Thursday, June 28, 2018

√ 4 Laba Menjadi Mahasiswa Volunteer Di Luar Negeri Yang Sangat Berharga

Tulisan ini ialah hasil wawancara dengan Agnes Kenya Winanti wacana pengalaman mengajar menjadi volunteer bagi mahasiswa asing.

Sejak kecil saya mempunyai keinginan untuk pergi ke luar negeri dan mencicipi bagaimana suasana di sana. Kesenanganku terhadap bahasa Inggris membuatku mendaftarkan diri menjadi pelatih dan menentukan pendidikan bahasa Inggris sebagai sarana untuk mewujudkan cita-citaku. Aku pun terus berusaha menggali potensi yang kumiliki dengan mengikuti aneka macam macam perlombaan yang diadakan di kampus. Melihat lowongan part time sebagai volunteer untuk membantu mahasiswa gila di Jogja, Aku tak melewatkan kesempatan ini. Dari pengalaman sebagai volunteer tersebut, aku mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan.


1. Berkesempatan menimba ilmu di luar negeri


Tulisan ini ialah hasil wawancara dengan Agnes Kenya Winanti wacana pengalaman mengajar  √ 4 Keuntungan Menjadi Mahasiswa Volunteer Di Luar Negeri yang Sangat Berharga

Foto oleh Anya


Walaupun saya bekerja sebagai guru part time, ternyata tidak menghalangi kreativitasku untuk pergi ke luar negeri. Melalui artikel yang saya buat, saya mendapatkan kesempatan untuk mewakili kampus untuk pergi ke Jepang dalam program Summer Camp bersama mahasiswa-mahasiswa lain dari aneka macam negara di Asia. Berinteraksi dan bertukar pikiran dengan mahasiswa gila yang berbeda latar belakang dan negara menciptakan pengetahuanku menjadi bertambah luas.


Acara yang diadakan di Tokyo, Jepang selama 4 hari mempertemukanku dengan ratusan rekan-rekan dari Hongkong, India, Jepang, Korea, Filipina, Taiwan dan Thailand. Sedangkan saya mewakili penerima Indonesia bersama rekan-rekan yang berjumlah 30 orang


Sebenarnya acaranya tuh padet banget. Tapi sama pihak panitia, dibentuk agar program ini terlihat santai dan menyenangkan. Mungkin agar kita bisa lebih dekat satu dengan yang lain mungkin ya!” Jelas Anya.


Ibarat mimpi yang menjadi kenyataan, kesempatan ini saya pakai sebaik mungkin untuk mengatakan kemampuanku dalam berbahasa Inggris. Siapa tau ada yang meliriku untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.


2. Bersikap terbuka dan mendapatkan perbedaan


Tulisan ini ialah hasil wawancara dengan Agnes Kenya Winanti wacana pengalaman mengajar  √ 4 Keuntungan Menjadi Mahasiswa Volunteer Di Luar Negeri yang Sangat Berharga

Foto oleh Anya


Sebenarnya cultureshock terjadi pada diriku. Bertemu dengan orang-orang gres yang berbeda latar belakang negara dan budaya di Summer Camp sempat membuatku galau untuk berbaur dengan mereka. Tapi lambat laun aku mencoba berbaur dengan mereka. Ketertarikanku terhadap suatu budaya turut memudahkan saya untuk saling bertukar isu dan bertukar sudut pandang wacana negara asal mereka.


Yang paling tak bisa dilupakan waktu program pentas seni pada ketika cultural night. Kami para penerima diwajibkan menampilkan pentas seni dari negara masing-masing. Jadi, secara tidak sadar dengan tampilnya banyak budaya dari aneka macam macam negara, menciptakan kami termotivasi menunjukan kalau negara kita tidak kalah keren nya.


Kami pun banyak bertukar kisah wacana kebudayaan Indonesia dari hasil pentas seni tersebut. Banyak dari mereka mendengar pemaparan kita dengan antusias. Begitu juga ketika mereka menjelaskan wacana kebudayaannya, kami pun mencoba mendengarkan dengan secama.


Aku mendapatkan kesempatan bagaimana caranya menggunakan kimono waktu itu. Awalnya cukup sulit. Seperti menggunakan lipatan kain yang digulungkan ke badan. Tapi sehabis aku mencoba, ternyata bisa juga jadi perempuan Jepang.


