Coelacanth ialah jenis ikan purba yang telah hidup semenjak Zaman Devonian (400 juta tahun lalu) dan dianggap punah pada Zaman Kretaseus (65-70 juta tahun lalu). Penemuan hidup ikan ini pada 23 Desember 1938 kemudian mematahkan anggapan ini. Ikan ini ditemukan pertama kali di muara Sungai Chalumna, Afrika Selatan oleh Nn. Marjorie Courtney-Latimer. Ikan yang ditemukan kemudian diberi nama Latimeria chalumna untuk menghargai jasa sang penemu dan lokasi penemuannya.
Di Indonesia inovasi pertama kali ikan purba ini berada di wilayah perairan lepas pantai Sulawesi Utara oleh seorang nelayan pada tahun 2007. Awalnya para peneliti mengira spesies yang ditemukan di Perairan Sulawesi Utara ini sama dengan yang ditemukan di Afrika Selatan. Namun sehabis melalui tes DNA dan isolasi populasi diketahui berbeda spesies, sehingga kemudian diberi nama Latimeria menadoensis, karena ditemukan di wilayah perairan Kota Manado.
Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 2 Juli 2018 ikan purba ini kembali ditemukan oleh seorang pemancing di perairan Raja Ampat, Indonesia. Identifikasi berhasil dilakukan pada 14 November 2018. Hasil identifikasi membuktikan bahwa ikan purba di Raja Ampat ini masih satu spesies dengan yang ditemukan di Perairan Sulawesi Utara, namun telah terpisah jauh dan signifikan dengan populasi di Sulawesi. Baca selengkapnya penemuan ikan purba di Raja Ampat.

Karakteristik khas yang dimiliki Ikan Coelacanth ialah adanya tujuh sirip yang berlobi daging, komplemen sirip di bab ekor, sambungan intrakranial di atas kepalanya, dan adanya cairan yang digunkan sebagai penyangga kepala yang disebut notokorda. Posisi anus dan kanal reproduksi ikan purba ini berbeda dengan ikan pada umumnya, anus dan kanal reproduksi berada sempurna diantara dua sirip perut yang seolah olah menyerupai berada pada pangkal kedua kai layaknya manusia.
Adanya sirip yang berlobi daging menciptakan ikan ini dikerabatkan bersahabat dengan binatang berkaki empat (tetrapoda) dan ikan paru (lungfish) daripada ikan biasa pada umumnya. Dalam ilmu pengetahuan, Coelacanth dianggap sebagai jembatan evolusi antara ikan dengan amfibi.
Coelacanth dijuluki sebagai raja laut, hal ini dikarenakan bentuk tampang yang bergairah dan termasuk jenis predator lautan. Coelacanth memangsa ikan-ikan kecil yang hidup di perairan dalam. Berhabitat di kedalaman 150-2000 meter, ikan ini menyukai lereng vulkanis dengan gua lava. Dalam satu populasi sanggup ditemui coelacanth sebanyak 14 ekor saja.
Awetan Ikan purba coelacanth sanggup di temui di Pusat Penelitian LIPI Cibinong, Bogor. Namun bagi anda yang ingin melihat versi hidupnya sanggup melaksanakan acara diving di Perairan Sulawesi Utara dengan kedalaman 90-200 meter. Mungkin akan sedikit sulit mengingat ikan purba ini ialah jenis binatang yang sangat langka, namun bila kau beruntung melihatnya itu akan menjadi pengalaman luar biasa yang bahkan seorang peneliti pun belum tentu sanggup melihatnya.
Sumber https://phinemo.com