Saturday, October 13, 2018

√ Pembahasan Kiprah Final Modul 3 Ppg Kompetensi Pedagogik

Sejenak Tentang Mengingat


Selamat tiba kembali,


Pada hakikatnya semua proses pendidikan dilakukan oleh setiap manusia. Manusia yang dimaksud disini mencakup guru sebagai sumber berguru dan siswa sebagai pembelajar. Setiap kegiatan berguru yang dilakukan oleh siswa, akan dipraktekkan secara eksklusif dikehidupan sehari-hari. Proses kegiatan berguru ini tertanam rapi dalam ingatan siswa itu sendiri.


Modul 3 PPG kompetensi pedagogik ini membahas ihwal ingatan.


Ingatan menyerupai apa?


Ingatan yang ada disetiap diri siswa diorganisasikan oleh pemikiran dan dibuat oleh rangsangan luar. Kemudian akan dipraktekkan dengan wujud sikap individu sebagai hasil proses mengingat.


Langsung saja, Kami akan menyampaikan salah satu hasil pembahasan kiprah tamat modul 3 pedagogik ihwal pengorganisasian ingatan dalam diri penerima didik.


Pada hakikatnya semua proses pendidikan dilakukan oleh setiap insan √ Pembahasan Tugas Akhir Modul 3 PPG Kompetensi pedagogik
aciknadzirah.blogspot.com

 


Diharapkan pembelajar akan memahami dan mempraktekkan bagaimana terbentuk ingatan dalam berguru penerima didik. Sehingga pada hasilnya akan mempunyai kegunaan bagi berlangsungnya kegiatan berguru mengajar dikelas.




 


PENGORGANISASIAN INFORMASI/ PENGETAHUAN DALAM INGATAN MANUSIA


 


BAB I


PENDAHULUAN


 Berfikir merupakan suatu manipulasi informasi secara mental. Berfikir sanggup membawa insan melewati batas-batas yang ada dalam kehidupan kasatmata menyerupai yang banyak dipakai dalam novel/ dongeng fiksi contohnya membayangkan binatang yang sanggup berbicara, kuda bertanduk (unicorn), katak menjadi pangeran tampan, dll. Melalui proses berfikir insan sanggup menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki secara creatif dan bakir dalam memecahkan suatu masalah, tanpa perlu secara buta menjalani proses pemecahan masalah. Otak insan merupakan prosesor yang jauh lebih kompleks, tidak hanya merekam informasi secara pasif, namun juga terus-menerus menyesuikan dan mengorganisasikan informasi tersebut secara aktif. Saat melaksanakan suatu tindakan, insan memanipulasi lingkungan secara fisik, ketika berfikir, memanipulasi respresentasi internal dari objek, aktivitas, dan situasi secara mental. Kemampuan melaksanakan aktifitas tanpa harus memikirkan prosesnya contohnya memungkinkan makan siang sambil membaca buku atau menyetir kendaraan beroda empat sambil mendengarkan musik. Namun, melaksanakan beberapa aktifitas secara bersamaan dengan aktifitas lain sanggup mengakibatkan duduk kasus contohnya mengemudi kendaraan beroda empat sambil menelepon dan makan.


Saat proses berfikir, biasanya insan akan secara sadar melaksanakan sejumlah kegiatan mental dalam pikiran yang dijalankan dengan hati-hati, menyerupai memecahkan suatu masalah, menciptakan rencana, atau mengambil sebuah keputusan. Namun tidak semua proses mental terjadi secara sadar. Proses bawah sadar memampukan untuk  menangani informasi atau tugas-tugas yang jauh lebih rumit dibandingkan informasi atau tugas-tugas yang ditangani melalui proses berfikir pada tataran sadar.


Ingatan merujuk pada kemampuan mempunyai dan mengambil kembali suatu informasi dan juga struktur yang mendukung kemampuan ini. Manusia mempunyai kemampuan mengingat yang menakjubkan. Sebagian besar mengingat lagu favorit/lagu rohani, mengingat detail-detail yang terdapat pada olah raga atau film kesukaan, mengingat cara mengoperasikan ATM, mengingat kejadian paling memalukan yang pernah dialami, dengan jumlah yang hampir tah terhingga dan ratusan ribu jumlah informasi lainnya. Ingatan yaitu suatu bentuk kompetensi, tanpa ingatan insan menyerupai bayi yang gres lahir yang tidak bisa melaksanakan aktifitas yang paling gampang sekalipun dalam keseharian. Ingatan juga memampukan untuk mempunyai identitas diri, setiap insan merupakan kumpulan dari ingatannya sendiri, hal ini mengakibatkan insan merasa terancam apabila ada seseorang yang mempertanyakan ingatannya. Individu dan kebudayaan di dunia bergantung pada ingatan sejarah mengenai koherensi dan arti; ingatan memberi sebuah masa kemudian dan menunjukkan sebuah masa depan. Lalu bagaimana pengorganisasian informasi/ pengetahuan tersebut dalam ingatan manusia?


