Bentuk Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat – AsikBelajar.Com. Bentuk-bentuk Pertisipasi orang Tua Murid/Masyarakat yang Diharapkan oleh Sekolah (khususnya Sekolah). Satu hal yang perlu disadari ialah bahwa: apabila masyarakat menganggap sekolah merupakan cara dan forum yang sanggup member keyakinan untuk membina dan meningkatkan kualitas perkembangan anak-anaknya, mereka akan mau berpartisipasi kepada sekolah (Walsh). Untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangan pendidikan para manajer pendidikan/kepala sekolah memegang peranan yang sangat strategis dan menentukan. Kepala sekolah sanggup melalui tokoh-tokoh masyarakat secara aktif menggugah perhatian mereka untuk memahami dan membantu sekolah dalam banyak sekali bentuk sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat. Mereka sanggup diundang untuk membahas bentuk-bentuk kerjasama dalam meningkatkan mutu pendidikan, tukar menukar pendapat bahkan berkelahi argumentasi dan sebagainya dalam mencari solusi peningkatan mutu pendidikan. Bentuk partisipasi bagaimana yang diharapkan sekolah terhadap orang bau tanah murid, tentunya didasarkan pada tujuan apa yang hendak dicapai oleh sekolah dalam proses pendidikan di sekolah.
Tujuan yang ingin dicapai sekolah pada hakekatnya ialah tujuan pendidikan secara nasional. Tujuan tersebut apabila kita cermati terlihat unsur-unsur sebagai berikut: Manusia yang bertaqwa, berbudi pekerti dan berkepribadian, Disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab serta mandiri, Cerdas dan terampil, Sehat jasmani dan rohani, Cinta tanah air dan mempunyai semangat kebangsaan serta kesetiakawanan sosial.
Edward F DeRoche menyebutkan ada beberapa hal pokok yang harus ditekankan dan menjadi perhatian utama untuk dibina, dikembangkan dan ditingkatkan sekolah melalui kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu:
1. Children’s and Parents work habits
2. Structur, routin and priorities
3. Time to study, work, play, sleep, read
4. Space to do these things
5. Responsibility, punctually and sharing
6. Academic guidance and support
7. Encouragement, interest and commitment
8. Prise, approval and reward
9. Knowledge of the child’s strengths, weaknesses and learning problems
10. Supervision of child’e homework, study and activities
11. Use reference materials
12. Stimulation to explore and discuss ideas and events
13. Family/parent/child activities
14. Conversations, games, hobbies, play, reading
15. Family cultural activities
16. Discussion of books, television, enwspaper, magazines
17. Language development in the home
18. Mastery of mother tongue
19. Correct language usage
20. Good speech habits
21. vocabulary and sentence pattern development
22. Listening, reading, talking and writing
23. Academic aspirations and expectations
24. Motivation to learn well
25. Support, encouragement
26. Parents’knowledge of school activities, teachers, classes, subjects
27. Standards and expectations
28. Assistence to child’e aspirations
29. Plans fir high school, college the future
30. Friendships with others who have an interest in education
31. Sacrifices of time and money
Apabila kita cermati pendapat di atas, nampak bahwa apa yang diinginkan sekolah dari orang bau tanah murid bekerjsama lebih cenderung untuk meningkatkan prestasi akademik dan non akademik siswa. Kaprikornus komunikasi antara sekolah dengan masyarakat bekerjsama tidak hanya mencari derma uang/material semata-mata, apalagi jikalau derma material menjadi tujuan utama dalam hubungan sekolah dengan masyarakat. Kondisi inilah bekerjsama yang menyebabkan sering terjadi orang bau tanah malas atau bahkan tidak mau tiba ke sekolah jikalau mendapat undangan dari pihak sekolah.
Apabila Masyarakat memandang sekolah (sekolah) sebagai forum yang mempunyai cara kerja yang meyakinkan dalam membina perkembangan bawah umur mereka, maka masyarakat akan berpartisipasi kepada sekolah. Namun keadaan demikian belum terjadi sepenuhnya di negara-negara berkembang, bahkan masih sangat banyak masyarakat (orang bau tanah murid) yang belum meyakini, belum tahu atau belum mengerti apa dan bagaimana sekolah melaksanakan proses pendidikan bagi anak-anaknya. Hal ini sanggup disebabkan oleh banyak sekali hal, menyerupai ketidaktahuan mereka perihal pentingnya keterlibatan orang tua/masyarakat dalam memajukan pendidikan, ketidakmampuan mereka dalam membantu sekolah/pendidikan lantaran status social ekonomi mereka yang tergolong rendah, bahkan sanggup juga disebabkan lantaran ketidak pedulian mereka akan pendidikan padahal mereka bekerjsama mempunyai tingkat pendidikan yang memadai dan status social ekonomi yang tinggi.
