Indeks Harga Saham Gabungan, sumber foto: http://www.bogor-today.com/ihsg-parkir-di-zona-merah-3/
Inflasi, sebuah indikator makroekonomi yang selalu jadi sorotan. Saat inflasi terjadi, pasar modal pun terganggu sehingga IHSG pun menurun. Sebenarnya, kenapa hal ini sanggup terjadi?
Ketika inflasi, kita tak mau pegang uang. Harus segera dibelikan barang atau jasa. Akhirnya, uang beredar di pasar meningkat tajam. Inflasi menciptakan uang tak ada harganya sebab risiko yang terkandung di dalamnya menyebabkan para pelaku perjuangan alamat merugi.
Saat uang beredar di pasar banyak, bank mengambil perannya. Bank menaikkan suku bunga tabungan sehingga kita tertarik untuk menentukan menabung uang kita supaya nilai riilnya aman. Terlindungi oleh iming-iming berbentu bunga yang tinggi. Sebaliknya, biar kita tidak utang ke bank biar sanggup memangkas jumlah uang beredar, lain kata minimal tidak menambah jumlah uang beredar yang sudah banyak, bank juga menaikkan suku bunga pinjaman.
Saat suku bunga sumbangan tinggi, pengusaha jadi pikir-pikir nih. Terutama yang usahanya lebih banyak utang di bank (modalnya dari bank). Sebab, mereka mau pinjam uang bunga tinggi. Di satu sisi, harga materi baku naik sebab inflasi. Akibatnya, perusahaan jadi tertekan. Di samping itu, investor memandang jelek iklim investasi, jadinya mereka menurunkan harga sahamnya sehingga secara adonan (IHSG) turun. Malah, jikalau ekonomi makin parah, investor cabut sahamnya dan kabur, hehe... Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/
