AsikBelajar.Com | Artikel di bawah ini mengulas wacana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bentuk gaya tanya jawab. Diharapkan dengan gaya sajian ini sanggup dimengerti dengan gampang apa dan bagaimana PTK atau Penelitian Tindakan Kelas itu secara lengkap.
1. Apa Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)?
Penelitian tindakan kelas ialah satu rancangan penelitian yang dirancang khusus untuk peningakatan kualitas praktek pembelajaran di kelas. Peneliti dalam PTK ialah guru yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya. Dengan demikian guru yang melaksanakan penelitian tindakan kelas berperan ganda, yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti (teacher-researcher). Sebagai guru ia harus menuntaskan duduk kasus pembelajaran (dengan demikian ia meningkatkan kualitas praktek pembelajaran) di kelasnya, sedangkan sebagai peneliti ia harus menghasilkan karya ilmiah yang berupa seni administrasi pembelajaran inofatif yang bisa dimanfaatkan oleh guru-guru lain yang mempunyai duduk kasus yang serupa.
Tahun 1976, John Elliot (1991) membangun jaringan peneliti tindakan kelas bagi guru-guru di Inggris dan negara-negara lain untuk bantu-membantu membagi pengalaman penelitian tindakan di kelasnya melalui korespondensi atau pertemuan.
The classroom Action Research Network was established in 1976 to enable individuals and groups committed to action research in the UK and other countries to communicate with each other and share experience through correspondence, papers documenting the experience of action research and conferences. (Elliot, 1991:39).
Dengan demikian penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh teacher-researcher berfungsi ganda, yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya (as a teacher) dan membuatkan pengalaman keberhasilannya dalam memecahkan duduk kasus tersebut (as a researher) melalui karya ilmiah inofatif pembelajaran. Dengan membuatkan pengalaman melalui jaringan PTK itulah kualitas pembelajaran di satu tempat bisa bantu-membantu meningkat.
2. Bagaimana merumuskan duduk kasus PTK?
Rumusan duduk kasus ialah pernyataan tujuan penelitian yang lebih operasional (biasanya) dalam bentuk kalimat tanya. Karena tujuan PTK mencakup dua hal (a) penyelesaian duduk kasus pembelajaran di kelas dan (2) seni administrasi pembelajaran yang akan dikembangkan sebagai karya ilmiah inofatif untuk disebarluaskan kepada khalayak guru, rumusan duduk kasus penelitian tindakan kelas harus mengakomodasi ke dua aspek tersebut.
Beberapa hebat menyatakan bahwa rumusan duduk kasus PTK harus menonjolkan (topicalization) aspek penyelesaian masalahnya, sementara yang lain harus menonjolkan aspek pengembangan strateginya. Kelompok pertama yang lebih mengedepankan pemecahan duduk kasus pembelajaran dalam rumusan duduk kasus penelitiannya tidak melihat PTK sebagai penelitian yang mengembangkan sebuah seni administrasi pembelajaran, sehingga tidak baiklah mengedepankan pengembangan seni administrasi pembelajaran. Bagi kelompok ini yang utama ialah menuntaskan masalah. Kelemahan pemahaman ini ialah kemungkinan diabaikannya produk penelitian yang berupa karya ilmiah inofatif seni administrasi pembelajaran yang bisa disebarluaskan ke khalayak guru bidang studi yang sama. Beberapa kali pengalaman penulis menemukan laporan PTK (di seminar nasional maupun dalam banyak tesis S2) yang tidak disertai produk seni administrasi pembelajaran inofatif yang telah dikembangkan, sehingga penerima seminar dan pembaca laporan PTKnya tidak bisa memakai pengalaman keberhasilan peneliti tersebut.
Sementara kelompok yang mengedepankan pengembangan seni administrasi pembelajaran inofatif beranggapan bahwa PTK dilatar belakangi oleh duduk kasus pembelajaran yang ingin dipecahkan atau oleh tujuan untuk meningkatkan kualitas praktek pembelajaran dikelasnya. Dengan kata lain, penyelesaian duduk kasus atau peningkatan kualitas pembelajaran ditempatkan sebagai dasar/alasan untuk melaksanakan PTK yang akan menghasilkan sebuah seni administrasi pembelajaran inofatif. Karena ukuran (criteria of success) kualitas seni administrasi pembelajaran yang dikembangkan (dengan tahapan dirumuskan, dicobakan, dievaluasi, kemudian direvisi untuk dicoba lagi pada siklus berikutnya) ialah penyelesaian duduk kasus atau peningkatan kualitas pembelajaran yang telah ditargetkan, maka kelompok ini melihat bahwa yang diutamakan dalam PTK ialah produk seni administrasi pembelajaran inofatifnya dengan tanpa mengabaikan pemecahan duduk kasus atau peningkatan kualitas pembelajarannya.
