Uang Pecahan Baru 2017, sumber foto: https://www.google.com/amp/m.viva.co.id/amp/bisnis/860942-bi-batasi-penukaran-uang-baru
Tempo hari saya sempat berdiskusi panjang dengan ibu saya. Diskusi berlangsung ketika ibu saya sedang masak beras, sementara saya asyik meniupi api semoga tetap menyala. Biasa, budaya memasaknya orang desa kan demikian. Saat itu topik yang kita usung yaitu soal jumlah uang di Indonesia ini. Ho? Masak? Ya sudah jikalau tak percaya, hehe...
Ibu saya lulusan SD. Tapi, kadang ia melontarkan soal-soal yang kritis kepada saya. "Lee, bekerjsama jumlah duit di Indonesia ini seberapa yo? Bukannya banyak? Kok tampaknya ndak habis-habis. Terus kemana duit yang lama-lama zaman dulu itu?" Menjawab soal menyerupai ini memang susah. Tetapi baiklah, ketika itu kucoba jelaskan kepadanya soal jumlahnya uang itu bagaimana.
Sebetulnya, jumlah uang di Indonesia ini tetap. Tidak bertambah, tidak pula berkurang. Makara begini, ketika harga barang naik, risiko orang pegang uang kan tinggi. Nah, perantara keuangan menyerupai bank itu akan menaikkan suku bunga tabungan. Orang akan berpikir, "wah ketimbang uang saya nilainya rendah, mending saya tabung saja di bank, toh bunga tabungan besar." Orang merasa kondusif untuk menentukan simpan uang di bank untuk menghindari risiko tadi. Tidak hanya di pasar, di bank uang beredar masuk banyak. Aktivitas saving bertambah ketika itu. Sebaliknya, ketika harga barang sudah stabil atau turun, orang merasa uang yang tadinya merasa berisiko pegang uang, menjadi tidak lagi.
Karena apa yang dibutuhkannya sanggup ia beli. Saat itulah daya belinya naik sehingga uang yang tadinya di bank ia ambil kembali. Menanggapi hal ini, bank akan menurunkan bunga menabung. Lah, ketika harga naik kan orang cenderung menabung, uang setor ke bank. Saat itulah, bank menarik uang-uang yang sudah lama, rusak tapi laku, untuk dihancurkan dan diganti dengan potongan uang gres atau sejenis tapi yang sudah bagus. Makara jumlah uang yang diedarkan kembali ke masyarakat tetap.
Seusai menjelaskan hal tersebut, ibu saya menjawab, "oh begitu, tak kira sanggup berkurang diambil tuyul."
Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/