Tuesday, September 11, 2018

√ Asal Seruan Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia - Perdebatan perihal asal ajakan nenek moyang bangsa Indonesia masih belum menemukan titik terang. Para andal masih silang pendapat perihal asal nenek moyang bangsa Indonesia. Dari yang beropini bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari nusantara sendiri hingga yang mengaitkan dengan persatuan di daerah Asia dan Asia Tenggara. Beberapa pendapat tersebut, antara lain sebagai berikut.

Moh. Ali

Moh. Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar di Asia yang tiba ke Indonesia secara bergelombang. Gelombang pertama dari tahun 3000-1500 SM dengan ciri-ciri kebudayaan Neolitikum dengan bahtera bercadik satu. Gelombang yang kedua terjadi dari tahun 1500-500 SM dengan ciri-ciri memakai bahtera bercadik dua.

Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia  √ Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Gambar 3. Perahu Bercadik yang digunakan Nenek Moyang

JL. Moens

Moens beropini bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol dan terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat. Akibatnya mereka menyebar ke arah selatan hingga hingga ke wilayah Indonesia.

Von Heine Geldern

Berdasarkan penelitiannya Von Heine Geldern berargumen jikalau asal ajakan nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Asia Tengah. Diterangkan olehnya, bahwa sejak tahun 2.000 SM hingga dengan tahun 500 SM (dari zaman kerikil Neolithikum hingga zaman Perunggu) telah terjadi migrasi penduduk purba dari wilayah Yunan (China Selatan) ke daerah-daerah di Asia potongan Selatan termasuk daerah kepulauan Indonesia. Perpindahan ini terjadi secara besar-besaran diperkirakan sebab adanya suatu musibah hebat atau adanya perang antar suku bangsa.

Daerah kepulauan di Asia potongan selatan ini oleh Geldern dinamai dengan sebutan Austronesia yang berarti pulau selatan (Austro = Selatan, Nesos = Pulau). Austronesia sendiri meliputi wilayah yang amat luas, meliputi pulau- pulau di Malagasi atau Madagaskar (sebelah Selatan) hingga Pulau Paskah (sebelah Timur), dan dari Taiwan (sebelah Utara) hingga Selandia Baru (sebelah Selatan).

Pendapat Von Heine Geldern dilatarbelakangi inovasi banyak peralatan insan purba masa lampau yang berupa kerikil beliung berbentuk persegi di seluruh wilayah Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Peralatan insan purba ini sama persis dengan peralatan insan purba di wilayah Asia lainnya ibarat Myanmar, Vietnam, Malaysia, dan Kamboja terutama di sekitar wilayah Yunan.

Pendapat Von Heine Geldern didukung oleh hasil penelitian H. Kern di tahun 1899 yang membahas seputar 113 bahasa daerah di Indonesia. Dari penelitian itu. H. Kern menyimpulkan bahwa semua bahasa daerah tersebut awalnya bersumber pada satu rumpun bahasa, rumpun bahasa yang dinamai bahasa Austronesia.

Migrasi insan purba dari daratan Yunan berdasarkan Geldern bukan hanya terjadi satu kali. Ia menyebut gelombang migrasi terjadi juga di tahun 400 – 300 SM (zaman Perunggu). Orang-orang purba yang bermigrasi tersebut membawa bentuk-bentuk kebudayaan perunggu ibarat kapak sepatu dan nekara yang berasal dari dataran Dongson.

H. Kern

H. Kern beropini bila nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia. Ilmuan asal Belanda ini menyebut jikalau hasil penelitiannya menandakan bahwa bahasa-bahasa yang digunakan oleh suku-suku di Indonesia, Mikronesia, Polinesia, dan Melanesia, mempunyai akar yang sama, yaitu bahasa Austronesia.

Dengan fakta itu, ia menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berasal dari satu daerah yang sama dengan bangsa-bangsa lain di wilayah Austronesia. Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia memakai perahu-perahu bercadik menuju ke kepulauan Indonesia.

Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah Campa dengan Indonesia. Selain nama geografis, istilah-istilah hewan dan alat perang pun banyak kesamaannya. Tetapi pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan perbendaharaan bahasa Campa.

H. Kroom

H. Kroom menyatakan bahwa asal-usul bangsa Indonesia dari daerah Cina Tengah sebab pada daerah Cina Tengah terdapat sumber-sumber sungai besar. Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sekitar tahun 2000 SM hingga tahun 1500 SM.

JLA. Brandes

Brandes beropini jikalau suku-suku yang mendiami kepulauan Indonesia mempunyai kesamaan secara etnik, fisik, maupun bahasa dengan beberapa bangsa yang mendiami daerah-daerah yang melintang dari utara di Pulau Formosa (Taiwan), barat di Pulau Malagasi (Madagaskar), selatan di Jawa dan Bali, serta timur di tepi pantai barat Amerika.

