Wednesday, January 23, 2019

Biosentrisme, Benarkah Ada Kehidupan Sehabis Kematian?

 sudahkah Kawan membaca goresan pena kami yang berjudul Benarkah Seorang Mampu Melihat masa Dep Biosentrisme, Benarkah Ada Kehidupan Setelah Kematian?
Arwah
Kehidupan Setelah Kematian - Rekan-rekan , sudahkah Kawan membaca goresan pena kami yang berjudul Benarkah Seorang Mampu Melihat masa Depan? Kami anjurkan Kawan untuk membacanya dulu.

Dikarenakan bahasan kita berikut ini tidak jauh tidak sama. Masihlah kira kira bahan mistis, yang sulit untuk dijangkau nalar. Bagaimana kehidupan setelah kematian? dan bagaimana pula bukti kehidupan setelah kematian?

Benarkah Ada Kehidupan Setelah kematian? 

Apa yang terjadi setelah kematian? Seandainya ada orang yang mengambil timbangan untuk mengukur panjang sebuah ruang, apa jawaban Rekan? Atau yang lain, ada orang yang mengambil meteran buat mengukur berat watu 1 truk.

Ada pun yang mau menikmati merdunya nada musik namun dengan menggunakan matanya. Dulu, ada pun yang mau menikmati indahnya satu buah lukisan dengan menggunakan telinganya. Apa jawaban Teman?

Wajar-wajar saja, normal, aneh, atau malah gila orang yang lakukan perbuatan menyerupai itu? kehidupan setelah apa yang terjadi setelah maut memanglah ada dalam Al-qur'an dan bagaiman kehidupan setelah maut secara ilmiah.

Sebenarnya, kajian menyangkut kehidupan setelah kematian, atau ketika ini lebih populer dinamakan dengan istilah biosentrime, ialah wilayah iman. Kita tak bisa bisa mengkajinya dengan mengandalkan otak, pikiran, nalar, ratio, dan logika. Salah media ukur. Sama saja menyerupai Rekan mengambil timbangan untuk mengukur panjang suatu ruang. 

Kotradiksi ini pun berlaku bila rekan-rekan mau mengkaji sejarah Isra’ dan Miraj Rasulullah SAW, keberadaan malaikat, siksa kubur, nikmat kubur, surga, dan neraka dengan menggunakan akal. Bukannya hasil positif yang kita dapat. Malah kita bias-bisa aja akan menyangkal sejarah tersebut dan jadi murtad, Subhanallah… 

Sekali lagi, ini wilayah iman, janganlah bawa kecerdikan buat mengukurnya. Pakai iman! 

Namun, mungkin kita bisa bisa mengkaji biosentrisme dengan mempersamakan variabel, factor, atau sejarah yang serupa dengan kehidupan setelah kematian. Namun yang tentu, ketika pernyataan itu diminta untuk membuktikannya dengan cara empiris, sehingga dilema utamanya muncul, BUNTU! 
Mana kemungkinan! Nonsense, it’s bullshit!

Setidaknya untuk ketika ini, karena demikian hangatnya pembahasan menyangkut biosentrisme ini membuat penulis tertarik buat mengangkat dilema ini di blog kita ini. Okelah, untuk tak memperpanjang-panjang dilema ini ada baiknya kita cepat saja membuat kajian ini dengan versi ilmiah. 

Suatu penelitian ilmiah terupdate menunjukkan bahwa maut bukanlah perhentian terakhir. Observasi ilmiah yang dilakukan menyimpulkan kehidupan dan maut nyatanya berkorespondensi dengan alam lain (multiverse). 

Paparan ilmiah tersebut dijelaskan oleh teori ilmiah berjulukan biosentrisme. Menurut teori ini, kendati tubuh didesain buat hancur, tetapi ada satu buah energi yang bekerja dalam otak, merupakan perasaan hidup berkaitan “siapakah saya”. 