Untuk melibatkan masyarakat dalam peningkatan mutu sekolah, maka para manajer sekolah (kepala sekolah) sudah seharusnya aktif menggugah perhatian masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan sebagainya untuk gotong royong berdiskusi atau bertukar pikiran untuk memecahkan banyak sekali permasalahan yang dihadapi sekolah sambil memikirkan apa dan bagaimana seharusnya kegiatan dan acara kerja di masa depan.
Komunikasi perihal pendidikan kepada masyarakat tidak cukup hanya dengan gosip lisan saja, tetapi perlu dilengkapi dengan pengalaman nyata yang ditunjukkan kepada masyarakat biar timbul gambaran positif perihal pendidikan di kalangan mereka, alasannya masyarakat pada umumnya ingin bukti nyata sebelum mereka memperlihatkan dukungan (National school Public Relation Association). Bukti itu sanggup ditunjukkan berupa festival hasil produk sekolah, tayangan keberhasilan siswa sebagai juara cerdas cermat, juara olah raga, tayangan inovasi inovatif produktif siswa dan sekolah dan sebagainya.
Yang menarik bagi masyarakat bekerjsama ialah apabila sekolah sanggup mencetak lulusan yang siap pakai. Lulusan yang bermutu (misalnya sebagian besar siswanya sanggup melanjutkan sekolah ke sekolah yang lebih tinggi dan berkualitas).
Di negara-negara maju, terutama yang menganut sistem desentralisasi sekolah dikreasikan dan dipertahankan oleh masyarakat (Walsh, 1979). Kesadaran mereka sebagai pemilik dan penangggung jawab pendidikan sudah sangat tinggi, sedangkan di negara yang sedang berkembang masyarakat masih sangat menggantungkan mutu pendidikan kepada pihak pemerintah, padahal pemerintah sendiri sangat kekurang dana untuk hal tersebut.
Beberapa pola partisipasi masyarakat dalam pendidikan ialah:
1. Mengawasi perkembangan pribadi dan proses mencar ilmu putra-putrinya di rumah dan bila perlu memberi laporan dan berkonsultasi dengan pihak sekolah. Hal memang agak jarang dilakukan oleh orang bau tanah murid, mengingat kesibukan bekerja atau lantaran alasan lain. Tetapi hal ini perlu ditingkatkan kiprah serta masyarakat untuk terlibat dalam pengawasan bawah umur mereka. Kenakalan anak sekolah dan lain-lain yang terjadi selama ini antara lain jawaban lemahnya pengawasan yang dilakukan pada ketika anak berada di luar sekolah.
2. Menyediakan fasilitan mencar ilmu di rumah dan membimbing putra-putrinya biar mencar ilmu dengan penuh motivasi dan perhatian. Hal ini sering menjadi kasus bagi orang bau tanah murid, khususnya dalam akomodasi mencar ilmu dan membimbing anak.
3. Menyediakan perlengkapan mencar ilmu yang dibutuhkan untuk mencar ilmu di sekolah (sekolah)
4. Berusaha melunasi SPP dan derma pendidikan lainnya
5. Memberikan umpan balik kepada sekolah perihal pendidikan, terutama yang menyangkut keadaan putra-putrinya. Umpan balik dari orang bau tanah perihal keadaan yang bekerjsama putra-putrinya sangat jarang dilakukan, lantaran mereka beranggapan akan mensugesti evaluasi sekolah dan guru perihal anaknya. Oleh alasannya itu penegasan sekolah untuk memilah mana yang terkait dan besar lengan berkuasa terhadap evaluasi dan mana gosip yang diharapkan untuk perbaikan dan pelatihan bawah umur perlu dilakukan oleh sekolah, dengan demikian tidak ada perasaan takut dari orang bau tanah untuk memperlihatkan gosip kepada sekolah perihal anaknya.
6. Bersedia tiba ke sekolah bila diundang atau diharapkan oleh sekolah. Upayakan memperlihatkan keyakinan kepada orang bau tanah bahwa kedatangan mereka sangat penting untuk kemajuan anaknya di sekolah, dan hindarkan undangan sumbangan dalam bentuk uang sebagai pokok kasus yang dibahas apabila mengundang orang bau tanah murid, lebih-lebih pada sekolah yang orang tuanya sebagian terbesar ialah masyarakat menengah ke bawah.
7. Ikut berdiskusi memecahkan masalah-masalah pendidikan menyerupai sarana, pra sarana, kegiatan, keuangan, acara kerja dan sebagainya.
