Bagi kita berkecimpung di dunia pendidikan pastinya tidak absurd dengan istilah soal HOTS atau Higher Order Thinking Skills yang mempunyai padanan kata Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT). Istilah HOTS sangat sering kita dengar akhir-akhir ini, terutama pasca pelaksanaan UNBK yang dikabarkan pada soal UNBK 2019 soal HOTS yang muncul lebih banyak dari soal UNBK 2018 lalu. Bahkan dikabarkan pula pada pelaksaan UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) nanti, soal yang dipakai yakni soal-soal HOTS (Higher Order Thinking Skills). Banyak yang mengartikan soal HOTS = Soal Sulit, sehingga setiap menemukan soal sulit dengan mudahnya menyampaikan "ini soal HOTS", hal tersebut keliru. Untuk sanggup membedakan sebuah soal termasuk soal HOTS atau bukan kita perlu mengenali karakteristik dari soal HOTS. Soal HOTS belum tentu soal yang sulit dan tidak setiap soal sulit termasuk soal HOTS.
Sebelum kita bahas mengenai karakteristik soal HOTS, mari kita pahami dulu kenapa pemerintah menggunkan soal HOTS untuk sebagai instrumen penilaian?
Salah satu dasar penyempurnaan kurikulum yakni adanya tantangan internal dan eksternal. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan asus globalisasi dan aneka macam informasi terkait dengan problem lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, dan pendidikan di tingkat internasional. Isu yang berkembang ketika ini terkait perkembangan pendidikan internasional, posisi kualitas pendidikan Indonesia khususnya di bidang matematika menempati posisi yang cukup terpuruk. Salah satu riset internasional yang sudah dilakukan yakni TIMSS (Trends in Mathematic and Science Study). Pada tahun 2015, berdasarkan data TIMSS Indonesia menempati urutan ke 45 dan 50 negara untuk kemampuan matematika dan IPA. Salah satu upaya untuk menghadapai tantangan Internasional tersebut yakni dengan diterapkannya kurikulum 2013 yang dirancang dengan aneka macam penyempurnaan. Penyempurnaan antara lain pada standar isi yaitu mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman materi yang relevan serta diperkaya dengan kebutuhan untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional. Penyempurnaan lainnya dilakukan pada standar penilaian, dengan secara sedikit demi sedikit mengadaptasi model-model evaluasi standar internasional.
Berdasarkan hasil study internasional Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan proses literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai penerima didik Indonesia sangat rendah. Pada umumnya kemampuan penerima didik indonesia sangat rendah dalam:
Berdasarkan fakta di atas, maka perlu adanya perubahan dalam pembelajaran dan penilaian. Salahsatu upaya yang dilakukaan yakni dengan memakai soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) dalam assessment.
Apa itu soal HOTS?
Banyak sekali sumber yang sudah membahas mengenai pengertian soal HOTS, baik sumber lokal maupun sumber internasional. Namun, alasannya yakni siswa kita akan dihadapkan dengan soal-soal HOTS yang dibentuk oleh pemerintah (dalam Ujian Nasional) atau kita sebagai guru yang perlu juga memahami soal HOTS supaya sanggup menyusun soal HOTS yang sesuai standar pemerintah, maka saya akan memaparkan definisi/pengertian soal HOT bersumber dari Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills yang dibentuk oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai berikut:
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang dipakai untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemempuan berpikir yang bukan hanya sekedar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melaksanakan pengolahan (recite). Pada konteks assessment, soal HOTS mengukur kemampuan sebagai berikut:
Salah satu dasar penyempurnaan kurikulum yakni adanya tantangan internal dan eksternal. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan asus globalisasi dan aneka macam informasi terkait dengan problem lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, dan pendidikan di tingkat internasional. Isu yang berkembang ketika ini terkait perkembangan pendidikan internasional, posisi kualitas pendidikan Indonesia khususnya di bidang matematika menempati posisi yang cukup terpuruk. Salah satu riset internasional yang sudah dilakukan yakni TIMSS (Trends in Mathematic and Science Study). Pada tahun 2015, berdasarkan data TIMSS Indonesia menempati urutan ke 45 dan 50 negara untuk kemampuan matematika dan IPA. Salah satu upaya untuk menghadapai tantangan Internasional tersebut yakni dengan diterapkannya kurikulum 2013 yang dirancang dengan aneka macam penyempurnaan. Penyempurnaan antara lain pada standar isi yaitu mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman materi yang relevan serta diperkaya dengan kebutuhan untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional. Penyempurnaan lainnya dilakukan pada standar penilaian, dengan secara sedikit demi sedikit mengadaptasi model-model evaluasi standar internasional.
