Ada kehidupan niscaya akan ada kematian. janjkematian itu tidak sanggup dilepaskan dari kehidupan. janjkematian ialah selesai dari kehidupan dunia, namun bukan berarti selesai dari segala-galanya. setelah janjkematian ada kehidupan yang lebih awet dan lebih panjang, yaitu kehidupan akhirat.
Rasulalloh SAW. bersabda, "Kalau sekiranya insan mengetahui mati, maka mereka tidak akan pernah makan enak, apalagi hingga menggemukan badannya".
Rasulallah menambahkan bahwa, " hadiah yang paling berharga bagi seorang mukmin ialah mati".
alasannya ialah dunia laksana penjara baginya, setiap harinya mujahidin selalu bermujahidin melatih dan mendidika hawa nafsunya dengan peraturan dan disiplin ketat, duni daerah memenjarakan nafsu dari kemaksiatan . Meskipun kelihatannya baik tapi jadinya membawa kelembah kemaksiatan. begitu maut datang,
Sumber : Buku Misteri Pintu Kematian ( Lumbang Insani ) Oleh Ust. Muhammad Baidhowi As'ad
Rasulalloh SAW. bersabda, "Kalau sekiranya insan mengetahui mati, maka mereka tidak akan pernah makan enak, apalagi hingga menggemukan badannya".
Rasulallah menambahkan bahwa, " hadiah yang paling berharga bagi seorang mukmin ialah mati".
alasannya ialah dunia laksana penjara baginya, setiap harinya mujahidin selalu bermujahidin melatih dan mendidika hawa nafsunya dengan peraturan dan disiplin ketat, duni daerah memenjarakan nafsu dari kemaksiatan . Meskipun kelihatannya baik tapi jadinya membawa kelembah kemaksiatan. begitu maut datang,
ia akan terbebas dari nafsu dunia dan angkara murka. Maka maut adalah hadiah yang paling berharga baginya, alasannya ialah mati ialah pintu gerbang dari kebahagiaan akhirat".Dalam riwayat yang lain diterangkan, "Kematian menjadi penebus dosa-dosa orang Islam". Meskipun telah menghiasi se
luruh waktunya dengan ketaatan, tetap saja ada dosa-dosa kecil yang tidak sengaja di lakukan.
Dengan mencicipi sakitnya sakaratul maut, akan merontokkan sisa dosa-dosa yang ada. Karena
Dengan mencicipi sakitnya sakaratul maut, akan merontokkan sisa dosa-dosa yang ada. Karena
musibah bagi seorang mukmin merupakan anugerah. Dengan peristiwa alam dosa-dosanya akan diampuni, dan juga mungkin ada dosa-dosa yang tidak sanggup ditebus dengan istighfar, kecuali dengan musibah.
Kita tidak perlu takut menghadapi kematian, alasannya ialah rasa takut tidak akan sanggup menghindarkan diri dari kematian. Semua orang niscaya menjumpainya. Tidak usah bersembunyi. Sebab sekecil lubang jarum, malaikat pencabut nyawa akan sanggup masuk dan menjemput maut manusia.
.
.
Tidak seorang pun (ahli nujum/ para normal) di dunia ini yang sanggup memprediksi kapan ruhnya dicabut: Sebab janjkematian akan mendatangi setiap insan tanpa izin terlebih dahulu atau memberi kabar. Suka ataupun tidak suka, semua orang tidak akan sanggup lepas dari insiden itu.
Jika seseorang mau berpikir (rasionalistis) maka ia akan selalu teringat dengan kematian. Jika seseorang ingat akan janjkematian yang sewaktu-waku menjemputnya, maka akan terdorong lah hatinya untuk menyiapkan bekal. Bekal yang nantinya akan dibutulhkan dikehidupan selanjutnya.
Perjalanan yang ditempuh setelah janjkematian begitu panjang dan melelahkan. Laksana seorang musafir yang jauh meninggalkan kampung halaman, kemudian melewati gurun yang tak pernah
dijumpai mata air atau buah-buahan. Jika tidak membawa bekal dari rumah, maka di tengah jalan ia akan terkapar kelaparan. Sedangkan janjkematian merupakan perjalanan yang tak mungkin seseorang sanggup kembali lagi ke daerah asalnya. Tak sanggup lagi men jumpai negeri yang lama; yaitu negeri fatamorgana (dunia) ini.
untuk merenungkan kematian, alangkah baiknya kalau kita berpikir ihwal keberadaan diri ini-diri sebagai manusia. Patutlah dipertanyakan kepada diri sendiri, darimanakah kita diciptakan? Ini penting untuk direnungkan. Jika seseorang mau berpikir ihwal jati dirinya, maka akan hingga pula kepada problem ruh dan jasad.
