Siapa yang tak kenal dengan suku Baduy? Suku pedalaman yang berada di Provinsi Banten. Di tengah kemajuan teknologi, suku Baduy masih mempertahankan kearifan lokalnya. Memegang teguh budaya dan budbahasa yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Menampik segala kemewahan teknologi dan hidup dengan bersahaja di lingkungan, serba manual dan tidak tergiur oleh perkembangan teknologi.
Perkampungan suku baduy menjadi salah satu tujuan wisata bagi para traveler. Tujuan mereka tiba kesana tak lain yaitu ingin mengetahui kehidupan mereka, ingin mencar ilmu lebih dalam ihwal budaya. Tak heran, jikalau tempat ini sering didatangi oleh rombongan wisatawan, para siswa dari banyak sekali sekolah dan tak mau ketinggalan para mahasiswa dari banyak sekali universitas di Indonesia.
Selain ingin mengenal ihwal budaya yang ada di Indonesia, para siswa tersebut juga dilatih untuk menjadi pribadi yang tegar, sabar dan bijaksana. Menghargai alam dan bersyukur dengan apa yang kita miliki, tentunya.
Taukah kalian, ada beberapa hal yang harus diketahui ketika sedang berkunjung ke Baduy. Agar kalian lebih siap untuk mempersiapkan diri dan kalian sanggup nyaman dalam melaksanakan traveling.
1. Siapkan Kondisi Badan yang Fit

Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis
Untuk melaksanakan perjalanan ke Baduy, pastikan kondisi badan kita dalam keadaan sehat dan fit. Bawalah obat-obatan bila diperlukan. Karena untuk menyusuri perkampungan Baduy kita tidak sanggup membawa kendaraan. Semua kegiatan dilakukan dengan berjalan kaki dan dihentikan manja! Semua pengunjung akan menitipkan kendaraannya begitu hingga di Desa Ciboleger. Desa terakhir ketika hendak masuk wilayah Suku Baduy.
Jadi, persiapkan tenaga kalian untuk berjalan berkilo-kilo meter untuk menyusuri kampung Suku Baduy.
2. Usahakan Datang dengan Teman Lebih Dari Dua Orang

Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis
Mau solo traveling ke Baduy? Sendiri mana asik? Ada baiknya kita pergi ke Baduy rame-rame. Selain akan terasa seru, kita juga sanggup menyebarkan dalam hal membawa materi logistic. Dengan menyebarkan kita akan terasa ringan dari segi biaya ataupun barang bawaan. Seperti halnya pergi ke gunung, kita harus kompak dalam tim. Agar perjalanan kita terasa nyaman dan menyenangkan. Lebih baik lagi, jikalau salah satu diantara kalian sanggup berbahasa Sunda.
3. Bawa Bahan Logistik

Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis
Jangan lupa bawa materi logistik! Karena jikalau kita sudah hingga di area perkampungan tidak tersedia pasar ataupun toko klontong yang menjual barang-barang logistik. Masyarakat Baduy pada umumnya membeli materi kuliner di Ciboleger, desa terakhir sebelum masuk perkampungan Baduy luar. Masyarakat baduy menyimpan hasil pertaniannya ibarat beras di dalam lumbung padi yang mereka sebut leuit.
Bawalah bahan-bahan mentah ibarat beras, mie instan, sayur dan mungkin ikan asin. Konon, masyarakat Baduy suka dengan ikan asin. Nah, bahan-bahan logistic yang kita bawa sanggup diserahkan kepada pemilik rumah yang nanti akan kita tinggali untuk bermalam dan istri sang pemilik rumah tersebut akan membuatkan kuliner buat kita. Jika ketika kita pulang dan ternyata masih ada sisa, bahan-bahan tersebut sanggup kita tinggal buat mereka.
4. Bawa Peralatan Outdoor

Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis
Pertama, kita akan bertemu dengan kegelapan meski nantinya kita berada di tengah-tengah perkampungan. Perlu diketahui bahwa di dalam kampung suku Baduy tidak terdapat anutan listrik. Jadi, kita perlu senter atau headlamp untuk membantu penerangan kita secara pribadi. Pada umumnya masyarakat Baduy luar memakai lampu dengan tenga surya yang ia jemur ketika siang hari. Sementara masyarakat baduy dalam akan memakai sentir berisi minyak sayur. Bisa dipastikan bahwa penerangan sangat minim sekali.
Bawalah kantong tidur! Rumah panggung tempat kita bermalam beralaskan bambu, jadi akan ada angin yang masuk dari sela-sela rongga bambu.
5. Pakailah Sandal atau Sepatu Gunung
Sudah tau medan yang dilalui ketika masuk ke Baduy? Karena pemukiman suku Baduy letaknya di lereng gunung Halimun, maka jalur yang kita lalui masih alami. Berbatu, dengan tekstur tanah merah yang licin maka ada baiknya kita menjaga kenyamanan kaki. Gunakan sandal atau sepatu gunung semoga tidak terperleset dan sanggup menapak dengan kuat.
Namun, faktanya masyarakat Baduy Dalam tidak memakai ganjal kaki ketika melewati medan-medan yang terjal dan licin itu. Karena terbiasa jadi nampaknya mereka merasa nyaman ketika berjalan.
6. Untuk Fasilitas MCK, Menginaplah di Baduy Luar

Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis
Mungkin kalian akan berfikir bagaimana kita sanggup mandi dan membuang air? Karena semua masih serba alami, lebih banyak didominasi masyarakat Baduy melaksanakan MCK di sungai. Mandi, basuh piring, basuh baju hingga buang air pun di sungai. Sungai merupakan sumber kehidupan mereka. Lalu bagaimana dengan saya yang tidak terbiasa malakukan semuanya di alam terbuka? Solusinya yaitu menginaplah di tempat Baduy Luar. Karena, pada tahun 2015 terakhir saya tiba ke sana, di desa Gajeboh Baduy luar sudah terdapat WC umum yang sanggup dipakai untuk mandi hingga buang air.
Menurut gosip warga, WC umun tersebut sengaja mereka buat untuk keperluan para pendatang. Sementara sebagian besar mereka masih melaksanakan aktivitasnya di sungai. Tapi, kita tidak akan menemukannya di tempat Baduy dalam yang masih tampak lebih natural dan alami.
7. Ajaklah Penduduk Lokal Untuk Mengantarkan Kalian Masuk Baduy Dalam

Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis
Semacam tour guide lokal yang akan mengantarkan kita susukan ke tempat Baduy Dalam. Sebenarnya, jalan menuju Baduy Dalam tidak ada percabangan. Jalan yang dilalui hanya satu. Tidak ada jalan pintas. Seperti kata pepatah Baduy. Lonjor teu menang dipotong, pondok teu menang disambung yang artinya yaitu panjang dihentikan di potong dan pendek dihentikan disambung. Kaprikornus mereka menciptakan jalan apa adanya itu. Jika, kita diantar oleh masyarakat lokal, sedikit banyak kita sanggup bertanya eksklusif ihwal budaya Suku Baduy.
8. Membeli Souvenir di Baduy Luar Dirasa Lebih Murah Dari Baduy Dalam

Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis
Tidak lengkap rasanya jikalau kita berkunjung di sebuah tempat tanpa membeli oleh-oleh untuk kenang-kenangan. Kita sanggup membeli sebuah souvenir yang dibentuk oleh penduduk lokal berupa gantungan kunci, gelang, tas, shal, kain tenun dan masih banyak lagi. Souvenir-souvenir tersebut terbuat dari akar dan tumbuhan-tumbuhan. Jangan pula ketinggalan dengan kain tenun khas Baduy yang ditenun eksklusif memakai alat tenun tradisional.
Sedikit pengalaman, bahwa harga souvenir dan kain tenun di Baduy Luar lebih murah dibanding Baduy Dalam. Agak kaget ketika saya iseng membadingkan harga kain tenun dangan ukuran yang sama di Baduy Dalam yang ternyata lebih mahal. Entah kenapa sanggup begitu, mungkin sebab memegang teguh pepatah Baduy tersebut. Kaprikornus harga yang ada dihentikan ditawar. Entahlah. Selain itu orang Baduy dalam tidak sanggup berhitung meski mereka tahu mata uang.
9. Jangan Keluarkan Kamera atau Peralatan Modern di Baduy Dalam

Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis
Jangan tanya alasannya kenapa, kita tidak diperbolehkan mengeluarkan kamera, barang-barang elektronik lainnya. Tapi, memang aturannya ibarat itu. Jika kita melanggar kita akan dikenakan sangsi budbahasa dan denda. Hanya di Baduy Dalam saja peraturan itu berlaku. Jika masih berada di tempat Baduy Luar kita masih bebas memakai barang-barang elektronik bahkan kita sanggup dengan puas berfoto-foto.
Sumber https://phinemo.com