Saturday, April 28, 2018

√ Berpakaianlah Yang Sopan Dikala Jalan-Jalan


Bepergian ke daerah gres sebetulnya bukan cuma soal mencoret bucket list kita yang penuh dengan tempat-tempat yang ingin dikunjungi dan hal-hal yang ingin dilakukan.



Pagi itu, saya dan teman-teman sedang bangkit di tengah antrian masuk ke Wat Phra Kaew (Temple of Emerald Buddha) di Bangkok, Thailand. Sebagai salah satu lokasi yang sayang dilewatkan ketika traveling ke Bangkok, terlihat kompleks Temple of Emerald Buddha yang menyatu dengan The Grand Palace sudah dipadati turis meski waktu belum juga mengatakan pukul 10. Namun selangkah lagi dari pintu masuk, seorang penjaga berseragam hijau tentara menghampiri saya.


“You, go back to the front gate. Rent a sarong there,” kata penjaga itu tiba-tiba, memisahkan saya dari antrean.


Saya tidak mengerti alasan ia menyuruh saya menyewa sarung, padahal saya sudah menentukan bawahan yang tertutup untuk kunjungan ke daerah suci agama Buddha tersebut. Kebingungan saya niscaya terlihat terang alasannya ialah tak usang kemudian penjaga itu mengambarkan kenapa saya harus mengganti bawahan saya.


“These… too tight,” tambahnya sambil menunjuk legging hitam yang saya pakai.


Saya pun menelusuri jalan yang sudah saya lewati untuk kembali ke pintu masuk komplek The Grand Palace dan Temple of Emerald Buddha dengan perasaan sedikit kesal. Bagaimana tidak, sudah jalan jauh-jauh, saya harus kembali ke pintu masuk hanya untuk menyewa sarung. Padahal ketika masuk saya tidak dicegat untuk mengganti pakaian menyerupai turis-turis lain yang menggunakan celana atau rok pendek. Saya pun menumpahkan kekesalan saya pada mbak-mbak yang menyewakan sarung di pintu masuk tersebut.


“Why didn’t you tell me earlier?” tanya saya dengan kesal, sambil mengeluarkan 30 Baht (setara Rp11,500) dari dompet untuk ongkos sewa kain berwarna oranye yang sekarang melilit pinggang saya.


Aturan berpakaian di kuil dan istana kerajaan


Bepergian ke daerah gres sebetulnya bukan cuma soal mencoret bucket list kita yang penuh √ Berpakaianlah yang Sopan Ketika Jalan-jalan

Turis gila yang mengenakan dress selutut. Foto dokumentasi eksklusif penulis


Pagi itu saya mengunjungi The Grand Palace dan Temple of Emerald Buddha menggunakan dress selutut dan legging. Tanpa saya sadari, pakaian tersebut ternyata melanggar dress code yang mengharuskan pengunjung wanita menggunakan celana panjang atau rok di bawah lutut. Selain itu, pengunjung juga tidak diperkenankan menggunakan pakaian yang pas di tubuh menyerupai legging atau tights.


Saya sendiri tidak problem jika harus menutup lagi kaki saya dengan sarung untuk menghormati sebuah daerah ibadah, tapi kenyataan bahwa saya gres diberi tahu begitu saya tinggal beberapa langkah lagi dari kuil tersebut memang agak menjengkelkan. Jalan ke pintu masuk di depan cukup jauh, ditambah matahari sangat terik dan jalanan sudah dipadati oleh ratusan turis.


Bagaimanapun, saya tidak mau membiarkan pengalaman itu mengurangi kesenangan saya. Kejadian itu terlalu sepele untuk memengaruhi mood saya lama-lama. Saya sudah siap memasang senyum lebar di depan Temple of Emerald Buddha ketika saya melihat seorang wanita bule masuk ke sana menggunakan rok pendek di atas lutut. Loh, kenapa penjaga yang sama tidak melarang wanita itu masuk ke dalam?


Saya pun memperhatikan sekeliling saya. Lama kelamaan, saya melihat makin banyak wanita yang melangkah bebas di area kuil dengan rok pendek atau legging ketat. Awalnya saya merasa ada standar ganda di sini, di mana turis lain mendapat keistimewaan alasannya ialah ras mereka.


Tapi sesudah dipikir-pikir, tampaknya tidak ada standar ganda. Pelanggaran dress code yang saya lihat dilakukan oleh orang-orang yang berbeda ras dan usia, jadi mustahil penjaga itu pilih-pilih. Saya pun berprasangka baik dengan menyimpulkan teladan yang saya lihat hanyalah orang-orang yang luput dari mata para penjaga.



Menghargai budaya setempat ketika bepergian


Bepergian ke daerah gres sebetulnya bukan cuma soal mencoret bucket list kita yang penuh √ Berpakaianlah yang Sopan Ketika Jalan-jalan

Ada yang pakai mini skirt juga. Foto merupakan dokumentasi eksklusif penulis


Yang saya sayangkan, sebagian dari mereka niscaya sudah tahu peraturan berpakaian di area kuil yang notabene daerah ibadah. Kalaupun mereka belum tahu sebelumnya, mereka niscaya sadar sesudah melihat turis-turis lain yang jumlahnya tidak sedikit ‘digelandang’ ke daerah penyewaan sarung.


Tapi tampaknya tidak ada kesadaran dari mereka untuk secara sukarela memperbaiki cara berpakaian mereka. Padahal, tujuan wisata ini ialah daerah suci bagi umat Buddha. Malah bukan hanya pakaian saja yang perlu dijaga, tapi tiap pengunjung juga harus menjaga perilaku semoga tidak mengganggu mereka yang sedang khusyuk berdoa.


Sebelum berangkat traveling, jangan lupa untuk mengepak pakaian yang sopan sesuai standar daerah yang menjadi destinasi kita


Bepergian ke daerah gres sebetulnya bukan cuma soal mencoret bucket list kita yang penuh dengan tempat-tempat yang ingin dikunjungi dan hal-hal yang ingin dilakukan. Saat bepergian, kita terpapar juga dengan budaya yang mungkin sedikit berbeda dengan budaya kita.


Ini dapat menjadi kesempatan untuk memahami dan membuka wawasan kita bahwa ada miliaran orang di dunia ini, dan tidak semuanya menjalankan kesehariannya dengan cara yang sama dengan kita.


Sebelum berangkat traveling, jangan lupa untuk mengepak pakaian yang sopan sesuai standar daerah yang menjadi destinasi kita, terutama jika berencana mengunjungi daerah ibadah atau daerah resmi menyerupai istana kerajaan.


Tentu Kamu tidak mau kan jika turis-turis tiba ke rumah ibadah kalian berpakaian menyerupai sedang berlibur di pantai? Memakai rok atau celana panjang saja, tidak ada ruginya, kok. Malah dengan begitu Kamu bisa lebih menikmati liburan alasannya ialah tidak perlu repot-repot mengganti pakaian ketika berkunjung ke tempat-tempat tertentu.


***



Sumber https://phinemo.com