Contoh rumusan duduk kasus PTK yang mengedepankan pemecahan masalah:
> How can the skill of writing recount texts of the second year students of Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Nganjuk in 2007/2008 academic year be improved through the implementation of interactive experience? (Sumidi, 2008:6)
> How can reading comprehension instruction be improved using the Reciprocal Teaching Strategy?(Iyan Hayani, 208:5)
> Bagaimana meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran speaking melalui seni administrasi pembelajaran dengan Picture Games?
Contoh rumusan duduk kasus PTK yang mengedepankan produk seni administrasi pembelajaran inofatif
Bagaimana mengembangkan seni administrasi pembelajaran dengan Picture Games yang bisa meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran speaking?
How can the Reciprocal Teaching Strategy be developed to improve the quality of reading comprehension instruction?
3. Bagaimana merumuskan tujuan PTK?
Sebagaimana perumusan duduk kasus PTK, perumusan tujuan PTK yang benar tentunya juga harus mengandung dua unsur tersebut, yaitu duduk kasus yang akan dipecahkan dan seni administrasi yang akan dikembangkan untuk memecahkan duduk kasus tersebut. Apapaun rumusannya asal isinya mencakup dua unsur tersebut bisa dianggap benar, atau apapun rumusan tujuannya, bila tidak lengkap berisi dua unsur tersebut, rumusan tujuan PTK tersebut salah.
Contoh rumusan tujuan PTK yang mengedepankan pemecahan masalah:
> This study aims at improving the skill of writing recount texts of the second year students of Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Nganjuk in 2007/2008 academic year through the implementation of interactive experience? (Sumidi, 2008:6)
> The purpose of this study is to improve the quality of reading comprehension instruction using the Reciprocal Teaching Strategy (Iyan Hayani, 208:5)
> Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran speaking melalui seni administrasi pembelajaran dengan Picture Games
Contoh rumusan duduk kasus PTK yang mengedepankan produk seni administrasi pembelajaran inofatif
Tujuan penelitian ini ialah mengembangkan seni administrasi pembelajaran dengan Picture Games yang bisa meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran speaking.
This study aims at developing the Reciprocal Teaching Strategy to improve the quality of reading comprehensiuon instruction.
4. Berapa jumlah pertanyaan PTK?
Masalah PTK yang benar harus berisi dua aspek, yaitu penyelesaian duduk kasus (misalnya meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran speaking) dan seni administrasi yang dikembangkan (misalnya seni administrasi penggunaan Picture Games) untuk memecahkan duduk kasus tersebut. Selama dua aspek tersebut terkandung dalam sebuah rumusan duduk kasus PTK, maka rumusan duduk kasus tersebut sudah benar.
Penambahan beberapa sub-masalah untuk merinci rumusan duduk kasus (utama) bisa saja dilakukan selama tidak mengurangi kejelasan makna dari rumusan duduk kasus (utama) nya, contohnya tetap hanya akan menghasilkan satu seni administrasi dalam satu PTK. Rumusan duduk kasus yang bisa dirinci menjadi beberapa sub-masalah ialah rumusan duduk kasus yang mengembangkan satu seni administrasi pembelajaran inofatif yang bisa dibagi menjadi beberapa tahapan acara pembelajaran, contohnya tahapan pembelajaran dalam writing, bisa dirinci menjadi 5 tahapan pembelajaran, yaitu (1) tahapan pembelajaran activating schemata, (2) tahapan pembelajaran brainstorming, (3) tahapan pembelajaran drafting, (4) tahapan pembelajaran editing, dan (5) tahapan pembelajaran publishing. Kelima seni administrasi tersebut membentuk satu seni administrasi yang terkait bukan membentuk 5 seni administrasi yang berbeda dan terpisah.
Menjadi kurang terang apabila satu rumusan duduk kasus dirinci berdasar kriteria keberhasilan PTK, sebab akan memperlihatkan kesan seolah-olah yang dikembangkan lebih dari satu seni administrasi pembelajaran. Misalnya seni administrasi (tertentu) yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas writing siswa, dirinci menjadi beberapa sub-strategi, yaitu (1) seni administrasi untuk meningkatkan kualitas penggunaan tata bahasa, (2) seni administrasi untuk meningkatkan kekayaan kosa kata, (3) seni administrasi untuk meningkatkan kualitas koherensi, (4) seni administrasi untuk meningkatkan kualitas organisasi karangan, (5) seni administrasi untuk meningkatkan kualitas isi karangan, dsb. Ke lima hal tersebut menjadi indikator keberhasilan satu seni administrasi utama, bukan sub-bagian atau tahapan acara pembelajaran dengan strtaegi (utama) tersebut.
