AsikBelajar.Com | Pencemaran udara atau sering kita dengar dengan istilah polusi udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat gila di dalam udara yang mengakibatkan perubahan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya (Wardhana,2001). Pencemaran udara disebabkan oleh banyak sekali macam zat kimia, baik berdampak eksklusif maupun tidak eksklusif yang semakin usang akan semakin mengganggu kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan.
Pencemaran udara ini sanggup berbentuk padatan, ibarat partikel kecil yang disebabkan oleh debu yang berterbangan jawaban tiupan angin, asap dari industri dan kendaraan bermotor, dan proses pembusukan sampah organik. Selain berbentuk padatan pencemaran sanggup berupa cairan dan gelombang. Pencemaran berupa cairan ibarat air hujan maupun materi kimia yang cukup lebih banyak didominasi (bentuk gas seperti; Ozon, C02), sedangkan pencemaran udara yang berbentuk gelombang ibarat kebisingan jawaban bunyi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Pencemaran udara yang melampaui batas kewajaran akan menimbulkan dampak terhadap makhluk hidup yang hidup di atas bumi ini. Oleh alasannya itu, maka perlu kita fahami dampak apa saja yang sanggup ditimbulkan oleh pencemaran udara khususnya terhadap tumbuhan. Ada beberapa polutan yang mencemari udara dan berdampak internasional sehingga digelar dalam konferensi internasional maupun regional. antara lain:
1. Efek Rumah Kaca
Meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah beling (C02, CH4, CFC, HFC, N20), terutama peningkatan konsentrasi C02, di atmosfir mengakibatkan terjadinya global warming (peningkatan suhu udara secara global) yang memicu terjadinya global climate change (perubahan iklim secara global). Fenomena ini menawarkan banyak sekali dampak yang kuat penting terhadap keberlanjutan hidup insan dan makhluk hidup lainnya di planet bumi ini, di antaranya yaitu pergeseran animo dan perubahan pola/ distribusi hujan yang memicu terjadinya banjir dan tanah longsor pada animo penghujan dan kekeringan pada animo kemarau, naiknya muka air bahari yang berpotensi menenggelamkan pulau-pulau kecil dan banjir rob, dan peristiwa badai/gelombang yang sering meluluhlantakan sarana-prasarana penopang kehidupan di tempat pesisir. Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah menjadikan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang erat dengan permukaan bumi (Hery, 2012).
Kekhawatiran akan meningkatnya emisi CO2 yang mempercepat laju pemanasan bumi yang antara lain menjadikan naiknya permukaan bahari sehingga sebagian besar pantai dunia akan tergenang. Konferensi Tingkat Tinggi Dunia di Rio de Jenairo, Brazil pada bulan Juni 1992 mengeluarkan pernyataan yang lebih dikenal sebagai Agenda 21 bahwa seluruh dunia bersepakat untuk mengurangi emisi CO2 negara-negara industri pada tahun 2000 harus sama dengan tahun 1990, sedangkan pada negara berkembang gres diberlakukan tahun 2010 (AGENDA 21, Rio declaration; The United Nation Departement of Public Information, 1990).
2. Penipisan Lapisan Ozon
Ozon sangat penting dalam mencegah radiasi ultraviolet yang masuk ke bumi. Hal ini penting artinya, alasannya jikalau Ozon tidak lagi berfungsi sebagai pencegah masuknya radasi ultra-violet yang masuk ke bumi, maka akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada makhluk hidup termasuk flora yang tidak sanggup menyesuaikan diri dengan sinar ultraviolet tersebut. Dilaporkan bahwa sinar tersebut sanggup mengakibatkan kanker pada kulit manusia. Menurut Graedel and Crutzen, (1990) Diyakini bahwa penyebab menipisnya lapisan ozon ini yaitu gas CFC baik CFC-11(CFCl) dan CFC-12 (CF2CI2). Gas ini banyak dipergunakan dalam industri untuk pendingin yang lebih dikenal dengan istilah freon. Dalam Agenda 21 juga disepakati bahwa negara di dunia harus menghapuskan penggunaan CFC ini dan secepatnya diganti dengan produk yang ramah lingkungan [AGENDA 21, Rio declaration: The United Nation Departement of Public Information, 1990).
3. Hujan Asam (Acid Rain)
Hujan asam yaitu hujan yang mempunyai kandungan pH (derajat keasaman) kurang dari 5,6. Pencemar udara ibarat S02 dan N02 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain: Memengaruhi kualitas air permukaan, merusak tanaman, melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan S02 dan NOx (N02 dan N03) yang menguap ke udara akan bercampur dengan embun. Dengan tunjangan cahaya matahari, senyawa tersebut akan diubah menjadi tetesan-tetesan asam yang kemudian turun ke bumi sebagai hujan asam. Namun, bila H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiran-butiran padat dan halus turun ke permukaan bumi jawaban adanya gaya gravitasi bumi, maka insiden ini disebut dengan deposisi asam. S02 dan NOx (N02 dan N03) yang dihasilkan dari proses pembakaran materi bakar fosil (kendaraan bermotor) dan pembakaran kerikil bara (pabrik dan pembangkit energi listrik) akan menguap ke udara. Sebagian lainnya bercampur dengan 02 yang dihirup oleh makhluk hidup dan sisanya akan eksklusif mengendap di tanah sehingga mencemari air dan mineral tanah (Wardhana, 2001).
Batu bara yang mengandung welirang melalui pembakaran akan menghasilkan welirang dioksida. Sulfur dioksida bersama dengan udara serta oksigen dan sinar matahari sanggup menghasilkan asam sulfur. Asam ini membentuk kabut dan suatu ketika akan jatuh sebagai hujan yang disebut hujan asam. Hujan asam sanggup mengakibatkan gangguan pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan pernapasan, perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.
Akibat polusi NH4, H2S04 yang turun bersama hujan mengakibatkan pH air menurun, juga endapannya sanggup bertahan di tanah oleh hujan akan dilarutkan mengakibatkan pH menurun. Penyebab utamanya yaitu terbentuknya gas SO2 dan NO2 oleh ulah insan dari materi bakar kerikil bara dan materi bakar minyak Suatu pelajaran penting dari hujan asam sanggup dilihat dari data di Skandinavia yang populer dengan hutan dan banyaknya sungai dan danau. Di samping itu, pengukuran pH pada air permukaan Norwegia Tengah dari 21 perairan yang diukur pHnya rata-rata turun dari 7,5 menjadi 5,4 sampai 6,3 diantara tahun 1941-1970. Di Swedia, dari 14 perairan yang diukur, pH air permukaan menurun dari 6,5-6,6 ke 5,4-5,6 dari tahun 1950 ke 1971 dan menurun dari 5,7 menjadi 4,9 antara tahun 1955 ke 1973 (Manahan, 1994).
Sumber:
Fitrah, Hastirullah. 2018. Material Tanah Bekas Tambang Batubara & Pembenahan. Yogyakarta: Thema Publishing. Hal. 26-29.
Sumber https://www.asikbelajar.com