Saya meraih handphone ku seketika dikala nada dering whatsapp messengerku berbunyi. Memang ada satu pesan dari seseorang yang sudah saya nantikan. Kristyn, sahabat sekamarku, sudah tiga hari ia pergi untuk melakuakn traveling menjelajah gereja di penjuru Indonesia. Ia mengaku bahwa ini ialah kali pertamanya ia dan keluarganya menjelajah beberapa gereja legendaris di Indonesia.
Kubaca abjad demi abjad pesan darinya yang ada di handphoneku, sambil berpikir, apakah yang ada dibenaknya? Kuambil note bookku beserta pena nya, seketika saya berpikir untuk merangkum apa yang dilakukan sahabatku yang di luar sana, saya hanya ingin berimajinasi, seolah berada di sisinya dan melaksanakan perjalanan yang sama.
kubaca dengan secama pesan-pesan darinya, semakin panjang semakin menarik perhatianku. Saya gres tahu kalau di Indonesia juga mempunyai wisata religi bagi kaum kristiani yang begitu indah, baik dari segi arsitekturnya maupun sejarah dan budayanya, inilah kumpulan gereja yang di ceritakan eksklusif oleh Kristyn.
1. Candi Mandala Hati Kudus

photo from wisatabalibarat.wordpress.com
Hatiku benar-benar tentram kawan, ketika membasuhkan wajah dengan air pancuran yang ada di pelataran tempat ini, terlebih seorang abang bau tanah memberiku sekendi air yang katanya diambil dari mata air Perwitasari yang sumbernya tak jauh dari candi. Kebanyakan yang tiba berziarah ke gereja dengan nuansa candi-candi dan joglo khas Jawa ini bergerombol, paling tidak bersama keluarga kecil.
Mereka semua sangat khusyuk dalam berdoa, sama mirip yang biasa kau lakukan setiap hari sebelum kau beribadah, mereka membasuh dan membersihkan diri dengan pedoman air dan berdoa di depan patung Yesus. Tak hanya berdoa, di sini saya juga mendapati beberapa yang bukan beragama sepertiku, di sini heterogen, itulah salah satu keindahannya, toleransi.
2. Gereja Merah, Kediri

photo from lihat.co.id
Gereja ini memang tidak semegah Katedral, Jakarta atau sefenomenal gereja Blendug, Semarang. Pasalnya, ketika saya menaiki sebuah angkutan menyeberangi Sungai Brantas dan bertanya wacana gereja Merah, sang supir agaknya sedikit kebingungan, untunglah seorang ibu menjelaskan kepada sang supir dan hasilnya saya diantarkan menuju tujuan. Sebenarnya, gereja ini berjulukan resmi Gereja Protestan Indonsia Barat (GPIB) Immanuel, sedangkan gereja Merah hanyalah sebutan arbiter masyarakat setempat.
Aku bahagia sekali ketika saya ke sana diajak masuk menelusuri gereja, bahkan ditemani oleh Koster Lorens Hendrik. Nuansa Belanda sangat pekat di sini, semua masih perawan peninggalan pemerintah Belanda pada masanya, hanya dinding yang di cat ulang dan beling patri sudah diganti dengan beling patri baru, namun masih tetap sama.
Keunikan dari gereja ini ialah terdapatnya sebuah Alkitab kuno berbahasa Belanda bertuliskan tahun 1867, di dalam injil ini juga terjadap sebuah peta, tampaknya proses perkembangang agama Kristen, pantas saja bangunan ini sudah diteteapkan menjadi bangunan cagar budaya semenjak tahub 2005.
3. Maria Annai Valengkani, Medan

Photo from klikhotel.com
Mungkin kau menerka saya dan keluargaku beralih berwisata ke kuil atau vihara, kalau kau menerka demikian , kau niscaya sudah terkecoh. Kami sedang berada di sebuah gereja di kota kelahiran ibuku, Medan. Keunikan gereja ini ialah arsitektur yang menganut sistem akulturasi, Indo-Mogul. Ternyarta saya telah kalah start, sudah banyak sekali wisatawan absurd dari banyak sekali mancanegara yang berlalu-lalang di sini, ada yang berdoa dan adapula yang sekedar berfoto. Saya yang gres mengetahui keberadaan gereja ini mirip merasa menjadi tamu di negeri sendiri, malu lah aku.
4. Katedral, Manado

photo from jadwal-misa.info
Aku begitu takjub, Ri, begitu melihat keindahan gereja yang konon katanya menjadi nominasi gereja termegah di tanah Indonesia bab Timur. Kemegahan terpancar ketika saya memperhatikan arsitektur bangunan ini yang eklektik alias juga gabungan dari 3 gaya arsitektur, yaitu Byzantium, Romanesque, & Gotik. Tidak perlu berwisata religi ke Roma, alasannya ciri Khas gereja ini ialah kubah yang sangat mirip dengan bangunan gereja-gereja di Roma.
5. Gereja Santa Maria De Fatima

Photo by Danumurthi Mahendra
Rasanya tak lengkap bila perjalanan saya dan keluargaku tidak menjamah ibu kota, Ayahku yang seorang keturunan Tionghoa membawaku kembali ke masa 19. Gereja Santa Maria De Fatima ialah singhan kami sebelum kami kembali pulang ke Semarang. Aku juga digiring ke dalam dua kebudayaan yang sangat berbeda, sehabis berbincang dengan penjaga kebersihan di area gereja, ternyata selain menjadi bangunan gereja tertua di Jakarta, gereja ini juga menjadi satu-satunya gereja katolik yang berarsitektur Tionghoa.
Nuansa Tionghoa lengkap dengan warna merah dan emas yang mendominasi eksterior gedung serta adanya patung singa yang biasa terdapat di kelenteng-kelenteng. Kebetulan sekali hari ini ialah hari khusus misa dengan bahasa Mandarin, ternyata gereja ini mempunyai tradisi berbahasa Mandarin setiap hari Minggu.
Inilah catatan yang saya tulis dari perjalanan sahabat sekaligus partner traveling saya, ia tahu benar cara menikmati liburan Natal yang berbeda dari yang lain. Tidak hanya wisata religi yang ia dapatkan, melainkan menapaki budaya dan sejarah di setiap daerah.
Sumber https://phinemo.com