Saturday, February 3, 2018

√ Artikel Kritik Wacana Narkoba (Terbaru)

Artikel Kritik Tentang Narkoba (Terbaru) - Berikut terdapat sebuah teladan artikel, yang berisi mengenai kritik perihal bisnis narkoba. 

Narkoba, Bisnis Para Pecundang


Tidak ada habisnya apabila kita membahas mengenai barang haram ini (baca: narkoba). Sejak saya kecil hingga kini usia saya sudah hampir menginjak 23 tahun, pembahasan mengenai narkoba tak kunjung usai. Selalu dan selalu, penjahat yang statusnya baik sebagai pecandu maupun sebagai pengedar, tertangkap setiap harinya. Kendati banyak yang tertangkap, namun penggunaan narkoba bukannya semakin sempit ruang lingkupnya, justru semakin luas. 

Sewaktu saya kecil, di daerah tinggal saya belum ditemukan para pengguna narkoba, pengedar, dan gerombolan-gerombolan lainnya. Namun dikala ini, baru-baru saya dengar ada pengedar narkoba yang tertangkap polisi, dan tidak lain orang itu yakni tetangga bersahabat saya sendiri. Oh begitu, rumah glamor dan kendaraan beroda empat yang berjejer, ternyata sehabis diusut, sebagian dana pembeliannya didapat dari bisnis laknat ini. 

Benarkah si pengedar bisa mendapat rumah dan kendaraan beroda empat mewah? Oiya benar sekali, saya percaya akan hal itu. Sering saya mendengar info penangkapan pengedar narkoba, dan apabila saya dengarkan ceritanya lebih jauh, maka terungkap bahwa penghasilannya bisa jutaan bahkan puluhan juta dalam sekali kedip. Jika satu butir pil ekstasi dijual dengan harga tidak kurang dari Rp. 100.000, maka seorang yang berhasil menjual 10 saja, sudah bisa menghasilkan uang Rp. 1000.000 bukan? 

Itu gres penjualan skala kecil, bagaimana dengan skala besarnya? Puluhan juta setiap penjualan bisa masuk ke kantong gembong narkoba. Saya juga pernah membayangkan bagaimana kalau seseorang bahkan hingga memiliki sebuah pabrik untuk memproduksi narkoba, tentulah omsetnya sangat-sangat menggiurkan. Apalagi, tidak ada (belum ada) sanksi mati di Indonesia terkait dengan gembong yang sudah melaksanakan kejahatan narkoba kelas berat. Terakhir ada insiden Bali Nine dimana dua warna negara Internasional dinyatakan dieksekusi mati, ah sudahlah, bahkan kita, masyarakat Indonesia tidak bisa melihat terperinci bagaimana rupanya si mayit hasil dari penembakan mati itu. Entah benar entah tidak. Namun berbeda kejadiannya dengan sang pengebom bali yang dieksekusi mati, kita dengan terperinci melihat wajah sang "t3r0ris" sehabis dihilangkan nyawanya. 
Advertisement

Oke kembali lagi ke bisnis narkoba. Kalau saya si tidak mau menyentuh bisnis ini. Oh, baik saya akan realistis dan melihatnya bukan perkara haram atau tidak. Menurut saya, bisnis narkoba yakni bisnis yang kurang sustainable. Bukan bisnis jangka panjang, bahkan umurnya kalah dengan bisnis asongan di bus dan di terminal. Adalah kurang bakir para pebisnis yang mau terjun ke dalam area ini. Coba bayangkan, ada bisnis narkoba yang gres berjalan beberapa tahun, beberapa bulan, dan bahkan beberapa hari, eh sudah tertangkap polisi. Narkobanya disita, pelaku bisnisnya dipenjara. Dimana labanya?

Bandingkan dengan bisnis asongan, di sebuah daerah pemberhentian bus, saya selalu bertemu dengan pedagang asongan yang sama. Melalui kotak asongan yang sudah dipakai selama bertahun-tahun, ia bisa membiayai kebutuhan keluarga, menyekolahkan anak, dan kondusif dari risiko-risiko jelek layaknya pebisnis narkoba tadi. Oke saya paham, bisnis asongan mungkin tidak sanggup sebesar narkoba pendapatannya. Jaraknya bisa begitu jauh, bisa 10 bahkan 100 kali lipat di bawah bisnis obat-obatan terlarang itu.

Tetapi berdasarkan saya, bisnis yang baik itu bukan hanya besar hasil tangkapannya, namun sustainable (bisa dipertahankan) hasilnya. Seorang pedagang asongan yang bisa mendapat keuntungan higienis sebesar 100 ribu perhari, apabila ia bisa mempertahankannya selama bertahun-tahun bahkan belasan tahun, berdasarkan saya jauh, jauh, dan jauh lebih baik ketimbang pebisnis narkoba yang sanggup meraup untung 10 juta sehari, namun pada jadinya dieksekusi belasan tahun di penjara. 

Inilah kebodohan mereka, hanya memikirkan keuntungan sesaat, tanpa bisa mencium peluang masa depan!

Mereka bisa mendapat 10 juta hari ini, namun bagaimana dengan esok? Bagaimana bila kepala mereka ditembak polisi? Bagaimana nasib keluarga mereka kalau mereka dipenjara atau mati? Mereka tidak peduli perihal hal itu. Sekali lagi saya katakan bahwa sebodoh-bodohnya bisnis yakni narkoba, alasannya yakni tidak sanggup dipertahankan masa depannya, bahkan dalam hitungan hari. Inilah bisnis para pecundang, dan jawaban negatifnya? Sangat-sangat buruk.  

Sumber http://www.kelasindonesia.com