3. Menghargai budaya negara sendiri


Tulisan ini ialah hasil wawancara dengan Agnes Kenya Winanti wacana pengalaman mengajar  √ 4 Keuntungan Menjadi Mahasiswa Volunteer Di Luar Negeri yang Sangat Berharga

Foto oleh Anya


Saat itu saya masih berpikir wajar, bahwa budaya negara lain lebih menarik dibandingkan negara sendiri. Banyaknya film-film impor yang saya tonton turut mempengaruhi pikiranku. Tapi saya sadar, negeri kita dikaruniai begitu banyak kebudayaan yang mungkin tidak bisa ditandingi oleh negara manapun.


Yang paling membuatku terharu sewaktu menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing negara. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya di negara orang terasa beda dibanding menyanyikan lagu di negara sendiri. Rasanya menyerupai ingin menunjukkan bahwa kita sebagai perjaka pemudi Indonesia bisa bersaing dengan negara lain dan mengharumkan nama Indonesia di dunia Internasional.


Selain itu juga aku membantu mempromosikan batik tulis buatan Indonesia dengan membuka kelas membatik yang bekerja sama dengan pengrajin batik di kawasan Jogjakarta. Aku berharap kolaborasi dengan pengrajin batik, bisa memberi penghidupan secara ekonomi bagi mereka, terlebih orang yang minta diajarkan membatik berasal dari luar negeri.


Paling menarik ketika mengajarkan rekan gila mencoba membatik. Awalnya mereka kebingungan apa yang harus dilakukan, mau gambar apa, coraknya mau bagaimana. Ada juga pada ketika membatik, tapi lilin nya ketebelan dan mereka jadi panik bagaimana cara menghilangkannya. Karena gambarnya jadi gagal.


Ada juga yang membatik dengan serius, jadi tak mau diganggu sama sekali. Dia mau hasil batiknya dijadikan buah tangan untuk keluarganya.


4. Dari sobat menjadi saudara


Tulisan ini ialah hasil wawancara dengan Agnes Kenya Winanti wacana pengalaman mengajar  √ 4 Keuntungan Menjadi Mahasiswa Volunteer Di Luar Negeri yang Sangat Berharga

Foto oleh Anya


Berawal dari pertukaran budaya yang kita lakukan, semua kecanggungan dari teman-teman yang berbeda asal dan negara perlahan hilang. Aku yang bertugas sebagai volunteer mencoba membantu mereka untuk cepat mengikuti keadaan di sini.


Saat mereka datang, tak semua bisa bahasa Indonesia. Kadang menjelaskan pada mereka menggunakan bahasa Inggris sedikit-sedikit.


Ketika ngobrol dengan mereka dan ada bahasa atau kosakata yang salah, kami semua tertawa ngakak. Tapi dari situ, kita bisa dekat dengan mereka. Buat kami para volunteer, perbedaan budaya dan bahasa tidak jadi masalah. Justru menciptakan kita jadi tahu kebudayaan mereka dan bisa menjadi alat untuk mempererat pertemanan kita dengan mereka.


Waktu itu ada seorang sobat dari Myanmar, Namanya Saw John. Dia bercerita bahwa di kamar kosnya banyak “munyuk”(munyuk dalam bahasa Jawa berarti monyet). Aku dan teman-teman kebingungan. “Kok bisa di kosan mu banyak munyuk, Rinko? Emang mereka masuk darimana?” tanyaku.


Dengan mencoba berbahasa Indonesia perlahan-lahan, Saw John coba menjelaskan. “Wah.. Aku enggak tahu. Banyak sekali munyuk di kamar. Padahal sudah saya semprot pakai baygon.” Kami semua tertawa keras. Kami gres paham ternyata munyuk yang ia maksud ialah nyamuk!


Selain itu pengalaman yang menarik lainnya dengan rekan-rekanku yang berjulukan Anastasia Pustylnyk dan Valeria Rumiantseva yang berasal dari Ukraina.


Anya, bolehkah kami mencicipi Natal bersama keluargamu di Bandung? Kami ingin mencicipi Natal bersama keluarga, alasannya ialah kami rindu dengan suasana Natal bersama keluarga kami di Ukraina.” tanya dua perempuan dari Kiev, Ukraina.


Jujur, aku sempat takut apabila mereka merasa tidak nyaman tinggal bersama keluarga besarku. Tapi semua itu salah besar, keluargaku mendapatkan mereka dengan hangat layaknya anggota keluarga sendiri dan teman-temanku sangat bahagia atas sambutan yang diberikan oleh keluargaku.


Memang tidak bisa saya bayangkan sebelumnya. Mempunyai sobat yang berasal dari negara yang berbeda dan jauh dari keluarganya sanggup dengan gampang berbaur dengan keluargaku dan menganggap keluargaku menyerupai keluarganya sendiri.



Sumber https://phinemo.com