8. Membantu fasilitas-fasilitan mencar ilmu yang dibutuhkan sekolah dalam memajukan proses pembelajaran.
9. Meminjami alat-alat yang dibutuhkan sekolah untuk berpraktek, apabila sekolah memerlukannya
10. Bersedia menjadi tenaga pelatih/nara sumber bila diharapkan oleh sekolah
11. Menerima para siswa dengan bahagia hati bila mereka mencar ilmu di lingkungan masyarakat (praktikum misalnya)
12. Memberi layanan/penjelasan kepada siswa yang sedang mencar ilmu di masyarakat
13. Menjadi responden yang baik dan jujur terhadap penelitian-penelitian siswa dan sekolah
14. Bagi hebat pendidikan bersedia menjadi ekspert dalam membina sekolah yang berkualitas
15. Bagi hartawan bersedia menjadi donator untuk pengembangan sekolah
16. Ikut memperlncar komunikasi pendidikan
17. Mengajukan usul-usul untuk perbaikan pendidikan
18. Ikut mengontrol jalannya pendidikan (kontrol sosial)
19. Bagi tokoh-tokoh masyarakat bersedia menjadi partner administrasi pendidikan dalam mempertahankan dan memajukan sekolah
20. Ikut memikirkan dan merealisasikan kesejahteraan personalia pendidikan.
Di samping pendapat di atas, ada pendapat lain yang dikembangkan menurut beberapa hasil kajian, yang secara rinci menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang sangat diharapkan sekolah ialah sebagai berikut:
1. Mengawasi/membimbing kebiasaan anak mencar ilmu di rumah
Beberapa kegiatan yang sanggup dilakukan dalam memperlihatkan bimbingan kebiasaan anak mencar ilmu di rumah ialah sebagai berikut:
a. Mendorong anak dalam mencar ilmu secara teratur di rumah, termasuk dalam hal ini peranan orang bau tanah membimbing dan memperlihatkan pengawasan terhadap kegiatan mencar ilmu anak di rumah.
b. Mendorong anak dalam menyusun acara dan struktur waktu mencar ilmu serta menetapkan prioritas kegiatan di rumah, pengawasan pelaksanaan acara mencar ilmu dirumah menjadi sangat penting bagi orang bau tanah murid. Hal ini harus mendapat perhatian bagi sekolah untuk diberikan gosip yang terperinci dan lengkap perihal apa dan bagaimana mereka bisa melaksanakan kegiatan tersebut.
c. Membimbing dan mengarahkan anak dalam penggunaan waktu belajar, bermain dan istirahat.
d. Membimbing dan mengarahkan anak melaksanakan sesuatu kegiatan yang menunjang pelajaran di sekolah. Orang bau tanah diharapkan berperan aktif dalam membimbing anak dan memperlihatkan kesempatan kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menunjang pembentukan dirinya kearah kedewasaan.
2. Membimbing dan Mendukung Kegiatan Akademik anak
a. Mendorong dan menumbuhkan minat anak untuk rajin membaca dan rajin mencar ilmu (minat baca). Penciptaan situasi yang kondusif iklim yang menumbuhkan minat baca sangat diharapkan di lingkungan keluarga biar ada kesamaan antara iklim yang tercipta di sekolah dengan di rumah. Hal ini akan mempercepat peningkatan mutu mencar ilmu anak.
b. Memberikan penguatan kepada anak untuk melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya. Pemberian hadiah, kebanggaan dan lain-lain sangat diharapkan untuk memperkuat sikap positif anak.
c. Menyediakan materi yang sempurna serta akomodasi yang sesuai dengan kebutuhan anak dalam belajar
d. Mengetahui kekuatan dan kelemahan anak serta problem mencar ilmu dan berusaha untuk memperlihatkan bimbingan
e. Mengawasi pekerjaan rumah, acara mencar ilmu anak
f. Menciptakan suasana rumah yang mendukung kegiatan akademik anak
g. Membantu anak secara fungsional dalam mencar ilmu dan menuntaskan tugas-tugas sekolah sempurna waktu.
3. Memberikan dorongan untuk meneliti, berdiskusi perihal gagasan dan atau kejadian-kejadian aktual
a. Mendorong anak untuk suka meneliti serta mempunyai motivasi menulis analitis/ilmiah
b. Menyediakan akomodasi bagi bawah umur untuk melaksanakan penelitian
c. Mendorong anak untuk melaksanakan kegiatan ilmiah
d. Berdiskusi dan berdialog dengan anak perihal ide-ide, gagasan atau perihal materi pelajaran yang baru, acara yang bermanfaat, masalah-masalah faktual dan sebagainya.
4. Mengarahkan aspirasi dan impian akademik anak
a. Memberikan motivasi kepada anak untuk mencar ilmu dengan baik sebagai bekal masa depan.
b. Mendorong dan mendukung aspirasi anak dalam belajar
c. Mengetahui acara sekolah dan acara anak dalam mempelajari sesuatu.
d. Mengetahui standar dan impian sekolah terhadap anak dalam belajar
e. Hadir pada pertemuan guru dengan orang bau tanah murid yang diselenggarakan oleh sekolah
f. Memberikan ganjaran positif terhadap performen anak di rumah atau di sekolah yang mendukung mencar ilmu anak.
