AsikBelajar.Com | Questionnaires, are form used in a survey design that participant in a study complete and return to the researcher (Creswell, 2012). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data di mana partisipan/responden mengisi pertanyaan atau pernyataan kemudian sehabis diisi dengan lengkap mengembalikan kepada peneliti. Larry Cristensen (2004) menyatakan bahwa “a questionnaire is a self-report data collection instrument that each research participant fill out as part of a research study. Researcher use questionnaires so that they can obtain information about the thoughts, feeling, attitudes, beliefs, values, perceptions, personality and behavioral intentions of research participant. In other words, researchers attempt to measure many different kinds og characteristic using quesliunnaires” Kuesioner merupakan instrumen untuk pengumpulan data, di mana partisipan atau responden mengisi pertanyaan atau pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Peneliti sanggup memakai kuesioner untuk memperoleh data yang terkait dengan pemikiran, perasaan, sikap, kepercayaan, nilai, persepsi, kepribadian dan sikap dari responden. Dalam kata lain, para peneliti sanggup melaksanakan pengukuran majemuk karakteristik dengan memakai kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan niscaya variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diperlukan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok dipakai bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner sanggup berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, sanggup diberikan kepada responden secara eksklusif atau dikirim melalui pos, atau internet.
Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner sanggup diantarkan eksklusif dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengiriman angket kepada responden tidak perlu melalui pos. Dengan adanya kontak eksklusif antara peneliti dengan responden akan membuat suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan menunjukkan data obyektif dan cepat.
Uma Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan kuesioner/angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik.
1. Prinsip Penulisan Angket:
Prinsip ini menyangkut beberapa aspek yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang dipakai mudah, pertanyaan tertutup terbuka, negative positif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
a. Isi dan tujuan Pertanyaan
Yang dimaksud di sini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus memakai skala yang sempurna dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
b. Bahasa yang Digunakan
Bahasa yang dipakai dalam penulisan kuesioner (angket) harus diadaptasi dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak sanggup berbahasa Indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa lndonesia. Kaprikornus bahasa yang dipakai dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya, dan “frame of reference” dari responden.
c. Tipe dan Bentuk Pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket sanggup terbuka atau tertutup, (kalau dalam wawancara: terstruktur dan tidak terstruktur) dan bentuknya sanggup memakai kalimat positif atau negatif.
Pertanyaan terbuka, ialah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian wacana sesuatu hal. Contoh: bagaimanakah tanggapan anda terhadap iklan-iklan di TV ketika ini? Sebaliknya pertanyaan tertutup, ialah pertanyaan yang mengharapkan tanggapan singkat atau mengharapkan responden untuk menentukan salah satu alternatif tanggapan dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan tanggapan berbentuk data nominal, ordinal, interval, dan ratio, ialah bentuk pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melaksanakan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul. Pertanyaan/ pernyataan dalarn angket perlu dibentuk kalimat positif dan negatif supaya responden dalam menunjukkan tanggapan setiap pertanyaan lebih serius, dan tidak mekanistis.
d. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double-barreled) sehingga menyulitkan responden untuk menunjukkan jawaban.
Contoh:
Bagaimana pendapat anda wacana kualitas dan kecepatan pelayanan KTP? Ini ialah pertanyaan yang mendua, alasannya ialah menanyakan wacana dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan harga. Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua yaitu.” bagaimanakah kualitas pelayanan KTP? Bagaimanakah kecepatan pelayanan?
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukanjawaban dengan berfikir berat.
Contoh :
Bagaimanakah kinerfa para penguasa Indonesia 30 tahun yang lalu? Menurut Anda, bagaimanakah cara mengatasi krisis ekonomi ketika ini? (kecuali penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli). Kalau contohnya umur responden gres 25 tahun, dan pendidikannya rendah, maka akan sulit menunjukkan jawaban.
f. Pertanyaan Tidak Menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke tanggapan yang baik saja atau ke yang buruk saja. Misalnya: bagaimanakah jikalau bonus atas jasa pelayanan di tingkatkan? Jawaban responden tentu cenderung akan setuju. Bagaimanakah prestasi kerja Anda selama setahun terakhir? Jawabannya akan cenderung baik.
g. Panjang Pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak. sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebut dibentuk bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai ialah antara 20 s/d 30 pertanyaan.
h. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang gampang menuju ke hal yang sulit, atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan alasannya ialah secara psikologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Kalau pada awalnya sudah diberi pertanyaan yang sulit, atau yang spesifik, maka responden akan patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereka terima. Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibentuk bila tingkat kematangan responden terhadap dilema yang ditanyakan sudah tinggi.
2. Prinsip Pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden ialah merupakan instrumen penelitian. yang dipakai untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh alasannya ialah itu instrumen angket tersebut harus sanggup dipakai untuk mendapat data yang valid dan reliabel wacana variabel yang diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan pada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dulu. Instrumen yang tidak valid dan reliabel bila dipakai untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel pula.
3. Penampilan Fisik Angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibentuk di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan angket yang dicetak dalam kertas yang elok dan berwarna. Tetapi angket yang dicetak di kertas yang elok dan berwarna akan menjadi mahal.
Sumber:
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Hal.192-196.
Sumber https://www.asikbelajar.com