pikiran nggak ‘mental’ ke arah yang nggak diinginkan.
Semoga kita semua terhindar dari pikiran-pikiran negatif yang hadir ketika sendiri. Lebih dari itu, agar kita semua sanggup mengatasi kesepian.
Tetap sibuklah!
Sumber http://lauraerawardani.blogspot.com