Tuesday, June 26, 2018

√ 4 Kawasan Wisata Di Jakarta Timur Selain Mall Yang Dapat Anda Kunjungi

Sukses tidaknya sebuah perjalanan bukan hanya masalah destinasi, tapi lebih pada bagaimana cara kita menikmatiya.


Mungkin pikiran semua orang akan sama ketika mengunjungi sebuah destinasi yang gotong royong memikirkan pun enggan. Seperti aku ketika aku harus berkujung Jakarta Timur beberapa waktu kemudian untuk mengunjungi orang tua. Sebenarnya 4 hari bukanlah waktu yang usang bagi orang-orang yang menyukai perjalanan mereka- dan juga kalau destinasinya meman menarik. Jakarta Timur, tak ada hal manis yang terpikir ketika aku mendengar harus berada di sana selama 4 hari.


“Kamu akan menemukan kemacetan dan kemudian lintas yang carut marut,” begitu komentar banyak orang.


Ternyata perkiraan saya salah. Jakarta Timur tidaklah terlalu buruk, bahkan sanggup dibilang cukup menyenangkan. Ketika orang-orang pergi ke Bali dengan pantai Jimbaran dan Kuta nya atau ke Papua dengan Raja ampatnya. Jakarta Timur menjadi langkah awal aku menikmati libur di bulan Juli lalu.


1. Menghabiskan malam menikmati syahdunya panorama malam Kanal Banjir Timur


Banyak yang belum mengetahui, bahkan aku sendiri, sebelum bapak paruh baya yang aku temui di angkot memulai perbincangan.


“Dari Jogja, Neng? Kunjungi KBT nanti malam, bagus.” Rasa ingin tau itu bertambah ketika bapak itu mengacungkan kedua jempolnya dengan mantap.


Sebelumnya yang aku ketahui, KBT merupakan kanal yang dibangun untuk mengatasi banjir pada Jakarta bab timur. Begitulah yang aku lihat ketika angkot biru yang aku naiki melintas di KBT ini. Ternyata tidak untuk malam hari, KBT siang dan malam hari mirip 2 dunia yang berbeda. Sepanjang KBT akan banyak ditemui orang dari berbagai generasi. Dari yang membawa keluarga sampai para dewasa dengan sobat sebayanya membaur jadi satu menikmati keindahan KBT pada malam hari. Sekadar untuk nongkrong atau membeli kuliner sebagai cemilan malam.


Jagung bakar, satu porsi kerang pedas, dan teh panas menjadi sobat setia aku kala itu. Lengkap dengan panorama yang syahdu sepanjang Kanal yang dihiasi lampu kota dan pohon-pohon trembesi yang tertata apik.


2. Satu Hari Keliling Indonesia!


Tidak ada orang yang tidak mengetahui miniatur indonesia yang masih berada di daerah Jakarta Timur ini, Taman Mini Indonesia Indah atau sering disingkat menjadi TMII. Ia yaitu bentuk kecil dari seluruh provinsi di Indonesia. Saya menjumpai berbagai rumah sopan santun yang disajikan mirip aslinya.


Indonesia luas, niscaya begitu juga dengan miniatur nya. Pasti capek,” keluh aku sebelum mendapati sepeda yang disewakan pihak TMII.


Disini banyak sekali wahana sanggup ditemui. Kereta gantung yang mempunyai tiga stasiun salah satunya, atau mencicipi pegunungan salju buatan yang menyelimuti area Snowbay Waterpark. Selain itu masih banyak wahana menarik lain.


3. Mencoba Kereta Listrik Jepang Ala Jakarta


“Siapa bilang Jakarta tidak sanggup mirip Jepang.” Begitu post aku bersamaan dengan foto yang aku unggah di instagram. Kereta Listrik memang sangat membantu perjalanan aku ketika ingin mengunjungi Depok. Berawal dari stasiun Tebet dan berhenti di stasiun Depok Baru. Stasiun yang nyaman, higienis dan cara membayar tiket serta pengelolaan yang baik menciptakan aku tak henti berdecak kagum.


Pengelolaannya sudah baik, harganya juga terjangkau, belum ada lima belas menit kereta selanjutnya sudah datang.


Orang-orang di sini cukup tertib, saya banyak menemui orang-orang yang tak sungkan menunjukkan tempat duduknya untuk orang yang lebih diprioritaskan. Jadi, kata siapa ibukota tak ramah?


4. Belanja Murah di Jatinegara


Kaos oblong sampai yang berkerah bahkan handpone pun dijual murah di sini. Sebelum aku mengakhiri wisata aku di Jakarta Timur aku memebeli beberapa buah tangan baju dan aksesoris di Jatinegara. Kaki aku melangkah pukul lima pagi bebarengan dengan pedagang kaki lima yang akan mulai menjajakan dagangannya.


Sejauh mata memandang deret bangunan dan beberapa pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan, ternyata jam tangan berwana biru menarik perhatian saya, cukup tiga puluh ribu rupiah sekarang jam tangan itu sanggup terbeli.


Di sekitar sini juga banyak peninggalan sejarah berupa rumah-rumah Tionghoa lama. Pasar ini juga sudah populer pada jaman penjajahan Belanda sampai deret bangunan yang masih kental dengan bangunan Belanda.


***



Perjalanan bukan soal tujuan. Namun lebih tentang diri kita sendiri. Bagaimana kita bersikap, sehingga merasa nyaman ketika berkunjung ke destinasi yang sebelumnya belum terpikirkan.




Sumber https://phinemo.com