Mengingat besarnya dampak orang bau tanah murid terhadap prestasi aspek kognitif, afektif dan psikomotor, Radin menyerupai dikutif oleh Seifert & Hoffnung (1991) menjelaskan ada enam kemungkinan cara yang sanggup dilakukan orang bau tanah murid dalam mensugesti anaknya, yaitu:
1. Modelling of behaviors (pemodelan perilaku), yaitu gaya dan cara orang bau tanah berperilaku dihadapan anak-anak, dalam pergaulan sehari-hari atau dalam setiap kesempatan akan menjadi sumber imitasi bagi anak-anaknya. Yang diimitasi oleh oleh bawah umur tentunya tidak hanya sikap yang baik-baik saja, tetapi juga yang berkaitan dengan sikap yang buruk, bernafsu dan sebagainya di lingkungan masyarakat atau di lingkungan rumah menyerupai marah-marah, berbicara bernafsu dan sebagainya, maka kecenderungan peniruan sikap tersebut oleh anak akan sangat besar. Oleh alasannya itu orang bau tanah ataupun lingkungan keluarga dan masyarakat yang memperlihatkan sikap negatif akan sangat mensugesti sikap anak di rumah, di sekolah, maupun dimasyarakat. Dalam kaitan dengan hal ini diharapkan kesamaan nilai dan norma yang berlaku di sekolah dengan yang berlaku di keluarga dan masyarakat. Agar ketiga lingkungan tersebut mempunyai kesamaan maka sekolah mempunyai kewajiban untuk memperlihatkan gosip kepada masyarakat perihal apa dan bagaimana nilai dan norma yang berlaku di sekolah, dan impian kepada keluarga (orang bau tanah murid) dan masyarakat untuk gotong royong menjaga nilai dan norma tersebut.
2. Giving rewards and punishments (memberikan ganjaran dan hukuman). Cara orang bau tanah memperlihatkan ganjaran dan eksekusi juga mensugesti terhadap sikap anak. Ganjaran terhadap sikap yang baik dari orang bau tanah sanggup memperkuat sikap tersebut untuk diulang kembali pada kesempatan lain oleh anak, biar ia kembali mendapat ganjaran/hadiah dari orang tuanya. Sebaliknya eksekusi (yang bersifat mendidik) akan memperlemah pengulangan kembali sikap yang sama pada kesempatan lainnya.
3. Direct instruction (perintah langsung), pemberian perintah secara eksklusif atau tidak eksklusif memberi dampak terhadap perilaku, menyerupai ungkapan orang bau tanah “ jangan malas mencar ilmu jikalau ingin sanggup hadiah” pernyatan ini bekerjsama perintah eksklusif yang lebih bijaksana, sehingga sanggup menumbuhkan motivasi anak untuk lebih ulet belajar. Hal ini disebabkan lantaran anak memahami apa yang diinginka oleh orang tua. Bagaimana sekolah memperlihatkan gosip kepada orang bau tanah perihal hal ini akan besar lengan berkuasa seberapa banyak hal ini juga dilakukan oleh sekolah terhadap anak-anaknya. Banyak masyarakat tidak mengerti bagaimana penghargaan dan eksekusi yang akan memperlihatkan dampak bagi proses pendidikan, contohnya pemberian orang bau tanah yang berlebihan secara material yang bekerjsama akan besar lengan berkuasa negative, malah oleh orang bau tanah tidak dipahami. Akibatnya sesudah terjadi penyimpangan sikap jawaban pemberian yang berlebihan tersebut gres mereka sadar.
4. Stating rules (menyatakan aturan-aturan), menyatakan dan memjelaskan aturan-aturan oleh orang bau tanah secara =berulang kali akan memperlihatkan peringatan bagi anak perihal apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindarkan oleh anak.
5. Reasoning (nalar). Pada saat-saat menjengkelkan, orang bau tanah bisa mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu dipakai orang bau tanah untuk mensugesti anaknya, misalnyan orang bau tanah bisa mengingatkan anaknya perihal kesenjangan sikap dengan nilai-nilai yang dianut melalui pernyataan-pernyataan. Contohnya “ kini rangking kau jelek, lantaran kau malas belajar, bukan lantaran kau bodoh!“.
6. Providing materials and settings. Orang bau tanah perlu menyediakan banyak sekali akomodasi mencar ilmu yang diharapkan oleh anak-anaknya seprti buku-buku dan lain sebagainya. Tetapi buku apa dan akomodasi apa yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, banyak orang bau tanah tidak memahaminya. Untuk itu dalam kegiatan hubungan dengan orang bau tanah murid, kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu disampaikan biar mereka sanggup menyesuaikannya.
Sumber https://www.asikbelajar.com