Wednesday, June 20, 2018

√ 7 Tips Menciptakan Video Travel Menyerupai Profesional

Perjalanan dan berkarya, bagi saya merupakan dua hal yang sulit dipisahkan. Cara saya menyalurkan kekaguman saya akan keindahan alam dan kekayaan budaya yaitu dengan merekamnya ke dalam bentuk video. Karena dengan itu, saya sanggup menangkap banyak hal untuk disebarkan dan diceritakan kembali kepada orang lain.


Berdasarkan pengalaman, saya langsung membagi dua tipe cara syuting video perjalanan. Pertama, syuting yang bersifat professional, yang artinya segalanya sudah disetting, mulai dari talent, lokasi, perizinan dan sebagainya.


Kedua, syuting video perjalanan sebagai turis, berbeda dengan tipe pertama, tipe kedua ini justru tidak ada yang disetting, kita diharuskan menangkap gambar dengan situasi yang tidak sanggup kita kendalikan. Dalam goresan pena ini, saya akan menyebarkan pengalaman untuk tipe kedua itu.


1. Informasi Tentang Musim dan Cuaca di Lokasi Pengambilan Gambar Adalah Kunci


Musim sangat besar peranannya terhadap “wajah” suatu lokasi. Sebelum membeli tiket menuju kawasan yang ingin saya shoot, saya akan berpikir telebih dahulu, apakah musim-nya sudah sesuai dengan yang visual saya inginkan. Sebagai contoh, saya membayangkan dalam frame kamera sebuah kawasan dengan savana yang sangat luas namun gersang, pohon rontok, rumput kering berwarna coklat kekuningan.


Saya tahu, Taman Nasional Baluran di Jawa Timur sangat sesuai dengan apa yang saya bayangkan, sebuah kawasan yang mempunyai sebutan lain “little Africa”. Tetapi saya juga harus tahu bahwa penampakan wajah Baluran menyerupai itu hanya akan saya temukan pada trend kemarau. Jika saya keliru menentukan musim, maka yang akan saya dapatkan justru padang rumput luas berwarna hijau yang jauh berbeda dengan ekspektasi saya.


Cuaca juga menjadi faktor penentu keberhasilan gambar yang akan diambil. Untuk itu, saya perlu pro aktif dalam mencari informasi cuaca di suatu lokasi, sanggup dengan memakai aplikasi di smartphone, bertanya dengan penduduk lokal atau memprediksikannya sendiri dengan intuisi.



Akan sangat sulit untuk mendapat langit biru, langit penuh bintang, matahari terbit dan karam di cakrawala ketika cuaca sedang berawan tebal. Oleh sebab itu, ketika saya ingin merekam bintang-bintang di langit Bromo, saya menentukan berkunjung ketika trend kemarau (antara April sampai Oktober), dan menghindari trend hujan.


Walaupun pemilihan berkunjung di trend kemarau tidak sanggup menjamin 100% cuaca ketika saya berkunjung akan bersahabat, tetapi saya yakin bahwa peluang mendapat cuaca yang saya inginkan akan lebih besar daripada ketika saya berkunjung ke Bromo pada trend hujan.


 bagi saya merupakan dua hal yang sulit dipisahkan √ 7 Tips Membuat Video Travel Seperti Profesional

photo from Febian Nurrahman


 


 




2. Ide Terbaik = Ambilah Gambar Saat Cahaya Matahari Sedang Miring


 bagi saya merupakan dua hal yang sulit dipisahkan √ 7 Tips Membuat Video Travel Seperti Profesional

photo from Febian Nurrahman


Secanggih-canggihnya peralatan videografi, tanpa cahaya yang baik akan sulit untuk menghasilkan video yang spektakuler, terutama untuk video landscape. Cahaya pagi ketika matahari terbit dan cahaya sore ketika matahari terbenam, tidak sanggup dipungkiri yaitu cahaya alami yang sanggup menciptakan gambar berkali-lipat lebih indah. Ini yaitu waktu yang paling saya nikmati, menunggu warna langit berubah dari biru, menjadi jingga. Saatnya eksplorasi kreatifitas, bermain dengan siluet, ray of light, dan bayangan.


 bagi saya merupakan dua hal yang sulit dipisahkan √ 7 Tips Membuat Video Travel Seperti Profesional

photo from Febian Nurrahman


 


3. Travel Video Bukan Hanya Tentang Alam, Datangilah Festival dan Ritual Setempat


 bagi saya merupakan dua hal yang sulit dipisahkan √ 7 Tips Membuat Video Travel Seperti Profesional

photo from Febian Nurrahman


Video-video pemandangan alam yang indah memang menyejukan mata, tetapi juga sanggup menjadi hampa dan kurang berbicara apa-apa, terkadang saya merasa perlu menyisipkan insan di dalamnya. Ritual dan Festival yang bekerjasama dengan moral dan kebudayaan setempat merupakan momen yang sangat baik untuk diabadikan. Saya sanggup menangkap energi semangat, kekhusyukan, dan ekspresi kegembiran yang tidak sanggup saya dapatkan di hari-hari biasa ketika tidak ada festival/ritual.