5. Bagaimana proses PTK?
Proses PTK dimulai dengan identifikasi duduk kasus pembelajaran yang ditemui di kelas oleh guru yang akan melaksanakan PTK. Tidak ada guru yang tidak mempunyai duduk kasus pembelajaran di kelasnya. Yang dimaksud duduk kasus pembelajaran.adalah situasi pembelajaran dan atau hasil pembelajaran yang masih bisa ditingkatkan. Guru professional selalu mencari cara untuk melaksanakan praktek pembelajaran yang lebih baik dari yang sudah diusahakan. Sebaliknya guru yang tidak profesional merasa tidak perlu lagi mengupayakan peningkatan kualitas pembelajarannya sebab ia merasa masih banyak praktek pembelajaran oleh guru lain yang belum sebaik yang ia laksanakan. Guru yang tidak professional semacam ini tidak pernah merasa ada duduk kasus dalam praktek pembelajaran yang ia laksanakan. Sebaliknya guru yang professional selalu melihat banyak duduk kasus yang bisa diselesaikan untuk meningkatkan kualitas praktek pembalajaran. Tentunya tidak semua duduk kasus akan diselesaikan sekaligus, beberapa duduk kasus saja yang dipilih sebagai prioritas untuk diselesaikan lebih dulu. Masalah inilah yang diangkat sebagai dasar melaksanakan PTK.
Tahap berikutnya ialah mencari alternatif seni administrasi pembelajaran yang paling cocok untuk mengatasi duduk kasus yang telah dipilih melalui kajian sumber pustaka atau diskusi dengan sejawat. Peneliti harus bisa menjelaskan bahwa seni administrasi yang dipilih bisa menuntaskan duduk kasus yang akan dipecahkan. Ukuran terselesaikannya duduk kasus melalui seni administrasi yang dipilih itu nantinya akan digunakan sebagai criteria of success, yang menentukan apakah seni administrasi tersebut masih harus dimodifikasi lagi atau dianggap sudah baik. Strategi tersebut kemudian harus dirumuskan dalam skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah pembelajaran, dilengkapi dengan materi asuh dan media pembelajaran yang relevan. Penyiapan seni administrasi ini disebut dengan tahap perencanaan (tahap pertama).
Tahap kedua ialah mengimplemantasikan skenario pembelajaran yang telah disiapkan. Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti harus berlatih menguasai skenario pembelajaran yang telah disiapkan sehingga pada dikala implementasi, acara pembelajaran sudah bisa diamati untuk melihat tingkat keberhasilannya. Apabila ternyata dalam pelaksanaan pembelajaran, skenario pembelajaran yang telah disiapkan tidak diikuti dengan baik, maka pembelajaran tersebut belum bisa diamati untuk dievaluasi tingkat keberhasilanya.
Tahap ketiga ialah pengamatan. Pada tahap ini acara pembelajaran ibarat yang telah direncanakan sebelumnya diamati untuk dilihat tingkat keberhasilannya. Tujuan pengamatan ialah untuk mengumpulkan data yang menjadi indikator dampak dari implementasi seni administrasi yang telah direncanakan, untuk menentukan seberapa jauh seni administrasi yang diimplementasikan telah bisa menuntaskan duduk kasus ibarat yang telah ditentukan dalam criteria of success. Data yang dikumpulkan pada tahap ini bukan yang terkait dengan indikator kesesuaian antara skenario pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran, sebab kesesuaian ini sudah harus dijamin tidak berbeda. Sekali lagi kalau masih ada perbedaan, maka pelaksanaan pembelajaran belum bisa diamati, sebab pengamatan hanya untuk melihat dampak dari seni administrasi pembelajaran yang telah sesuai dengan skenarionya. Checklist untuk acara guru dan siswa, ibarat yang banyak dilakukan oleh mahasiswa yang sedang melaksanakan PTK untuk kepentingan tesisnya, tidak digunakan untuk mengamati keberhasilan seni administrasi pembelajaran, tetapi digunakan pada dikala latihan sebelum memulai implementasi yang sesungguhnya.
Tahap keempat ialah refleksi. Pada tahap ini, data yang telah terkumpul pada tahap pengamatan dianalisis, untuk disimpulkan, kemudian dibandingkan dengan criteria of success. Apabila hasil analisis memperlihatkan bahwa sasaran criteria of success telah tercapai, maka seni administrasi tersebut telah terbukti bisa menuntaskan duduk kasus yang sedang dipecahkan. Penelitian dilanjutkan dengan melaporkan hasil penelitian yang berupa tesis atau artikel ilmiah dan menuliskan secara lebih detail (sebagai panduan) bagi orang lain bagaimana mengimplementasikan seni administrasi tersebut di tempat lain yang mempunyai duduk kasus yang sama. Tetapi apabila sasaran belum tercapai, peneliti harus mempelajari kembali seni administrasi tersebut, untuk menentukan bagaian mana dari seni administrasi tersebut yang harus dimodifikasi, untuk diimplementasikan pada siklus berikutnya.