Berdasarkan hasil study internasional Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan proses literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai penerima didik Indonesia sangat rendah. Pada umumnya kemampuan penerima didik indonesia sangat rendah dalam:
- Memahami informasi yang kompleks
- Teori, analisis dan pemecahan masalah
- Pemakaian alat, mekanisme dan pemecahan masalah
- Melakukan investigasi
Berdasarkan fakta di atas, maka perlu adanya perubahan dalam pembelajaran dan penilaian. Salahsatu upaya yang dilakukaan yakni dengan memakai soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) dalam assessment.
Apa itu soal HOTS?
Banyak sekali sumber yang sudah membahas mengenai pengertian soal HOTS, baik sumber lokal maupun sumber internasional. Namun, alasannya yakni siswa kita akan dihadapkan dengan soal-soal HOTS yang dibentuk oleh pemerintah (dalam Ujian Nasional) atau kita sebagai guru yang perlu juga memahami soal HOTS supaya sanggup menyusun soal HOTS yang sesuai standar pemerintah, maka saya akan memaparkan definisi/pengertian soal HOT bersumber dari Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills yang dibentuk oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai berikut:
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang dipakai untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemempuan berpikir yang bukan hanya sekedar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melaksanakan pengolahan (recite). Pada konteks assessment, soal HOTS mengukur kemampuan sebagai berikut:
- Transfer suatu konsep ke konsep lainnya
- Memproses dan menerapkan informasi
- Mencari kaitan dari aneka macam informasi yang berbeda-beda
- Menggunakan informasi untuk menuntaskan masalah
- Menelaah ilham dan informasi secara kritis
Pada penyusunan soal HOTS umumnya memakai stimulu, yang merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus sanggup bersumber dari isu-isu global menyerupai problem teknologi informasi, sains, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Stimulus juga sanggup diangkat dari permasalahan-permasalahn yang ada di lingkungan sekitar.
Karakteristik Soal HOTS
Banyak yang mengartikan soal sulit sama dengan soal HOTS, hal tersebut keliru. Soal HOTS haruslah memenuhi beberapa aksara sebagai berikut:
1. Mengukur Kemampuan Tingkat Tinggi
The Australian Council for Education Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memperlihatkan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui atau mengulang. Dengan demikian, tanggapan soal-soal HOTS tidak tersurat secara ekplisit dalam stimulus.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan problem (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berbargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (dicision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi sanggup dilatih dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Untuk itu, penting untuk guru memahami kriteria soal HOTS sebagai instumen evaluasi dan bisa menyusun soal HOTS untuk membiasakan siswa dan melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2. Berbasis Permasalahan Kontekstual
Soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi konkret dalam kehidupan sehari-hari. Tidak heran pada soal UNBK 2019 yang belum usang ini berlangsung, untuk matematika Sekolah Menengan Atas jadwal IPA, dari 40 butir soal, 15 butir soal diantaranya merupakan soal berbasis kontekstual. Hal ini bertujuan supaya penerima didik bisa menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaiakan problem dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memakai soal kontkstual, terdapat beberapa keterampilan yang diharapkan oleh penerima didik yang perlu kita kembangkan yaitu: kemampuan menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), mererapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate).
Berikut ini lima karakteristik asesmen kontekstual yang disingkat REACT:
- Relating, asesmen terkait pribadi dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
- Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (explorating), inovasi (discovery), dan penciptaan (creation).
- Applying, asesmen yang menuntut kemampuan penerima didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menuntaskan masalah-masalah nyata.
- Comunicating, asesmen yang menuntut kemampuan penerima didik untuk bisa mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
- Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan penerima didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Bentuk Soal HOTS
Sebagaimana yang dipakai oleh PISA (Programme for International Student Assessment), soal HOTS sanggup disajikan dalam bentuk yang beragam. Terapat beberapa alternatif bentuk soal yang sanggup dipakai untuk menulis butir soal HOTS sebagai berikut: Pilihan Ganda, Pilihan Ganda Kompleks (benar/salah), Isian singkat/melengkapi, Jawaban singkat, dan soal Uraian.
