JAKARTA - Upaya peningkatan kesejahteraan guru terus dilakukan pemerintah, salah satunya melalui dukungan profesi atau sertifikasi guru. Sayangnya, hal tersebut belum sebanding dengan kemajuan kinerjanya. Beberapa guru masih belum memenuhi kompetensi, termasuk beberapa problem lainnya. Atas dasar tersebut Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia menyelenggarakan Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) guna membahas gosip krusial guru, meliputi sistem rekrutmen calon guru, sistem pelatihan dan pengangkatan, terkait kurikulum, serta penempatan guru. Acara yang fokus pada arah kebijakan guru di Indonesia tersebut akan dihelat 12 hingga 15 Oktober dengan sekira 1.000 peserta.
"Persoalan guru harus diselesaikan dan disiapkan dengan pendidikan prajabatan. Namun bukan hanya dari LPTK yang membina. Karena user guru ini Kemdikbud," ujar Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof Dr H Djaali dalam konferensi pers KONASPI, Selasa (4/10/2016). Oleh lantaran itu, Djaali mengajak pihak Kemdikbud berdiskusi untuk menyusun bersama apa yang terbaik, dalam pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan. Menurut dia, hasil KONASPI menjadi rekomendasi perihal aktivitas mendesak yang harus dilakukan terkait guru. "Kita over supply sarjana pendidikan tetapi tidak dapat diangkat jadi guru. Karena hanya lulusan profesi yang dapat jadi guru. Sedangkan menurut data ada kekurangan guru sekira 300 ribu. Dalam hal ini kami dalam persiapan pengelenggaraan profesi guru reguler," sebutnya. Guna menyiapkan guru berkualitas, imbuh Djaali, maka ke depan diharapkan saringan yang ketat. Apalagi, jikalau pendidikan profesi guru (PPG) dibatasi, yang lolos harus yang benar-benar berjiwa pendidik. "Selama ini PPG masih penugasan dan gres sekira 12 ribu. Nanti akan dibuat tim persiapan seleksi aktivitas studi, juga standar nasional pendidikan guru. Kita menyadari PPG harus dengan jaminan kualitas," tandasnya.