photo by Helga Weber flickr.com
Pengalaman pertama niscaya menjadi sesuatu yang lebih berkesan dari apapun. Bingung, terlihat bodoh, tidak tahu harus melaksanakan apa, itulah yang menimpa saya ketika menjajal solo traveling pertama.
Kalian tentu berpikir, seorang backpacker yang menyukai tantangan ialah eksklusif sanggup bangun diatas kaki sendiri yang tak takut apapun. Percayalah, orang yang menjajal menjadi seorang solo traveler juga insan biasa. Rasa takut, khawatir, dan gundah ialah hal yang manusiawi.
Traveling memang hobi yang universal, hampir semua kalangan menjajal hobi tersebut. Dari seorang extrovert sampai introvert sekalipun. Keduanya mempunyai cara tersendiri untuk menikmati perjalanannya. Tapi, apakah sanggup menikmati perjalanan bila muncul pikiran negatif ihwal kawasan yang dituju?
Traveling bersama travelmate pun tak menjamin bahwa kita akan terhindar dari persoalan serta terbebas dari rasa was-was, terlebih apabila melaksanakan perjalanan ke sebuah tempat abnormal seorang diri, rasa khawatir mungkin saja akan berlipat.
Membaca timeline di akun Facebook, saya agak tergelitik, salah satu status menyampaikan bahwa traveler sejati belum lengkap apabila tidak menjajal menjadi seorang solo traveler. Sangat prinsipel sekali. Saya berani menjamin bahwa untuk menjadi seorang solo traveler tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Terlebih kalau kau tidak mempunyai kenalan atau tidak menguasai bahasa asing.
Situasi tersebut sanggup jadi memancing munculnya pikiran-pikiran negatif di kepala. Berikut beberapa kekhawatiran yang sanggup saja kau rasakan selama perjalanan solo traveling perdanamu;
1. Saya Cemas Bila Tidak Dapat Bersahabat dengan Penduduk Lokal
Perbedaan kultur dan bahasa agak membebani kepala saya waktu itu, saya merasa takut apabila mereka tidak sanggup mendapatkan kehadiran saya. Bagaimana bila mereka sangat sinis sampai enggan bercengkrama dengan saya apalagi menunjukkan tumpangan untuk bermalam.
2. Terlihat Bodoh Ketika Gadget Tidak Dapat Berfungsi
Bagi seorang solo traveler, gadget ialah benda mati yang sanggup beralih menjadi seorang teman. Banyak aplikasi-aplikasi yang sanggup berkembang menjadi “dewa” ketika saya gundah hendak melaksanakan apa.
Mendengar peringatan low battery, aneka macam pikiran negatif seketika muncul, bagaimana bila saya tersesat, saya tidak sanggup menelvon pihak hotel, atau memanggil taxi untuk menjemput.
3. Semua Orang Memperhatikan Setiap Langkah Saya
Selalu mencolok perhatian, begitulah citra traveler yang saya lihat ketika di kereta. Biasanya saya pun agak terpancing untuk memperhatikan traveler dengan ransel besar, kaos santai, celana pendek, dan beling mata hitam.
Bagi seorang solo traveler perdana, kepercayaan diri sangatlah diuji. Kamu harus siap untuk diperhatikan beberapa orang yang berpapasan denganmu, apalagi kalau perawakanmu sangat kontras berbeda dengan warga lokal.
4. Saya tidak sanggup membedakan orang baik atau orang yang berniat buruk
Teringat isu-isu di India ihwal pelecehan secual terhadap turis asing, serta maraknya pencopetan di Barcelona. Setiap pemberitaan saya yakin mempunyai tujuan baik, biar semua orang lebih waspada di segala keadaan.
Kadangkala saya sulit membedakan antara waspada dengan berprasangka buruk. Everything has surprise, hidup ini soal kejutan. Apa yang ditemui selama perjalanan tentu belum sama dengan apa yang ada di pikiran kita.
5. Saya tidak sanggup menjamin masakan yang masuk ke dalam tubuh
Persoalan masakan termasuk urusan fatal ketika melaksanakan traveling, apa yang dimakan tentu akan berdampak pada reaksi tubuh. Selektif merupakan kunci utama untuk menghindar dari penyakit yang bekerjasama dengan pencernaan. Itulah mengapa saya mengangap mie instant dan soda sebagai masakan haram untuk sementara.
Masalahnya adalah, ketika saya berada di kawasan asing, godaan masakan menjadi hal yang sulit untuk ditolak dan saya tidak tahu apakah masakan tersebut steril dan baik untuk badan saya atau tidak.
6. Saya takut kehilangan barang yang melekat di tubuh
Sulit untuk menjadi santai ketika menjadi solo traveler untuk pertama kalianya. Saya tidak sanggup tidur di sebuah kendaraan umum ketika sedang bosan alasannya ialah menyimpan perasaan was-was kehilangan barang bawaan. Biasanya aneka macam upaya saya lakukan, menyerupai meletakkan sejumlah uang di beberapa tempat rahasia, menyerupai menciptakan sobekan di bab kerah dan menyimpan uang di sana.
7. Saya takut tidak sanggup mengelola keuangan
Dari sekian kekhawatiran inilah yang paling umum terjadi. Uang memang bukan segalanya ketika melaksanakan perjalanan, tapi realitanya segalanya membutuhkan uang.
Satu lagi kekhawatiran saya yang paling besar di antara ketujuh poin tersebut ialah “tidak sanggup menikmati perjalanan”, ketakutan kali ini bukan tiba dari pikiran-pikiran negatif saya, tetapi sebuah motivasi untuk berpikir positif biar pikiran-pikiran negatif tersebut lenyap.
Hal fundamental dari traveling ialah menikmati perjalanan, apabila kita telah menikmatinya, maka kita sanggup dengan gampang menyerap esensi perjalanan tersebut. Toh, kenyataan belum tentu seburuk apa yang kta pikirkan. Tentu tidak gampang menjadi solo traveler, tapi bukan berarti tidak sanggup dilakukan.
Tetaplah teguh pada prinsip tak ada persoalan tanpa solusi, yakinkan diri bahwa setiap petualangan mempunyai ending yang baik, berpositif thinkinglah setiap langkah dan keputusan yang kau ambil. Ingatlah pada niat awal melaksanakan traveling, sekarang, mari bersenang-senang!
Sumber https://phinemo.com