Wednesday, March 27, 2019

√ Arti Nyambut Gawe

Bekerja itu harus semangat. Karena ada Tuhan dibalik nyambut gawe.
"Nyambut gawe to, le!".

Mendengar kalimat di atas, ingatanku tertuju pada bencana sekitar empat tahun yang lalu. Tepatnya pada tahun 2014. Aku kala itu merasa galau gulana alasannya yaitu tidak diterima di Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Orang bau tanah telepon. Kulaporkan kegagalan ini. Dari bunyi yang kudengar, ibuku sangat senang. Aku disuruhnya pulang ke kampung halaman. Di rumah orang bau tanah juga ada banyak kerjaan untuk sekedar "nyambut gawe".

Kini tercetus kembali di kepala ku. Kenapa basa krama dari pekerjaan itu bukan "gawean" atau "gawe" saja. Bukan pula kerja. Tapi malah nyambut gawe. Penasaran ini semakin bertambah kala lebih dipilh kata "nyambut".

Kalau dua kata ini dimaknai secara terpisah, nyambut diartikan meminjam. "Gawe" itu artinya membuat. Lalu apa yang dipinjam? Meminjam kepada siapa? Membuat apa? Meminjam perbuatan siapa? Kalau dua kata ini tak bermakna dan tidak nyambung, tentu saja tidak menjadi istilah dalam tatanan bahasa jawa "kelas" tinggi, yaitu Krama Inggil.
Saya kemudian memaknai "nyambut gawe" dengan meminjam perbuatan atau tugas. Dari siapa kita meminjam? Meminjam dari Tuhan, Allah SWT. Meminjam dalam rangka menjalankan kiprah sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah berarti menjadi perwakilan Tuhan di muka bumi. Makara secara lebih gamblang lagi, nyambut gawe itu meminjam kiprah Tuhan.

Jadi, bergotong-royong pekerjaan atau profesi apapun pangkatnya, entah petinggi atau pegawai rendahan semuanya itu pertolongan dari Tuhan. Bila pekerjaan itu diambil olehnya maka kita harus ikhlas. Begitu pula sebaliknya, dikala kita masih mempunyai pekerjaan atau "nyambut gawe" maka harus bekerja sebaik-baiknya. Karena pada hakikatnya kita meminjam kiprah dari Tuhan sebagai khalifah di muka bumi.

Rambeanak, Jumat, 21 September 2018

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com