Saturday, June 16, 2018

√ 5 Barang Ini Jangan Hingga Ketinggalan Ketika Traveling

Pada artikel sebelumnya saya telah menunjukkan daftar 5 barang wajib bawa ketika saya sedang jalan-jalan, namun jumlah itu masih terbilang sedikit untuk menunjang kenyamanan ketika beraktivitas di luar ruangan.


Untuk itulah pada artikel kali ini saya bermaksud menjelaskan lagi 5 barang yang sebaiknya dibawa dalam perjalanan.


1. Buku catatan


Bukan hanya Dora the Explorer yang senantiasa membawa buku catatan setiap kali bepergian, saya pun demikian.


Saat berlibur ke Semarang saya bertemu dengan seorang bapak yang tengah kebingungan alasannya handphonenya hilang. Dalam perjalanan menuju kantor polisi, si bapak sempat bercerita bahwa di dalam handphone tersebut ada catatan laporan pekerjaannya selama dinas di Semarang, dengan hilangnya handphone tersebut ia terpaksa harus mengulang semuanya kembali dari awal.


Meski saya sangat jarang menerima kiprah dinas di luar kota, namun adakalanya saya mencatatkan kejadian menarik selama perjalanan untuk diceritakan kembali di kemudan hari, dan saya sangat tidak ingin kejadian menyerupai yang dialami bapak tadi menimpa saya juga.


Semenjak itu, saya jadi terbiasa membawa buku kecil untuk menuliskan hal menarik dan penting, menyerupai alamat penginapan, rencana perjalanan, atau sekedar nomor penting yang bisa dihubungi semisal terjadi hal yang tidak diinginkan.


2. Kacamata cadangan


Berkelana dengan mata minus mempunyai suka dukanya sendiri. Demi kelancaran dan kenyamanan saya ketika sedang jalan-jalan, maka kehadiran kacamata cadangan menjadi barang yang wajib saya bawa. Bagi saya tidak ada toleransi pada barang ini, saya tidak ingin kejadian menyerupai di Gunung Merbabu terulang kembali. Frame kacamata saya patah terbagi dua, beruntung ketika itu sudah dalam perjalanan pulang. Meski sebetulnya bisa mengenakan lensa kontak, namun sayangnya mata saya akan sangat gampang gatal sampai lensa kontak hanya terasa nyaman ketika saya sedang berada dalam rutinitas, bukan ketika perjalanan.


3. Gembok kecil


Saya sadar tidak semua destinasi menyediakan loker dan tidak semua loker yang disediakan mempunyai gembok.


Seperti wisata Goa Pindul di Jogja misalnya, tas yang saya bawa memang diserahkan ke kawasan penitipan barang, namun loker yang disediakan bukan hanya tanpa gembok, namun juga tanpa pintu penutup. Beberapa sahabat kemudian tetapkan menitip dompet dan barang berharganya didalam tas saya untuk kemudian saya gembok, barulah diserahkan ke kawasan penitipan barang.


Gembok kecil ini juga berjasa mengunci tenda ketika saya dan teman-teman tetapkan untuk meninggalkan barang-barang di dalamnya ketika kami asyik bermain air bersama di tepi Pantai Sepanjang, Yogyakarta.


4. Tali sepatu cadangan


Tali perhiasan ini tidak hanya saya gunakan untuk mengikat sepatu, namun juga mengikat benda lain selama perjalanan. Saya mengubah tali sepatu menjadi tali jemuran sesudah tamat mencuci di toilet umum pantai Sepanjang, Gunung Kidul. Sebenarnya ada alternatif lain selain memakai tali sepatu, yakni menggantinya dengan tali paracord. Kelebihan paracord yaitu ia mempunyai memiliki kekuatan yang jauh lebih baik dan jikalau isi tali dikeluarkan maka di dalamnya akan ada serat halus yang bisa dipakai sebagai benang pancing.


Bagian yang paling mengesankan yaitu banyak yang menjual tali ini sesudah menyimpulkannya menjadi gelang sehingga lebih praktis ketika dibawa.


Masalah terbesarnya yaitu sesudah melepasnya menjadi tali saya kesulitan untuk mengikatnya kembali menjadi gelang, mungkin akan lebih baik bagi saya jikalau berguru lagi.


5. Headset


Memang, ketika sedang jalan-jalan ada baiknya untuk membatasi diri memakai gadget dengan keinginan biar saya bisa lebih banyak menghargai momen berharga menyerupai ini. Tapi bagi saya, membawa headset menjadi cukup penting ketika sedang bepergian.


Saya bukan orang yang up to date terharap animo lagu dari masa ke masa, akan tetapi kehadiran headset sangat membantu menambah kesan Istimewa dan menghidupkan momen yang tadinya hampir mati.


Seperti bagaimana musikalisasi puisi yang dibacakan Dwita Sari bisa mengembalikan mood saya sesudah berdebat dengan seorang bapak yang bersikeras merokok dalam gerbong kereta meski sudah berkali-kali diperingati. Atau menyerupai Indah yang mendengarkan rekaman ayat suci melalui headsetnya dan berhasil mengatasi rasa takut ketika kami turun melalui Jalur Putri dalam keadaan gelap tanggapan rusaknya senter secara masal.



Sumber https://phinemo.com