6. Apa saja yang bisa dijadikan criteria of success?
Kriteria keberhasilan dikembangkan dari duduk kasus pembelajaran yang akan dipecahkan atau tujuan peningkatan kualitas pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam pembelajaran banyak aspek menjadi ukuran keberhasilan. Kegiatan pembelajaran yang tidak menghasilkan tingkat prestasi akademik ibarat yang diinginkan pada penerima didik mempunyai duduk kasus pembelajaran yang perlu dipecahkan. Kegiatan pembelajaran yang tidak berdampak pada tumbuhnya motivasi penerima didik untuk mempunyai self-regulated learning, atau acara berguru berdikari mempunyai duduk kasus pembelajaran yang perlu dipecahkan. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam suasana yang tidak menyenangkan, yang menakutkan, yang mengakibatkan stress bagi penerima didik ataupun bagi gurunya, yang menimbulkan penerima didik kehilangan kepercayaan akan kemampuan dirinya untuk menguasai ketrampilan yang sedang dipelajari, yang mematikan kemampuan sosial siswa (seperti kerjasama, kepedulian) ialah acara pembelajaran yang mempunyai duduk kasus yang perlu dipecahkan.
Indikator terpecahkannya masalah-masalah tersebut bisa berupa data kuantitatif (seperti skor hasil tes yang menggambarkan prestasi akademik, frekwensi bertanya yang menggambarkan keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, dsb), dan atau data kualitatif (seperti citra suasana kelas, citra suasana batin penerima didik maupun guru yang bersangkutan). Data kuantitatif sangat objektif, terukur dengan niscaya dan bisa dianalisis secara statitik. Sementara data kualitatif sangat subjektif berupa citra suasana kelas, kecintaan penerima didik pada bidang yang sedang dipelajarai, dsb.
Strategi pembelajaran yang dihasilkan melalui PTK akan mempunyai banyak kelebihan yang menarik bagi banyak guru lain untuk ikut menggunakannya dalam kelas mereka apabila telah terbukti bisa mencapai sasaran criteria of success baik yang berupa prestasi akademik maupun atmosfir akademik yang menunjang.
7. Apa yang dimaksud satu siklus?
Satu siklus ialah satu putaran dalam PTK yang di dalamnya melipti tahapan acara perencanaan seni administrasi pembelajaran, tahapan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan seni administrasi yang telah disiapkan, yang diamati tingkat keberhasilannya, dan dievaluasi apakah tingkat keberhasilan sudah mencapai yang ditargetkan. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan seni administrasi yang telah direncanakan bisa terdiri dari satu atau beberapa pertemuan yang merupakan kelanjutan dalam satu unit seni administrasi yang telah direncanakan. Misalnya, pertemuan pertama untuk tahapan pembelajaran menulis berupa pembangkitan skemata siswa (schemata activation) dilanjutkan dengan drafting awal, pertemuan kedua ialah tahapan peer editing dan revising, dan pertemuan ketiga melanjutkan tahapan publishing. Dalam pola ini tiga pertemuan dilaksanakan dalam satu siklus.
Apabila satu pertemuan sudah melaksanakan pembelajaran secara utuh, contohnya pembelajaran speaking satu jam pertemuan dengan Picture Games, maka pertemuan satu jam berikutnya dengan picture games lagi merupakan siklus lanjutan. Dalam pola ini setiap jam pertemuan speaking melibatkan proses perencanaan seni administrasi Picture Games, pelaksanaan pembelajaran dengan Picture Games yang telah direncanakan, yang diamati, dan kemudian dievaluasi keberhasilannya. Pada pertemuan berikutnya, seni administrasi pembelajaran Picture games tersebut telah dimodifikasi, untuk kemudian dilaksanakan, diamati, dan dievaluasi lagi tingkat keberhasilannya.
8. Bolehkah memakai kelompok yang sama untuk pelaksanan siklus kedua, ketiga dst.?
Hal yang perlu dijaga dalam pelaksanaan siklus berikutnya ialah tidak terjadinya pengulangan pembelajaran pada kelas yang sama dengan topik pembelajaran yang sama sebab apabila ini terjadi, keberhasilan pembelajaran bukan indikator dari keberhasilan pemakaian seni administrasi tersebut tetapi sebab pengulangan pembelajaran. Pengulangan pembelajaran di satu kelas seharusnya memakai metode lain yang bertujuan untuk pengayaan atau remedy. Sebaiknya siklus lanjutan dilakukan pada kelompok lain yang memulai pembelajaran dari awal bukan mengulang pelajaran sebelumnya. Kelas yang sama bisa saja menjadi tempat pelaksanaan siklus berikutnya (tentunya untuk topik pembelajaran yang beda) apabila seni administrasi yang sedang dikembangkan cocok untuk banyak sekali topik pembelajaran.
9. Apakah Planning (pada kepingan 3: Metode Penelitian) dalam tesis berisi laporan acara yang telah dilaksanakan sehingga mengunakan past tense verbs atau berisi seni administrasi yang akan dikembangkan?
Planning pada kepingan 3 berisi seni administrasi yang akan dikembangkan, akan direvisi, ditambah, dikurangi, dsb. bukan laporan yang telah dilaksanakan, jadi tidak memakai past-tense verbs. Dalam penelitian jenis lain, Bab3 wacana metode penelitian berisi laporan proses acara penelitian, ibarat design penelitian yang telah digunakan, proses pemilihan sample yang telah dilaksanakan, instrumen pengumpulan data yang telah dikembangkan dan digunakan, pengumpulan data dan analisis data yang telah dilaksanakan dalam penelitian tersebut, sehingga kata kerja Bahasa Inggris yang digunakan harus berbentuk past tense. Tapi Penelitian tindakan kelas berbeda. Strategi di Bab 3 ialah yang akan dikembangkan. Memang seluruh tesis ialah laporan penelitian, tetapi dalam laporan penelitian ada bagian-bagiannya, ada kepingan perencanaan pada Bab 1, ada kepingan kajian teori pada kepingan 2, ada kepingan metode penelitian pada kepingan 3, ada kepingan hasil penelitian pada kepingan 4, dsb. yang tidak semuanya merupakan laporan acara yang harus memakai past tense verbs.
10. Apa yang disebutkan dalam tahap implementing?
Pada tahap implementing, peneliti cukup melaporkan cara kerja dalam mengimplementasikan seni administrasi yang telah disiapkan, tidak perlu menceritakan lagi tahapan-tahapan pembelajarannya. Semua tahapan (skenario) pembelajaran harus sudah dideskripsikan secara detail pada tahap planning dan tidak perlu lagi diulang pada tahap implementing.
Seringkali mahasiswa penulis tesis berdasar PTK mengisi planning dengan planning yang akan dilakukan, termasuk planning akan menyusun skenario pembelajaran, sedangkan deskripsi skenario pembelajarannya diuraikan secara detail di kepingan implementing. Dengan cara ini seni administrasi yang menjadi sentral pembahasan dalam PTK berada di dalam implementing, bukan di kepingan planning. Ini bertentangan dengan alur mekanisme PTK, yaitu apabila satu siklus belum mencapai prestasi yang ditargetkan, maka langkah berikutnya ialah memperbaiki planning (yang berisi skenario pembelajaran) bukan memperbaiki implementing. Kalau skenarionya berada dalam kepingan implementing, berarti skenarionya tidak diperbaiki. Atau dengan kata lain kalau planning (yang berisi planning akan menyusun skenario pembelajaran) itu yang diperbaiki, berarti planning akan menyusun skenario itulah yang akan dirubah. Ini salah, sebab yang direvisi ialah strateginya.
Dalam tahap implementing cukup dideskripsikan secara sekilas bahwa semua acara yang dilakukan pada tahap ini menurut seni administrasi yang telah disiapkan, perlu dijelaskan siapa pelaksana pembelajarannya, biasanya peneliti sendiri, siapa observernya, bagaimana pembinaan yang telah dilakukan untuk menjamin bahwa seni administrasi itu betul-betul telah dikuasai oleh implementer dan siap diamati tingkat keberhasilannya. Tidak lagi ada pertanyaan apakah implementernya sudah menguasai strateginya atau belum. Tidak relevan lagi pertanyaan Seberapa jauh seni administrasi yang telah disiapkan telah diikuti dalam proses implementasi sebab semua ini sudah harus dikuasai, dilatihkan sebelum penelitian dimulai. Kalau dalam perjalanan ternyata implementasi belum sesuai dengan seni administrasi yang telah disiapkan, maka pengamatan terhadap dampak keberhasilan belum bisa dilakukan. Penelitian harus diulang kembali dari awal.
11. Apa ukuran keberhasilan sebuah siklus pada PTK?
Sebuah siklus dalam PTK dikatakan sudah berhasil atau belum berhasil diukur dari pencapaian sasaran yang telah ditentukan, yang berupa kriteria keberhasilan. Apabila pencapaian hasil sudah sama ibarat yang ditargetkan, maka siklus tersebut sudah berhasil, apabila belum sesuai target, maka strateginya harus direvisi untuk digunakan pada siklus berikutnya. Begitu juga pada siklus ke dua, dst, ukuran keberhasilannya diukur dengan membandingkan prestasi/dampak yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditargetkan, bukan dibandingkan dengan hasil sebelum siklus 1 atau hasil pada siklus 1.
12. Bolehkah memakai perbedaan pre-test dan post-test sebagai ukuran keberhasilannya?
Pre-test dan Post-test digunakan dalam rancangan penelitian jenis lain, yaitu jenis causal design, bukan jenis PTK. Pada penelitian dengan rancangan causal design, sebuah seni administrasi dipilih untuk diuji efektifitasnya melalui perbandingan prestasi pre-test dan post-test. Tahapannya ialah 1) seni administrasi dipilih untuk diuji efektifitasnya, 2) satu kelompok dipilih sebagai subjek experimen yang akan diberikan perlakuan dengan memakai seni administrasi yang telah dipilih, 3) kemampuan awal diukur dengan pre-test, 4) perlakuan diberikan dengan seni administrasi yang telah dipilih, 5) keberhasilan berguru sehabis diberikan perlakuan diukur dengan post-test, dan kemudian 6) hasil pre-test dibandingkan dengan post-test untuk mengukur tingkat signikansi perbedaannya. Hasilnya ialah sebuah pernyataan apakah seni administrasi tersebut efektif atau tidak efektif dari aspek hasil atau dampaknya. Tidak ada tahapan revisi terhadap seni administrasi tersebut.
Pada PTK, tujuan penelitian ialah mengembangkan sebuah seni administrasi yang bisa berhasil membantu siswa menuntaskan duduk kasus pembelajarannya. Tahapanya ialah 1) menentukan satu kelas tertentu sebagai tempat penelitian, biasanya kelasnya sendiri, 2) mengidentifikasi duduk kasus pembelajaran yang dihadapi oleh kelas tersebut, yang bisa diases dengan test, dengan observasi, atau dengan melihat dokumen yang ada, 2) menentukan seni administrasi spesifik yang dianggap paling cocok untuk menuntaskan duduk kasus pembelajaran tersebut (planning), 3) mengimplementasikan seni administrasi tersebut (implementing), 4) mengamati keberhasilannya berdasar prestasi yang ditargetkan (observing and reflecting), 5) merevisi seni administrasi untuk untuk diimplementasikan lagi pada siklus berikutnya apabila prestasi yang ditargetkan belum tercapai atau duduk kasus yang dicoba pecahkan belum teratasi.
13. Data apa yang dikumpulkan pada tahap Observing?
Tahap observasi ialah acara pengumpulan data. Data dari hasil pengamatan yang bisa dilakukan sesuai dengan sifat datanya (kemampuan diamati dengan test, minat diamati dengan angket, suasana kelas diamati dengan merekam apa yang terjadi di kelas, dsb.) akan digunakan sebagian materi refleksi untuk menentukan apakah seni administrasi yang telah diimplementasikan telah berhasil memecahkan masalahnya atau belum. Bukan untuk kepentingan lainnya. Kaprikornus kalau diungkapkan dalam pertanyaan, maka peneliti pada dikala melaksanakan pengamatan (pengumpulan data) bertanya: Seberapa jauh seni administrasi yang sedang dan telah diimplemantasikan tersebut telah berhasil memecahkan duduk kasus yang sedang dicoba pecahkan? Sehingga data yang dikumpulkan ialah hal-hal yang terkait dengan dampak dari seni administrasi yang diimplementasikan, bukan kegiatannya sendiri. Kegiatan guru dalam mengimplementasikan seni administrasi bukan data.
Seringkali kesalahan terjadi, yaitu menciptakan checklist untuk acara guru dan siswa untuk mengecek apakah strateginya telah dilaksanakan ibarat yang diskenariokan atau belum. Jika data ini yang dikumpulkan maka data tersebut tidak bisa digunakan sebagai materi refleksi untuk menilai strategi, sebab data tersebut tidak berkaitan dengan ukuran keberhasilan strtagi. Data wacana acara guru dan siswa cocok digunakan untuk memperbaiki implementasi, atau memperbaiki kemampuan guru dalam mengimplemen-tasikan seni administrasi ibarat dalam bimbingan PPL. PTK bukan PPL, jadi berbeda tujuannya, berbeda data yang dikumpulkan untuk perbaikannya.
14. Apa yang dilaporkan pada Bab 4 pada tesis yang berjudul Findings (Hasil) and Discussion?
Bab 4 yang berjudul Findings and Discussion berisi hasil penelitian dan diskusi terhadap hasil penelitian tersebut. Penelitian PTK melibatkan tahapan planning, implementing, observing, dan reflecting. Dengan tahapan-tahapan itulah dihasilkan produk PTK yang dilaporkan pada Bab 4 dengan judul Findings and Discussion. Dengan demikian isi Bab 4 tidak perlu menceritakan lagi proses penelitian dengan sub-judul planning, implementing, observing, dan reflecting. Planning ialah proses penyiapan seni administrasi yang akan dikembangkan dalam penelitian, jadi bukan hasil penelitian. Implementing ialah tahapan penelitian untuk melaksanakan seni administrasi yang telah disiapkan sebelumnya, jadi bukan hasil penelitian. Observing dan reflecting ialah acara penelitian yang berupa proses pengumpulan data dan analisisnya, jadi bukan hasil penelitian.
Dengan demikian Bab 4 pada laporan PTK tidak berisi proses penelitian, tetapi hasil penelitian. Yang perlu dilaporkan ialah 1) hasil refleksi pada siklus pertama, 2) apakah kriteria keberhasilan yang telah ditargetkan telah tercapai atau belum, dengan didukung data 3) Bila belum tercapai dan perlu diteruskan lagi ke siklus berikutnya, revisi apa yang telah dilakukan terhadap seni administrasi yang telah digunakan pada siklus pertama untuk diimplementasikan pada siklus berikutnya, 4) hasil refleksi pada siklus kedua, 2) apakah kriteria keberhasilan yang telah ditargetkan telah tercapai atau belum, 3) Bila belum tercapai dan perlu diteruskan lagi ke siklus berikutnya, revisi apa terhadap seni administrasi yang telah digunakan untuk diimplementasikan pada siklus berikutnya, dst.
15. Bagaimana menuliskan kesimpulan pada laporan penelitian atau tesis PTK?
Kesimpulan penelitian ialah balasan terhadap pertanyaan yang diajukan dalam penelitian tersebut. Oleh sebab itu kesimpulan harus menjawab pertanyaannya. Karena pertanyaan PTK ialah How can a strategy solve a selected problem? atau Bagaimana menuntaskan duduk kasus dengan sebuah seni administrasi tertentu?, maka jawabannya harus sebuah mekanisme menuntaskan sesuatu yang kemudian didukung bukti bahwa masalahnya telah terpecahkan dengan seni administrasi tersebut. Kaprikornus isi kesimpulan PTK tidak sama dengan kesimpulan untuk penelitian jenis causal design atau corelational design, yang biasanya diformulasikan dalam sebuah proposisi: sebab ….. maka….(untuk causal design), atau semakin …. maka semakin ……(untuk corelational design).
16. Apa produk Penelitian Tindakan Kelas?
Peneliti PTK berperan ganda, yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti (teacher-researcher) sekaligus. Sebagai guru, ia harus menuntaskan duduk kasus pembelajaran, sebagai peneliti ia harus menghasilkan karya ilmiah, yaitu produk yang berupa seni administrasi pembelajaran inofatif yang telah berhasil ia gunakan untuk menuntaskan duduk kasus pembelajaran tersebut, tentunya selain karya ilmiah yang berupa laporan penelitian dan artikel ilmiah yang bisa ditulis dari laporan penelitiannya. Jika laporan PTK hanya melaporkan keberhasilan mengatasi duduk kasus pembelajaran, maka laporan itu ibarat laporan keberhasilan guru (teacher) bukan laporan keberhasilan peneliti PTK, yang seharusnya berfungsi ganda yaitu teacher-researcher.
17. Apa signifikansi PTK?
Yang dimaksud signifikansi penelitian ialah kebermanfaatan hasil atau produk penelitian bagi khalayak praktisi dan atau untuk pengembangan teori. Kebermanfaatan ini bukan mengacu pada manfaat dikala dilaksanakan penelitian, tetapi mengacu pada manfaat hasil sehabis penelitian selesai dilaksanakan. Karena produk PTK ialah seni administrasi pembelajaran inofatif, maka siginikansi PTK mengacu kepada siapa saja yang akan menerima manfaat dari seni administrasi pembelajaran yang telah berhasil dikembangkan. Guru lain akan bisa memanfaatkan seni administrasi tersebut bila ia mempunyai duduk kasus sama yang bisa dipecahkan dengan seni administrasi tersebut. Kelompok guru bisa mendiskusikan seni administrasi tersebut untuk menambah pengetahuan wacana satu pilihan seni administrasi inofatif untuk memecahkan satu duduk kasus tertentu dalam bidang pembelajaran. Guru matapelajaran lain (seperti guru Bahasa Indonesia, Bahasa daerah, atau bahasa gila lainnya) yang mempunyai duduk kasus yang sama bisa juga memanfaatkannya.
Di dalam penelitian kualitatif, pemanfaatan hasil penelitian untuk kontek lain disebut dengan transfer. Walaupun PTK bukan sepenuhnya kualitatif, tetapi pemanfaatan seni administrasi inofatif yang dihasilkan dari PTK bisa ditransfer ke kelas lain yang mempunyai duduk kasus serupa dengan kontek penelitian yang telah dilaksanakan. Bahkan nilai keberhasilan (significance/ contribution) PTK bisa dilihat dari seberapa banyak guru lain yang bisa memanfaatkan seni administrasi pembelajharan inofatif yang telah dihasilkan; semakin banyak guru memanfaatkan seni administrasi tersebut, semakin tinggi nilai bantuan PTK tersebut.
18. Apakah PTK termasuk penelitian dengan rancangan Kuantitatif atau Kualitatif?
Penentuan rancangan penelitian kuantitatif atau kualitatif tergantung pada jenis data yang menggambarkan variabel yang diharapkan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Bila data yang menjadi indikator variabelnya bisa digambarkan/dihitung dengan angka dan oleh sebab itu untuk analisisnya bisa digunakan formula statistik, maka penelitian tersebut memakai rancangan kuantitatif. Sebaliknya bila data yang menggambarkan variabelnya tidak bisa digambarkan dengan angka, dan oleh sebab itu untuk analisisnya tidak bisa digunakan formula statistik, maka penelitian tersebut memakai rancangan kualitatif.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, data dalam PTK digunakan sebagai indikator pencapaian criteria of success. Criteria of success untuk PTK ada yang melibatkan variabel yang bisa digambarkan dengan angka (seperti prestasi hasil berguru yang bisa digambarkan dengan skor yang berupa angka) dan ada pula yang melibatkan variabel yang tidak bisa digambarkan dengan angka tetapi dengan deskripsi (seperti suasana kelas, kerjasama antar penerima didik, kemandirian berguru penerima didik).
Bila satu PTK melibatkan beberapa variabel (ada yang indikatornya berupa angka dan ada juga yang indikatornya berupa deskripsi) maka PTK tersebut memakai dua rancangan sekaligus, yaitu rancangan kuantitatif (untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang berupa angka) dan rancangan kualitatif (untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang digambarkan dengan deskripsi). Kaprikornus PTK bisa dimasukkan kedalam rancangan kuantitatif sekaligus kualitatif, atau sebaliknya PTK tidak bisa dimasukkan ke dalam rancangan kuantitatif (karena melibatkan data yang tidak bisa dianalisis dengan statistik), atau tidak bisa dimasukkan ke dalam rancangan kualitatif (karena melibatkan data yang analisisnya harus memakai formula statistk). Untuk itu yang paling anggun ialah tidak usah berfikir memasukkan PTK ke dalam rancangan kuantitatif atau rancangan kualitatif, sebutkan saja PTK mempunyai ciri khas yang berbeda dari jenis penelitian lainnya, yaitu memakai rancangan penelitian sesuai dengan keperluannya.
19. Di mana disajikan pembahasan wacana data, instrumen pengumpulan data, pengumpulan data, dan analisis data?
Organisasi penyajian laporan PTK banyak berbeda dari laporan penelitain jenis lainnya. Setiap siklus PTK melibatkan empat tahapan (planning, implementing, observing, dan reflecting) yang masing-masing mempunyai pengertian khusus. Planning ialah tahapan menyiapkan seni administrasi yang akan dikembangkan, dengan seluruh media dan materi pembelajarannya. Implementing merupakan tahap pelaksanaan seni administrasi yang telah dipersiapkan Observing ialah tahapan pengumpulan data yang menjadi indikator pencapaian criteria of success, baik yang memakai test, angket, wawancara, atau pengamatan. Reflecting ialah tahapan anlisis data untuk menentukan apakah criteria of success sudah tercapai atau belum.
Dengan demikian, pembahasan wacana data, instrumen pengumpulan data, dan teknik pengumpulan data tidak berdiri dalam satu sub-heading tersendiri, tetapi termasuk dalam tahapan observing. Demikian juga pembahasan wacana analisis data tidak dilakukan dalam satu sub-heading tersendiri, melainkan termasuk dalam tahapan reflecting. Penyajian sub-heading wacana data, instrumen pengumpulan data, dan teknik pengumpulan data terpisah dari tahapan observing memperlihatkan ketidak fahaman oleh yang bersangkutan terhadap makna observing. Bahkan dalam sebuah ujian tesis yang menurut PTK, penah mahasiswa yang menciptakan sub-heading pengumpulan data secara terpisah diberi pertanyaan oleh penguji, acara mana yang lebih dulu dikerjakan observing atau pengumpulan data, mahasiswa tersebut kebingungan menjawabnya.
Sumber:
Latief, Mohammad Adnan . 2009. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/karya-dosen-fs/article/view/2215 (Online) diakses tanggal 07/11/2018.
Sumber https://www.asikbelajar.com