Jika Saya ingin pergi ke suatu lokasi. Saya selalu mencari informasi mengenai festival/ritual apa yang sanggup saya temukan di sana, dan kapan festival/ritual tersebut dilaksanakan. Saya akan menentukan mengunjungi Bali di ketika Hari Raya Nyepi, atau Hari Raya Galungan – Kuningan, atau mungkin di ketika sedang diadakannya perayaan Ngaben. Karena hanya di saat-saat itu saya sanggup menangkap “jiwa” Bali yang sesungguhnya.



4. “Siapa Cepat, Dia Dapat”


 bagi saya merupakan dua hal yang sulit dipisahkan √ 7 Tips Membuat Video Travel Seperti Profesional

photo from Febian Nurrahman


Sebagai videografer dalam posisi turis, saya selalu berpegang kepada kalimat “siapa cepat, ia dapat”. Beberapa lokasi saya ketahui niscaya akan ramai didatangi pengunjung, terlebih bila sedang ada event khusus. Saat menyerupai itu merupakan tantangan bagi semua videographer untuk mendapat gambar yang baik. Satu-satunya cara untuk mendapat posisi terbaik dalam mengambil gambar yaitu tiba seawal mungkin, sebelum pengunjung penuh sesak, bila sudah mendapat kawasan yang bagi saya “good spot”, maka saya tidak akan beranjak sampai saya mendapat gambar yang saya inginkan.


Saya ada pengalaman ketika syuting Grand Parade Gion Festival di Jepang. Orang-orang Jepang selalu mulai menempati posisi semenjak 2-4 jam sebelum program dimulai, mau tidak mau, untuk mendapat posisi terdepan, saya harus standby 5 jam sebelum program dimulai. Duduk di bawah terik matahari trend panas demi mendapat gambar terbaik. Tetapi hasil yang didapat, cukup memuaskan hati.


 


5. Tak Perlu Bawa Semua Alat dari Studiomu


 bagi saya merupakan dua hal yang sulit dipisahkan √ 7 Tips Membuat Video Travel Seperti Profesional

photo from Febian Nurrahman


Terkadang saya merasa semua peralatan videografi harus saya bawa ke lokasi syuting, yang artinya saya harus membawa beban berkilo-kilo di punggung saya, tetapi ternyata itu bukan lah cara yang efektif, apalagi bila saya tiba sebagai turis, yang artinya saya bukan lah kru khusus untuk syuting yang segalanya sudah dipersiapkan. Kegiatan rekam-merekam sendiri sudah menghabiskan banyak energi, baik itu pikiran atau pun fisik.


Sebelum berangkat ke lokasi syuting, saya berpikir matang-matang gambar menyerupai apa yang akan saya butuhkan. Dengan begitu, saya sanggup menentukan perlatan yang benar-benar akan saya pakai saja. Dan meninggalkan peralatan yang saya kira hanya akan memberatkan. Dengan bawaan yang ringan, saya sanggup lebih gesit dalam mengambil gambar.



6. Maksimalkan Smartphone



Smartphone yaitu ajudan saya yang sangat cerdas. Saya selalu mendayagunakannya dengan maksimal, mencari lokasi dengan Google Maps, memprediksikan cuaca dengan AccuWeather, melihat pergerakan bintang (termasuk posisi matahari terbit dan tenggelam) dengan Google Sky Map. Teknologi yang ada sanggup sangat membantu proses pengambilan gambar.



 


7. Etika Tetap yang Paling Utama


Saya sering menemukan teman-teman videografer bila sudah di lapangan menjadi terlalu ambisius mengejar gambar-gambar cantik, terkadang lupa bahwa kita sudah melampaui batas, mengganggu pengunjung lainnya, atau lebih parahnya menganggu objek yang kita ambil gambarnya.


Salah satu pengalaman jelek ini saya rasakan ketika menghadiri sebuah event carnaval di Jember, ketika itu banyak teman-teman fotografer dan videografer yang ‘terpaksa’ melanggar aturan, mereka melompati pagar pembatas, mendekati penerima carnaval dalam jarak kurang dari 1 meter. Akibat ulah tersebut, jalur penerima carnaval menjadi terganggu, pengunjung lain pun pandangannya terhalang, dan saya hanya mendapati punggung para fotografer dan videografer dalam frame kamera.


Itu lah pengalaman saya dan teman-teman sewaktu syuting EPIC JAVA, ketiga segalanya tidak ada yang disetting, kami lah yang mengejar momen-momen tersebut. Cara-cara itu pula yang masih kami aplikasikan untuk film terbaru kami nanti, HOMA.




Sumber https://phinemo.com