Saturday, August 19, 2017

√ Inflasi, Siapa Yang Menikmati?


Inflasi Mengurangi Daya Beli Masyarakat, sumber foto: https://www.google.com/amp/s/ekbis.sindonews.com/newsread/1034731/33/bi-inflasi-indonesia-tertinggi-di-asean-1439977834

Di kalangan ibu-ibu, jika sedang kumpul, bicara soal harga sembako tak ada habisnya. Lama...seperti kereta api. Kalau inflasi terjadi, mereka semua mengeluhkan harga cabe mahal, bawang mahal, daging mahal, beras mahal, hingga harga tas yang digunakan pun katanya mahal. Duh, ibu-ibu.

Inflasi memang merupakan konsekuensi logis adanya instabilitas harga di pasar. Adanya ketidakseimbangan antara undangan (demand) dan penawaran (supply). Inflasi menjadi kenyataan pahit, apalagi bila ibu-ibu belum diberi uang suaminya. Meski, jalan keluar satu-satunya yaitu utang tetangga sebelahnya, tetap saja akhir inflasi, daya belinya menurun. Kalau sebelumnya dengan Rp. 6.000,- ia dapatkan sekotak teh, maka ketika inflasi, dengan uang sebesar itu ia hanya bisa beli sesachet teh. Sungguh miris kan?

Inflasi memang bagi ibu-ibu rasanya pahit. Tapi, jangan salah, ada loh pihak-pihak yang justru mencicipi nikmatnya inflasi. Siapa saja mereka? Ya, tengkulak/penimbun dan importir.
Tengkulak/penimbun. Wah, arif mereka. Meski cara usahanya tak baik. Tapi inflasi memicunya untuk menimbun komoditas yang strategis. Yaitu komoditas yang punya volatilitas tinggi terhadap harga pasar. Saat harga turun, mereka beli dan mereka timbun. Saat inflasi, mereka jual semua. Dari segi untung juga drastis lah.

Kemudian importir. Enak nih mereka, ketika terjadi inflasi kan harga di Indonesia naik nih. Nah, itu jadi momen anggun untuk mereka jual komoditas luar negeri di Indonesia. Meski restriksinya, perlu dilihat dulu komoditas impor mana yang menyumbang inflasi terbesar dan berpotensi meraup laba baginya.

Wah, ternyata inflasi ada pula ya manfaatnya...
Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/