Monday, November 12, 2018

Fakta Dan Mitos Tradisi Malam 1 Suro Masyarakat Jawa

Perayaan tradisi satu suro ialah perayaan penting untuk masyarakat Jawa Fakta dan Mitos Tradisi Malam 1 Suro Masyarakat Jawa
Perayaan tradisi satu suro ialah perayaan penting untuk masyarakat Jawa, terutama masyarakat di Yogyakarta & Surakarta ataupun Solo, alasannya ialah terbukti anutan yang diwariskan oleh para leluhur tetap dipegang teguh. Salah satu tradisi yang tetap dipegang teguh ialah tradisi malam satu Suro yang tetap dijalankan setiap tahunnya. