Salah satu masakan di sekitar perempatan Banar Kota Mungkid, Soto Banyumas. |
"Bener ya, jikalau pulang kampung banyak yang doain"
Saya mendengar kalimat itu dikala mampir di warung nasi goreng perempatan gedung kubah emas Banar. "Makanya berdoa terus semoga tahun depan dapat ke Padang" sambung seorang ibu di sampingnya. Ternyata ibu yang gres pulang kampung ini merantau di luar kota kelahirannya. Ibu ini orisinil Padang. Suaminya orisinil Jawa. Sedangkan yang memintanya berdoa biar dapat ke Padang yaitu saudara suaminya.
Obrolan dua ibu ini sangat berkesan bagiku. Sebuah pertanyaan besar mengapa orang-orang rela pulang kampung dari tahun ke tahun secara tidak pribadi terjawab. Hampir tiap kali pulang kampung terjebak macet. Biaya perjalanan pulang kampung juga tidak murah. Belum menyiapkan "angpao" kecil-kecilan. Selain itu harus mempersiapkan buah tangan dari kampung untuk tetangga di tanah rantau.
Mudik yang penuh usaha dari tahun ke tahun ini oleh setiap orang selalu diminta biar diniatkan untuk silaturahmi. Saya merasa silaturahmi yaitu sebuah kata yang biasa alasannya yaitu terlalu sering mendengarnya. Padahal dikala dimaknai kembali silaturahmi mempunyai makna yang luar biasa.
Silaturahmi merupakan proposal agama. Bagi orang-orang yang bahagia menyambung silaturahmi ada dua pesan tersirat yang diperoleh, yaitu dipanjangkan umurnya dan diperbanyak rezekinya. Hikmah ini menjadi sesuatu yang logis.
Kedua pesan tersirat tersebut sangat masuk nalar alasannya yaitu setiap pertemuan melahirkan doa-doa. Pertemuan juga menghasilkan ide baru. Inspirasi dari apa yang dilihat, dibicarakan atau didengar. Inspirasi inilah yang menghasilkan ide gres untuk berinovasi dalam bidang usaha. Inovasi ini yang menghasilkan rezeki. Selain itu ide gres juga menyegarkan pikiran. Yang berdasarkan aku orang yang pikirannya selalu aktif dan segar, umurnya panjang.
Wallahua'lambissawab.
Perempatan Banar sepulang lebaran di Rambeanak, 21 Juni 2018