Contoh Soal HOTS
Perhatikan dua referensi soal di bawah ini:
Contoh 1 (Soal UN Sekolah Menengan Atas Program IPA 2018)
Dina harus membantu orang tuanya berjualan materi masakan di toko milik keluarganya. Dina menerima uang saku berdasarkan jumlah barang yang terjual pada hari tersebut dengan fungsi $U(x)=1.500x+500$, dengan $U$ yakni uang saku dalam rupiah dan $x$ yakni jumlah barang dalam unit. Jika jumlah barang yang terjual tergantung pada waktu yang dihabiskan Dina di toko keluarganya dengan $x(t)=2t+3$, dimana $t$ yakni waktu dalam jam, maka besar uang saku yang diperoleh Dina kalau ia membantu selama 2 jam pada suatu hari yakni ....
A. Rp10.500,00
B. Rp11.000,00
C. Rp11.500,00
D. Rp12.000,00
E. Rp12.500,00
Sekarang, anda bandingkan dengan referensi soal 2 di bawah ini:
Contoh 2 (Soal UN Sekolah Menengan Atas Program IPA 2017)
Diketahui fungsi $f:R\to R$ dan $g:R\to R$ dengan $g(x)=-x+3$ dan $(f\circ g)(x)=4x^2-26x+32$, maka nilai $f(1)$ yakni ....
A. $-5$
B. $-4$
C. $-3$
D. $3$
E. $4$
Coba anda perhatikan kedua referensi di atas. Contoh 1 dan referensi 2 sama-sama mengenai komposisi fungsi. Contoh 1 merupakan soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) alasannya yakni memnuhi kriteria soal HOTS yang disebutkan di atas namuan pada referensi 2 bukanlah soal HOTS.
Soal HOTS $\ne$ Soal Sulit
Apakah setiap soal yang sulit yakni soal HOTS? atau, apakah setiap soal HOTS itu sulit?
Tidak setiap soal sulit merupakan soal HOTS, tergantung soal tersebut apakah memenuhi kriteria soal HOTS atau tidak. Dan juga tidak setiap soal HOTS merupakan soal yang sulit. Untuk lebih jelasnya perhatikan dua referensi soal di bawah ini.
Contoh 1
Banyaknya pasangan $(x, y)$ yang memenuhi persamaan $2x^2-|xy|+1=0$ dan $(4x-y)^2+y^2=8$ yakni ....
A. $0$
B. $1$
C. $2$
D. $3$
E. $4$
Soal pada referensi 1 ini merupakan soal yang sulit untuk sebagian besar penerima didik, namun soal ini bukanlah soal HOTS. Sekarang perhatikan soal pada referensi 2 di bawah ini.
Contoh 2 (Soal UN Sekolah Menengan Atas Program IPA 2017)
Untuk membuat secara lengkap satu set rak sepatu menyerupai pada gambar, seorang tukang kayu membutuhkan 4 potong panel kayu panjang dan 6 panel kayu pendek. Tukang kayu mempunyai persediaan panel kayu panjang dengan 5 pilihan warna dan panel kayu pendek dengan 7 pilihan warna. Jika panel kayu panjang harus dipasangkan dengan warna yang sama demikian juga halnya dengan panel kayu pendek tetapi panel kayu panjang tidak harus sama dengan panel kayu pendek, banyak variasi warna rak sepatu yang dibentuk yakni ....
A. 20
B. 24
C. 28
D. 30
E. 35
Jawaban dari soal ini yakni $\displaystyle C_4^5\times C_6^7=5\times 7=35$, soal ini merupakan soal HOTS namun bukan soal yang sulit. Yang membuat soal ini terasa sulit yakni alasannya yakni bentuk soal kontekstual, sehigga penerima didik harus bisa menyerap informasi apa saja yang ada pada soal, dan konsep apa yang harus dipakai untuk memecahkan permaslahan tersebut.
Itulah sedikit pemaparan mengenai kriteria soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) yang sanggup kami sampaikan. Semoga bermanfaat