Thursday, January 11, 2018

√ Teladan Surat Pembaca Perihal Pendidikan Di Indonesia

Contoh Surat Pembaca Tentang Pendidikan - Di bawah ini terdapat sebuah pola surat pembaca mengenai pendidikan di Indonesia.

Kualitas Guru di Indonesia dan Implikasinya

Penyelenggaran pendidikan di Indonesia mengalami banyak tantangan dalam beberapa aspek, di antaranya yaitu dilema pelaksanaan pembelajaran di sekolah, dana santunan pendidikan, kualitas guru, dan masih banyak lagi permasalahan lainnya. Kualitas guru menjadi bab yang penting dalam kesuksesan penyelenggaraan pendidikan. Guru yang berkualitas dibutuhkan bisa menawarkan pengajaran dan memfasilitasi para siswa dengan baik dan sanggup mencapai tujuan dari proses pendidikan.

Tantangan kurun globalisasi menuntut guru untuk membangun huruf dan pemikiran kritis bawah umur di Indonesia. Artinya, guru tidak hanya harus bisa menguasai cara mengajar dan materi pembelajaran, tetapi juga softskill untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan karakter-karakter unggul. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu menjadi guru yang unggul dan berkualitas terlebih dahulu. Yang saya amati, banyak guru-guru di Indonesia masih belum memenuhi kriteria profesional. Baik di sekolah negeri maupun swasta, sangat minim jumlah guru yang sanggup dikatakan profesional walaupun mereka sudah mendapat sertifikasi dan menikmati hasil dari sertifikasi tersebut. Tujuan dari adanya sertifikasi yaitu untuk meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan-pelatihan dan penambahan tunjangan honor sebagai bentuk apresiasi dan pemacu motivasi para guru dalam meningkatkan kompetensinya. Namun, hal ini sepertinya tidak menawarkan pengaruh yang signifikan untuk peningkatan kualitas guru di Indonesia.

Advertisement
Selain gosip wacana sertifikasi yang tidak ampuh meningkatkan kualitas guru secara signifikan, pemerataan jumlah guru di tempat terpencil, terluar dan terdalam juga masih menjadi masalah. Sangat sedikit guru PNS ataupun non-PNS yang bersedia ditempatkan di daerah-daerah tersebut, terutama guru-guru yang sudah PNS. Penempatan di tempat yang minim jumlah gurunya, kebanyakan hanya dijadikan kerikil loncatan untuk mendapat status PNS tersebut dan kemudian mengajukan mutasi ke tempat asal. Meskipun ada yang benar-benar ingin mengabdi, jumlahnya tidak sebanyak yang mengajukan mutasi. Minimnya jumlah guru di tempat terpencil, terluar, dan terdalam juga pemicu adanya ketidakmerataan kualitas pembelajaran di sekolah. Implikasi lebih besarnya lagi yaitu tidak meratanya kualitas kompetensi yang dimiliki sumber daya insan di tempat tersebut dan tempat yang sudah maju.

Hal yang memprihatinkan juga, dikala dalam sebuah survey, rata-rata tingkat pemahaman siswa dan cara bimbing guru di sekolah hanya bisa mencapai level ‘memorization’ dan ‘understanding’. Ini yaitu PR besar bagi para guru untuk bisa membuat pembelajaran alami yang menstimulasi metakognisi siswa. Metakognisi yaitu kemampuan siswa menyadari wacana apa yang mereka pikirkan dan mereka tahu apa yang mereka pikirkan secara jelas. Metakognisi sangat bersahabat dan saling berkelindan dengan cara pikir kritis (critical thinking). Cara pikir kritis sangat penting untuk kemajuan bangsa yang membutuhkan para cowok yang tidak hanya menjadi pengikut, tetapi seharusnya menjadi pelopor atau perintis untuk membuat perubahan-perubahan yang bermanfaat. Selain itu, implikasi lainnya bisa menyentuh sampai pada pemahaman demokrasi dan bagaimana sistem demokrasi di negara ini ditegakkan. Selama pendidikan belum bisa menyentuh semua kalangan dan lapisan masyarakat, maka demokrasi tidak akan pernah benar-benar tegak. Seperti Helen Keller pernah menyampaikan bahwa hasil tertinggi dari pendidikan yaitu toleransi.

Untuk itu, saya berharap kesadaran peningkatan kualitas guru tidak hanya berada pada area pemerintahan yang gencar melakukan program-program, namun juga guru itu sendiri mempunyai kesadaran tinggi wacana peningkatan kualitas dirinya. Guru perlu menerapkan metakognisi untuk dirinya. Kualitas pendidikan juga ditentukan dari kuallitas guru. Kualitas guru dibuat dari kesadaran guru untuk mencapai kompetensi unggul dalam mengajar dan menjadi pembelajar.

Sari Kartina, M.A., Ph.D.
Dosen Universitas Bangun Pemuda Indonesia.

Sumber http://www.kelasindonesia.com