Friday, April 6, 2018

√ Tembok Arogan Ruang Kelas

 kuliah ialah masa emas pendewasaan diri √ Tembok Angkuh Ruang Kelas
sumber: tango.image-static.hipwee.com

Kuliah itu apa?


Menurut Saya, kuliah ialah masa emas pendewasaan diri. Bukan ajang pencarian gelar dan lomba fashion.


Kuliah, buat apa?


Agar jadi insan bermanfaat, bukan dimanfaatkan; biar Kamu merasa lebih ndeso dari orang lain, yang kemudian akan membuatmu lebih bersemangat mencari ilmu. Bukan sok-sok intelek.


Iya. Tahu apa arti mahasiswa?


Mahasiswa itu berasal dari dua kata yang digabungkan. Maha dan Siswa; Maha berarti orang yang terhebat. Sedangkan Siswa berarti bodoh.


Jadi mahasiswa itu …


Banyak yang menyayangkan keputusan Saya berhenti dari acara perkuliahan. Katanya, Saya tidak bersyukur dengan ketetapan Tuhan.


Apa iya begitu? Saya jadi merasa ada pelecehan secual terhadap tafsir dari syukur.


Benar atau tidak, berdiam diri-bertahan pada keadaan yang tidak membaikkan pribadimu termasuk bersyukur? Kalau syukur Saya artikan sebagai Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk terus memperbaiki diri, dengan mencari kawasan yang layak, Kamu pilih pengertian yang mana?


 kuliah ialah masa emas pendewasaan diri √ Tembok Angkuh Ruang Kelas
sumber: 4.bp.blogspot.com

Ada sebuah isyarat, kalau satu pintu tidak bisa dibuka maka cobalah masuk dari pintu yang lain.


Saya merasa, pintu yang ada di depan Saya tertutup rapat. Ada duduk masalah dengan gambar di kepala. Susah sekali rasanya membayangkan diri ini menggunakan toga.


Selain itu, banyak mahasiswa yang tidak menjadi mahasiswa; kaum intelek tapi bodoh. Saya merasa terganggu dengan itu semua. Teori-teori dasar wacana Mahasiswa dan Pemuda yang digaungkan selama ospek …


… seperti hanya mantra untuk menyemangati saja. Tidak diamalkan secara penuh.


 kuliah ialah masa emas pendewasaan diri √ Tembok Angkuh Ruang Kelas
sumber: i.ytimg.com

Mahasiswa adalah agent of change, katanya. Agen perubahan yang tidak hanya pandai beretorika dan berdiksi, tapi berprestasi dan aksi. Membunuh bawah umur kebijakan yang salah urus.


Mahasiswa ialah investasi negara; iron stock, katanya. Generasi yang membaja dan siap pakai untuk menggantikan para pemimpin yang sudah udzur hati dan pikirannya.


Mahasiswa harus menjadi social control, katanya. Operator massa, kawan kritis pemerintah yang menawarkan kritik solutif dikala para pemimpin di Gedung glamor sana ada hal yang salah. Mencerdaskan masyarakat biar tidak di-cerdas-i pemimpinnya.


Saya tidak sedang memukul rata semua mahasiswa. Banyak mahasiswa yang sadar, tapi banyak juga yang lupa. Mungkin termasuk Saya.


Maka dari itu …


Keputusan yang kemudian Saya ambil sebagai bentuk rasa syukur adalah, berhenti kuliah.


Ini alasannya.



Tidak Bisa Beradaptasi dengan Lingkungan yang Statis


 kuliah ialah masa emas pendewasaan diri √ Tembok Angkuh Ruang Kelas
sumber: healtheconnect.bannerhealth.com

Statis yang Saya maksud adalah, terus berputar-putar dalam bulat tidak berujung. Mungkin tidak semua universitas ibarat itu, tapi yang Saya alami, acara perkuliahan ya … ibarat itu setiap hari.


Dosen tidak masuk, tapi kiprah menumpuk. Mahasiswa jangan telat, dosen mah … bebas.


Mahasiswa hanya diajari menjadi ‘penumpang’ yang baik. Jarang sekali Saya ditugaskan untuk menciptakan konsep kreatif atau minimal, mencari duduk masalah sosial –yang masih berkaitan dengan jurusan- dan perumusan solusinya.


Rasanya, tembok ruang kelas itu arogan sekali. Terlalu menuntut mahasiswa yang ada di dalamnya angguk-angguk tanpa sebab. Ah, mungkin hanya perasaan Saya saja.


Salah Jurusan


 kuliah ialah masa emas pendewasaan diri √ Tembok Angkuh Ruang Kelas
sumber: artlimited.net

Anu … daripada disebut Salah Jurusan, sesungguhnya lebih pantas dikatakan salah mikir. Jujur, dulu Saya kuliah itu mikir wacana prospek pekerjaan yang kedepannya, sehabis Saya lulus, bisa bekerja di Perusahaan besar dengan honor yang tumpeh-tumpeh.


Biasa. Gengsi.