 


BAB II


PEMBAHASAN


2.1 Ingatan


Tidak menyerupai kaset perekam audio maupun kaset perekam video, ingatan insan sangat selektif dan bersifat rekonstruktif. Manusia menambahkan, menghapus atau mengubah banyak sekali elemen dengan suatu cara tertentu untuk menciptakan informasi menjadi lebih bermakna (dan gampang diingat). Manusia merupakan makhluk yang unik yang membuatkan dongeng dan hidup menyerupai dongeng yang diceritakan. Sebagai pola dengan mengatakan, “Saya jadi menyerupai ini lantaran sewaktu kecil, hal ini terjadi pada saya, kemudian orang renta saya …”, “Saya akan menceritakan padamu, bagaimana kami saling jatuh cinta …”, “Setelah mendengar apa yang terjadi, kau akan mengerti mengapa saya sangat dendam padanya”. Kalimat-kalimat tersebut sangat bergantung pada ingatan dan lantaran ingatan merupakan sesuatu yang direkonstruksi dan mengalami pergeseran terus-menerus sesuai tuntutan keadaan, keyakinan, dan pengalaman, apa yang diceritakan juga merupakan hasil interpertasi dan imajinasi sendiri.


Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni : (1) Menerima kesan, (II) Menyimpan kesan, dan (III) Memproduksi kesan. Mungkin lantaran fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik bisa mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini sanggup dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang dipakai pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga kesannya akan lebih dalam pada siwa. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi siswa, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh masalah yang menarik yaitu mengingat nama-nama kunci nada G (gudeg), D (dan), A (ayam), B (bebek) dan sebagainya.


2.2 Pengorganisasian Informasi/ Pengetahuan Dalam Ingatan Manusia


Pengetahuan merupakan suatu proses berguru yang berulang-ulang dan mengakibatkan adanya perubahan sikap yang disadari dan cenderung bersifat tetap. Pengulangan merupakan suatu teknik penting biar bisa menyimpan informasi dalam memori jangka pendek dan mengingat kembali informasi yang telah disimpan dalam memori jangka panjang, dengan cara mempelajari kembali atau mempraktekkan meterial yang sedang dipelajari.




Pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya yang di miliki seseorang tidak sanggup di identifikasikan, lantaran ini merupakan kecenderungan sikap saja. Hal ini sanggup di identifikasikan bahkan sanggup di ukur dari penampilan (behavioral performance). Penampilan ini sanggup berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan sesuatu, atau melaksanakan suatu perbuatan. Jadi, kita sanggup mengidentifikasikan hasil berguru melalui penampilan. Namun demikian, individu sanggup di katakan telah menjalani proses belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecenderungan perilaku. (De Cecco & Crawford, 1977 : 178).


Hal ini untuk mengetahui bagaimana siswa mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, ketika siswa  memperoleh cara gres dalam merepresentasikan informasi secara mental. Siswa membangun kemampuan kognitifnya melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Pada hal ini bagaimana siswa menyimpan dan memproses informasi sangat penting dalam proses belajar. Belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk ingatan, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.


Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya di capai sebagai hasil belajar, yaitu mencakup pengetahuan dan pemahaman ihwal konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respons yang positif terhadap sesuatu yang di pelajari, dan di peroleh kecakapan melaksanakan suatu kegiatan tertentu.


