Assalaamu’alaykum, pejalan.
Sepagi ini saya sudah dibentuk terkekeh oleh sebuah meme. Begini katanya,
Kau tahu kenapa Son Goku sulit dikalahkan? Itu alasannya ialah kamehameha. Coba dibalik: ah emak emak.
Hahahaha. Ternyata setiap apapun sanggup kita tafsirkan, selama kita terbebas dari gelanggang hitam-putih. Sungguh menarik kehidupan ini, mahakarya dari Sang Maha Indah.
Baik. Setelah kemarin kami berbincang dan mengemis makna dari lagu Ruang Rindu, yang mana sama-sama dinyanikan Letto, kali ini kami ingin mengajak anda untuk berenang di lagu Sebelum Cahaya. Agaknya memang kedua lagu itulah yang paling terkenal dan sering didengarkan oleh kamu.
Seperti biasa, ini lirik Letto – Sebelum Cahaya.
Lirik Letto – Sebelum Cahaya
kuteringat hati yang bertabur mimpi
ke mana kau pergi, cinta
perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri
kuatkanlah hati cinta
ingatkan engkau kepada embun pagi bersajaha
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu, cinta
kekuatan hati yang berpegang janji
genggamlah tanganku, cinta
ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
temani hatimu, cinta
Makna Lagu Letto – Sebelum Cahaya
Saya akan sedikit menggunakan pemaknaan dari sudut pandang seorang hipnoterapis. Tapi jangan salah menerka jikalau saya ialah seorang hipnoterapis. Tolong jangan fitnah saya, haha. Ilmu ini saya sanggup dari seorang guru. Makasih, shifu.
Beberapa waktu ke belakang ia pernah bilang bahwa kita ini terdiri dari tiga:
- Diri
- Jiwa
- Fisik
Saya gak akan njentre-in ketiga itu di sini. Selain beda bahasan, saya juga gak begitu mengerti. Doakan sajalah suatu ketika mengerti. Tapi yang jelas, Diri itu sanggup terpisah dengan jiwa dan fisik. Sehingga, katanya, kalaulah kita kelelahan ketika sedang di tengah-tengah kegiatan, ngobrol aja sama fisik, “Wahai tangan, tolong engkau kuatkan dirimu sebentar lagi saja hingga pekerjaan ini selesai. Habis itu, saya akan istirahatkan kau dengan sesuatu yang menyamankan.” ngono lah ya …
Baca Juga: Biografi Cak Nun (Ayah Noe Letto)
Maksud saya membicarakan hal di atas adalah, alasannya ialah Sabrang, sebagai penulis lagu Sebelum Cahaya, tampaknya ingin siapapun saja yang menelisik liriknya tergerak untuk berbicara pada dirinya sendiri. Ya, lagu Sebelum Cahaya ialah perbincangan kita, dengan diri kita sendiri. Gak ngerti, ya?
Bait ke-1
kuteringat hati yang bertabur mimpi
ke mana kau pergi, cinta
perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri
kuatkanlah hati, cinta
Note: kata ‘aku’ pada ‘kuteringat’ berarti aku; kata ‘cinta’ berarti aku; kata ‘kau’ juga berarti aku. Sudah saya bilang ‘kan sebelumnya, lagu Sebelum Cahaya itu hanya perihal aku, seluruhku.
Kalau dibaca secara makna, liriknya jadi begini,
kuteringat hati yang bertabur mimpi
ke mana aku pergi, diriku
perjalanan sunyi yang aku tempuh sendiri
kuatkanlah hati, diriku
Ya … semacam ngobrol sama cermin. Begitu. Di bait-bait selanjutnya juga sama, ya.
Pada bait ke-1, bayangkan dirimu sedang di posisi mengingat masa-masa kelam yang telah lalu. Masa sebelum dirimu tercerahkan oleh cahaya. Sebelum bertaubat.
Masa ketika hatimu setiap sisinya dipenuhi dengan mimpi-mimpi, cita-cita, dan tujuan-tujuan, yang kemudian menggerakkan seluruhmu untuk bergiat-belajar dan bekerja tanpa kenal waktu.
Dunia, dunia, dunia. Hendak ke manakah dirimu, saya(ng)? Sampai tersesat
Perjalanan meninggalkan cahaya itu sunyi dan sendiri. Tapi alasannya ialah mimpi harus tunai! Kamu berjalan terus sembari menguatkan hati. Hingga tibalah kau di kegelapan. Ketiadaan Allah di hatimu menciptakan mata tertutup kabut, kemudian gelap.
Bait ke-2
ingatkan engkau kepada embun pagi bersajaha
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu, cinta
Sekarang bayangkan dirimu di masa kini. Hari ini. Detik ini. Sekarang. Masa ketika dirimu pernah tercahayai dengan ampunanNya, tapi kok ya … buat dosa lagi.
Hmmm … ujian akan terus ada, bukan? Maka, sesekali tergelincir lagi ialah kepastian yang mustahil sanggup dihindari. Dan itu bukanlah sebuah tanda bahwa Dia sudah bosan mencahayaimu dengan petunjuk-petunjukNya; bukan berarti Dia tidak hadir lagi dalam hidupmu. Bukan!
Dia tidak akan meninggalkanmu walau barang sedetikpun. Hanya kita saja yang tidak peka. Lalu kemudian Cak Sabrang memaksa kita–yang sedang merasa ditinggalkan Tuhan- untuk mengingat, betapa embun pagi begitu baik, begitu sudi-berkenan hadir di kehidupanmu yang telah nanar, babak belur oleh dosa-dosa. Siapakah embun pagi bersahaja itu?
Cak Sabrang juga memaksamu biar mengingati angin yang tiap hari kau hirup, memanjangkan umurmu, membahagiakan paru-parumu dengan mesra. Maka siapakah angin yang berhembus mesra itu?
Jawabannya hanya satu: Mahakasih Allah. Rahmat.
Jadi, segunung apapun dosa yang telah kau lakukan, Allah tidak akan meninggalkanmu. HadirNya ada pada setiap nikmat yang luput dari rasa syukur. Dia akan selalu ada pada tanah yang kau pijak, awan yang menaungi, oksigen yang tiap hari kau hirup, darah yang mengalir, jantung yang memompa, paru-paru yang kembang kempis; pada embun pagi bersajaha dan pada angin yang berhembus mesra, Dia ada di sana. Tidak meninggalkanmu.
Pekakan inderamu, kemudian mereka akan mengantarmu pada Cahaya.
Bait ke-3
kekuatan hati yang berpegang janji
genggamlah tanganku, cinta
ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
temani hatimu, cinta
Bentuk kesadaran tertinggi ialah ketika kau sanggup menjadi dirimu sendiri; tahu siapa dirimu di hadapan Tuhan, tahu siapa dirimu di hadapan takdir, di hadapan insan lain, dan di hadapan ambisi-ambisimu.
Menjadi besar lengan berkuasa dengan bertetap-tetap pada akad bin sumpah yang setiap ruh mengucapkannya, “alastu birabbikum?” qaalu, “balaa syahidna.”; “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka (ruh) menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami).” (QS. Al-Araf: 172)
Peganglah sumpahmu itu, kemudian … selamat bercahaya, bersamaNya.
Sumber https://satriabajahitam.com