"Energi itu tak musnah disaat insan mati," ilmuwan terkemuka dunia dan pengarang buku Biocentrism, Robert Lanza. Teori sains mengenai energi memang lah menuturkan aturan energy yang tak akan pernah habis. 

Menurut Lanza, energi perasaan hidup itu tidak tercipta, namun tidak pula sanggup musnah. Lantas, apakah energi ini berpindah dari satu dunia ke dunia lain? 

Suatu eksperimen yang belum usang ini dipublikasikan dalam jurnal Science menunjukkan para ilmuwan sanggup mengubah insiden yang telah terjadi diwaktu dulu. Melalui percobaan yang menggunakan beam splitter -- piranti optik yang membelah berkas cahaya, partikel-partikel energi diputuskan keberadaannya. Nyatanya, dari situ bisa ditentukan apa yang berlaku kepada partikel ini terhadap periode dulu maka satu orang akan menyelami pengalaman di periode dulu. 

Kaitan antara pengalaman dan semesta ini melampaui gagasan-gagasan insan yang berkenaan ruang dan waktu. Namun biosentrisme sendiri menyebut, lokasi dan disaat bukan obyek susah menyerupai yang dibayangkan. 

Teori ini menganalogikan ketika yang merupakan hawa yang sia-sia buat dibekuk insan alasannya ialah memang lah tidak sempat bisa dicapai. "Anda tidak sanggup melihat apa juga lewat tulang tengkorak yang menyelimuti otak Kamu," kata Robert Lanza. "Apa yang Kamu lihat dan rasakan kini ini ialah putaran informasi yang di dalam otak Kamu." 

Menurut biosentrisme, daerah dan ketika semata-mata yaitu sarana penghimpun informasi dengan cara denganan. Lantaran itulah, dalam dunia yang tidak ada ruang dan waktu disebut dengan istilah kematian. 

Kehidupan setelah maut berdasarkan sains

Dalam bukunya Ghosthunters, peneliti hantu John Kachuba posting, “Einstein pertanda bahwa seluruhnya energi di alam semesta merupakan konsisten dan tak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan. Jadi, apa yang terjadi dengan energi itu disaat kita mati? Seandainya tidak akan dihancurkan, energi itu tentunya beralih jadi energi dalam wujud lain.” Demikian berdasarkan Einstein. 

Apakah bentuk energi gres itu? Apakah kita bisa menyebutnya hantu? 

Ide ini muncul dan diusulkan juga sebagai kebenaran adanya hantu. Sebuah grup pemburu hantu di Amerika Serikat yang berjulukan Tri County yang Paranormalnya menyebut,
“Ketika kita hidup, kita memiliki energi listrik dalam tubuh kita. Apa yang berjalan dengan listrik yang berada dalam tubuh kita, yang membuat jantung berdenyut dan kita bernafas?” 


Jawaban pertanyaan itu bergotong-royong amat sangat sederhana dan tak misterius. Sesudah seseorang orang mati, energi dalam tubuh mereka ataupun semua organisme lain pindah ke lingkungan. Disaat satu orang insan mati, energi yang tersimpan dalam tubuh mereka dilepas dalam wujud panas, dan pindah ke hewan yang mengkonsumsi jasad itu, baik hewan liar ataupun kuman dan cacing juga tumbuhan yang menyerap nutrisi dari tanah. Apabila jasad itu dikremasi, energi dilepas dalam wujud panas dan cahaya. 

Saat kita makan tumbuhan atau hewan mati, kita konsumsi energi mereka dan mengubahnya jadi energi bagi tubuh kita. Reaksi kimia disaat makanan dicerna melepas energi yang diperlukan hewan untuk hidup, bergerak dan bereproduksi.

Energi itu bukan dalam wujud energi elektromagnetik yang berbentuk bola cahaya, melainkan panas dan energi kimia.

Sumber http://www.faktakah.com