Tapi seiring berjalannya waktu, Saya menemukan fakta bahwa jurusan kuliah tidak memengaruhi masa depan seorang mahasiswa. Artinya, tidak menjamin sehabis wisuda nanti akan berkarya pada bidang yang sama dengan jurusan yang digeluti semasa kuliah.


Pernah lihat headline koran yang menulis sekian puluh ribu sarjana menganggur? Atau sekian puluh ribu sarjana daftar jadi driver Go-Jek?


Atau malah punya sobat yang jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) jadi karyawan bank? Banyak, tuh …


Tapi Saya salut ke salah seorang kawan online, Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) UNPAD, atas motivasinya.


Dia bilang –yang intinya- begini, “Segera berkarya! Jangan terlalu usang tenggelam dalam perasaan salah masuk jurusan. Skenario indah sudah Tuhan siapkan. Tinggal mau menjalani dan berusaha menjemputnya.


Harus aktif mengikuti kegiatan-kegiatan perlombaan, baik akademik maupun non-akademik. Aktif dalam acara kemahasiswaan, organisasi dan acara sosial.


Mengasah kemampuan public speaking, baik bahasa nasional atau internasional. IPK dijaga biar tetap kondusif dan milikilah kepribadian yang baik.”


Oke. Dua jempol. Saya setuju. Mahasiswa harus jadi pekarya yang mengkaryakan orang lain.


Intinya: berkarya, sukses pribadi, dan sukses sosial.


Bukan Misi


 kuliah ialah masa emas pendewasaan diri √ Tembok Angkuh Ruang Kelas
sumber: i.ytimg.com

Misi ialah langkah strategis yang dirumuskan sehabis tahu tujuan akhir. Penting bagi Saya –dan mungkin bagi semua orang, misi-misi yang hendak dikerjakan harus mendekatkan pada cita-cita.


Makanya Stephen R. Covey di dalam bukunya yang bertajuk 7 Habits Of Highly Effective People menyebutkan, “Mulailah dari Akhir di Pikiran.”


Maksudnya adalah, sebelum melaksanakan perjalanan penting untuk punya tujuan, peta, dan kompas.


 kuliah ialah masa emas pendewasaan diri √ Tembok Angkuh Ruang Kelas
sumber: anpa.nationalparks.gov.uk

Kenapa?


Karena tujuan bisa berfungsi sebagai alat ukur sejauh mana kaki sudah melangkah. Mungkin Kamu bisa bayangkan, kalau bepergian tapi tidak tahu arah tujuan. Kamu tidak akan pernah tahu berapa jauh lagi akan sampai, pun sudah berapa jauh jarak yang telah ditempuh.


Peta ialah alat untuk melihat jalan mana yang harus kita susuri –dengan segala rintangannya- biar hingga pada tujuan akhir. Tanpa peta, ada dua kemungkinan: tersesat dan tidak tahu kalau sedang tersesat.


Sementara kompas menjadi petunjuk arah, yang mengingatkan bila salah melangkah.


Nah, kuliah tidak menjadi misi dalam pemenuhan visi Saya. Tapi Saya tidak menafikkan, kalau selama bergiat asuh di kampus, banyak hal yang Saya dapatkan. Khususnya dari organisasi.


Laki-laki Harus Mandiri dan Banyak Pengalaman


 kuliah ialah masa emas pendewasaan diri √ Tembok Angkuh Ruang Kelas
sumber: blissfullydomestic.com

Penelitian membuktikan, kecerdasan anak diturunkan dari gen ibunya. Nah, jadi, berdasarkan Saya, sekolah dan gelar berada di nomor sekian untuk laki-laki. Sing penting pandai cari istri yang cerdas. Pft.


Laki-laki harus banyak pengalaman. Benar-benar harus. Sebab, pengalaman-pengalaman itu akan membuatnya semakin bijak memecahkan masalah.


Dan bijak, penting dimiliki oleh seorang ayah biar rumah tangga yang dibina tidak tenggelam di tengah perjalanan.


Bahasan ini terlalu jauh. Intinya, semua harus dipersiapkan; baik dan buruknya. Kalau kuliah sanggup memberimu hal ini, maka lanjutkan. Tapi kalau sebaliknya, coba dipikirkan lagi. Ya … kayak Saya ini.


Saya ingin menarik kesimpulan, mengutip dari postingan sebelumnya, “Silakan kuliah kalau itu membuatmu menjadi eksklusif yang lebih baik. Jika sebaliknya, berhenti saja.”


Sejak awal, Saya tidak pernah menganggap kuliah hanya sebagai perpindahan episode dari Sekolah Menengah kejuruan ke Universitas, tapi lebih dari itu.


Ini soal masa depan dan waktu yang dihentikan kita sia-siakan pada hal-hal yang tidak menjadi penunjang tujuan kita.


Saya dan kau hanya singgah saja di dunia ini. Sebentar. Besok lusa mungkin kita mati. Pertanyaannya, sudah bermanfaat untuk masyarakat?


Ah, iya, sebagian dari kita memang kuliah untuk menjawab pertanyaan itu. Tapi sebagian lagi … hanya main-main saja.



Sumber https://satriabajahitam.com