Sebagai suatu misal, siswa melaksanakan suatu proses berguru ihwal suatu materi pembelajaran yang berkaitan dengan komposisi fungsi. Materi ini tentunya hanya sebagian kecil saja dari salah satu materi pembelajaran dalam pembelajaran matematika. Jika pembelajaran yang di lakukan guru hanya melalui proses penyampaian materi pembelajaran, maka hasil berguru yang di peroleh siswa sangat terbatas. Ada kemungkinan siswa hanya memperoleh pengetahuan yang berafiliasi dengan fakta semata-mata atau hanya memahami konsepnya. Tetapi bila pembelajaran di lakukan dengan cara membimbing siswa melaksanakan kegiatan belajar, contohnya dengan melaksanakan percobaan, memakai pola gambar dan ilustrasi dengan pengalaman/kegiatan masa kemudian masing-masing siswa, disamping di peroleh hasil berguru berupa pengetahuan ihwal konsep atau apliksi komposisi yang bersifat pengalaman juga di peroleh pemahaman yang lebih luas ihwal konsep tersebut, sanggup menjabarkan proses berpikirnya, memperoleh kesimpulan, bisa menciptakan penilaian, menyenangi apa yang di pelajari dan memperoleh kecakapan mengaplikasikan materi dalam keidupan nyata. Di samping itu lantaran siswa melaksanakan sendiri proses mencari dan menemukan, maka hasil berguru tersimpan dalam ingatannya dalam jangka waktu lama, sanggup melaksanakan penglihatan (transfer) hasil berguru secara lebih baik, dan apa yang telah diperoleh sebagai hasil berguru itu sanggup mendorong itu untuk melakuakn proses berguru secara lebih jauh lagi.


2.3 Hasil Belajar Di Peroleh Berkat Pengalaman


Pemahaman dan struktur kognitif sanggup diperoleh seseorang melalui pengalaman melaksanakan suatu kegiatan. Dalam khazanah peristilahan pendidikan, hal ini di kenal dengan “learning by doing – yaitu berguru dengan jalan melaksanakan suatu kegiatan”. Pemahaman itu sendiri bersifat aneh sesuatu yang aneh akan gampang diperoleh dengan jalang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kasatmata atau konkrit, sehingga orang yang bersangkutan memperoleh pengalaman yang menuntun pada pemahaman yang bersifat abstrak.


Kemauan dan dorongan untuk melaksanakan kegiatan yang sanggup di beri pengalaman berguru untuk mencapai pemahaman sepatutnya muncul dari dalam diri sendiri. Kemunculan hal tersebut di sebabkan oleh adanya rangsangan yang tiba dari luar lingkungan. Dalam kegiatan pembelajar, rangsangan sanggup di timbulkan oleh guru, dengan menyodorkan suatu materi pembelajaran yang bersifat problematik, atau materi pembelajaran yang mengandung permasalahan yang menuntut upaya menemukan pemecahan melalui suatu proses pencarian dan inovasi atau proses pemecahan masalah.


 


BAB III


KESIMPULAN


 


Kemampuan untuk mengingat bergantung pada jenis kinerja yang dibutuhkan. Sifat rekonstruktif alami yang terdapat pada ingatan memungkinan pikiran bekerja efisien. Sifat tersebut memungkinkan insan menyimpan bagian-bagian yang esensial dari suatu pengalaman dan kemudian memakai pengetahuan untuk melengkapi bagian-bagian penting ketika membutuhkannya, tanpa harus memenuhi otak dengan semua detai banyak sekali pengalaman dalam hidup. Untuk sanggup mengingat suatu informasi, insan harus melaksanakan proses encoding terhadap informasi ini terlebih dahulu. Beberapa jenis informasi, menyerupai materi kuliah, membutuhkan perjuangan penyandian yang lebih banyak dibandingkan proses penyandian otomatis. Tidak semua kejadian yang dialami dan dipakai kembali, ingatan bersifat selektif dan membuang ingatan yang tidak berguna. Mengulang-ulang suatu informasi tersebut tersimpan lebih lama. Daya ingat bergantung pada jenis kinerja yang membutuhkan kemampuan tersebut. Pengalaman masa kemudian sanggup mensugesti pemikiran dan tindakan ketika ini, meskipun pengalaman-pengalaman tersebut tidak diingat secara sadar. Mengingat yaitu proses aktif yang tidak hanya melibatkan proses penyimpanan informasi, tetapi juga melibatkan proses menggabungkan dua atau tiga informasi sekaligus untuk merekonstruksi kejadian masa lalu.


 


Demikianlah pembahasan modul 3 kompetensi pedagogik, semoga bermanfaat dan silakan share bila bermanfaat.


Jangan lupa subscribe untuk mendapatkan pemberitahuan update terbaru artikel kami.


Pembahasan Tugas Akhir Modul 3 Pedagogik


Pembahasan Tugas Akhir Modul 3 Pedagogik


Pembahasan Modul 4 Matematika Profesional



Sumber aciknadzirah.blogspot.com