Hogen

Hogen beropini bahwa bangsa yang mendiami pesisir Melayu di Sumatera beramilasi secara genetik dengan bangsa Mongol yang tiba pada gelombang pertama (Proto Melayu dan Deutro Melayu).

Max Muller

Max Muller beropini secara lebih spesifik. Ia menyebut jikalau asal ajakan nenek  moyang  bangsa  Indonesia berasal  dari  semenanjung  Asia  Tenggara. Kendati  begitu,  alasan  Muller  ini  tidak  didukung  alasan  yang  jelas  dan terverifikasi.

Majumdar

Majumdar berasumsi bahwa bangsa-bangsa Austronesia yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia yaitu berasal dari India. Mereka menyebar ke beberapa wilayah di Indocina, ke Indonesia, dan balasannya ke Asia Pasifik. Asumnsi Majumdar ini didukung hasil penelitiannya yang menyebut jikalau bahasa Austria yaitu bahasa muda di daerah India potongan timur.

Willem Smith

Untuk memilih asal ajakan nenek moyang bangsa Indonesia, Willem Smith melaksanakan identifikasi terhadap bahasa yang digunakan oleh bangsa-bangsa di sekitar Asia. Berdasarkan penelitiannya, ia lalu mengelompokan bahasa di sekitar Asia menjadi 3 potongan yaitu, bahasa Togon, bahasa Jerman, dan bahasa Austria. Indonesia bersama dengan Melanesia, dan Polinesia digolongkan dalam bahasa Austria.

Sangkot Marzuki

Sangkot Marzuki menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai asal ajakan dan keterkaitan dengan Austronesia. Ini didasari oleh penelusuran terkait DNA fosil-fosil insan purba yang pernah ditemukan di Indonesia. Atas dasar itu, ia lalu menyanggah pendapat Van Heine Geldern yang menyebut jikalau nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan.

Menurutnya, Homo Erectus atau Phitecantropus Erectus yang ditemukan sebagai insan purba ketika itu tidak mempunyai signifikasi dengan DNA insan Indonesia zaman sekarang. Menurutnya, mereka punah dan diganti oleh insan species baru, yang berasal dari Afrika.

Harry Truman Simandjutak

Harry Truman Simandjutak mengemukakan bahwa bahasa yang banyak digunakan di Indonesia adalaha generasi kedua dari Bahasa Austronesia. Ini menandakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Pulau Formosa, Taiwan.

Sultan Takdir Alisyahbana

Sultan Takdir Alisyahbana mengemukakan bahwa bangsa Indonesia yaitu bangsa yang bernenekmoyangkan bangsa melayu. Pendapatnya ini didasari oleh rumpun bahasa keduanya yang mempunyai kesamaan yang signifikan.

Gorys Kraf

Gorys Kraf beropini bahwa bangsa Indonesia memiliki  kebudayaan yang lebih maju dibanding kebudayaan bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Ini berarti bahwa Indonesia yaitu induk dari bangsa-bangsa lain yang ada di wilayah Austronesia ibarat Malaysia, Thailand, Madagaskar, dan Selatan Indochina

Moh. Yamin

Moh. Yamin menentang semua pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Ia beropini bahwa asal bangsa Indonesia yaitu dari Indonesia sendiri. Bahkan bangsa-bangsa lain yang ada di wilayah Asia berasal dari Indonesia. Pendapat Moh. Yamin didukung oleh suatu pernyataannya perihal Blood Und Breden Unchiroyang berarti yaitu daerah dan tanah bangsa Indonesia yaitu berasal dari Indonesia sendiri.

Ia menyatakan bahwa fosil dan artefak lebih banyak dan lengkap ditemukan di wilayah Indonesia dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Asia. Misalnya dengan inovasi insan purba sejenis Homo Soloensis dan Homo Wajakensis tidak diketemukan di daerah- daerah lain di Asia termasuk Asia Tenggara (Indochina).


Sumber Referensi:
Djoened P., Marwati, et al. 1984. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta : Depdikbud. Soekmono,  R.  2011.  Pengantar  Sejarah  Kebudayaan  Indonesia  I. Yogyakarta:
Kanisius.

Utomo, Bambang Budi. 2009. Atlas Sejarah Indonesia Masa Prasejarah (Hindu- Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

--------.  2010.  Atlas  Sejarah  Indonesia  Masa  Klasik  (Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Widianto,  Harry.  2011.  Jejak  Langkah  Setelah  Sangiran  (Edisi  Khusus).  Jawa Tengah: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran.


Sumber http://jalurppg.blogspot.com