Manusia diciptakan Allah dari dua unsur yang berbeda, yaitu jiwa dan raga (jasad). Jasad ini merupakan bahan yang tampak sanggup tumbuh berkembang dan sanggup pula rusak. Jasad tak akan berarti kalau tidak dilengkapi oleh ruh atau jiwa. Oleh alasannya ialah itu Allah kemudian melengkapi penciptaan makhluk, terutama manusia, dengan jiwa.
Allah swt. berfirman
67. Dia-lah yang membuat kau dari tanah kemudian dari setetes mani, setelah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kau sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kau hingga kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kau hidup lagi) hingga tua, di antara kau ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kau hingga kepada maut yang ditentukan dan supaya kau memahami(nya). ( QS. Al-Mu’min 67 )
.
9. kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia mengakibatkan bagi kau pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kau sedikit sekali bersyukur. [QS. as-Sajdah 9]
Baca Juga mengenai Hikmah Mulsim di sini.Tidak mungkin insan sanggup hidup hanya dengan segumpal daging, sepotong tulang dan selembar kulit. Jasad tiada berarti tanpa kehadiran jiwa. Maka Allah melengkapi dengan ruh (jiwa)
Jadilah insan sebagai makhluk hidup, bukan benda mati. Setelah itu, coba bandingkan dengan kursi, meja, kotak, atau benda benda lainnya. Kita renungkan, andaikan tubuh ini tidak dilengkapi jiwa (ruh), maka nilainya akan lebih jelek dari benda-benda yang tak bernyawa menyerupai pola di atas.
Di sinilah letak ke Maharahmanan Allah. Dia meniupkan ruh ke dalam jasad, maka manusia
pun memiliki nalar pikiran, sanggup membedakan yang haq dan batil, sanggup hidup dan bekerja. Segumpal dari yang terbentuk berupa sperma dan ovum di dalam rahim ibu masih belum dianggap sebagai makhluk hidup manakala belum dilengkapi ruh. Tetapi saat Allah meniupkan
ruh ke dalam "benda" itu, maka jadilah ia sebagai makhluk hidup. Di alam kandungan, ia sanggup tumbuh dan bergerak yang jadinya lahirlah sebagai generasi baru.
Ketika jasad yang telah terbentuk tepat sebagai manusia, kemudian tiba-tiba Allah memisahkan ruh dari jasadnya, maka insan tak lagi berarti. la terbujur kaku sebagai bangkai yang
tak berharga sama sekali,
Orang yang mati, ruhnya telah lenyap dari badan. Namun ia masih memiliki anggota tubuh lengkap. Seperti orang yang sedang tidur saja. Hanya saja tidak bernapas. Mata, telinga, hi dung, verbal dan semua yang ada di kepalanya masih utuh. Namun semuanya tidak berfungsi lagi.
Mayat itu memiliki indera pendengaran secara utuh, tapi tidak sanggup mendengar. Matanya juga terbuka tapi tidak sanggup melihat apa-apa, Tidak berkedip, tidak melirik meskipun sang kekasih mendeka- tinya, begitu juga dengan anak, istri atau sahabatnya pun tidak ia lihat, Memang untuk sementara waktu anak, istri dan keluarganya masih diliputi dukacita yang mendalam. Seakan-akan mereka tak mau berpisah dengan jasad yang terbujur kaku itu. Namun mungkinkah mereka bertahan dengan sedih citanya? Seandainya mayit itu dibiarkan beberapa hari lagi, maka mereka tak akan tahan akan anyir busuknya. Di sinilah, jadinya jasad tubuh insan sangat tidak berarti kalau sudah ditinggalkan oleh ruhnya.
Lalu ke manakah ruh itu akan pergi?
“ Dari bumi (tanah) itulah Kami jadikan kau dan kepadanya kau dikembalikan dan daripadanya Kami akan nengeluar-kan pada kesempatan yang lain”. [QS. Thaha 55]
Alam kubur, merupakan daerah pemberhentian ruh atau ar-wah orang yang sudah mati. Ruh itu berada di situ dalam suka atau duka. Jika selama hidupnya berperilaku baik, taat kepada Allah, maka ia akan berbahagia terus-menerus hingga datangnya Yaumul ma'ad (kiamat )
Sumber : Buku Misteri Pintu Kematian ( Lumbang Insani ) Oleh Ust. Muhammad Baidhowi As'ad
Sumber http://www.sagalarupawae.com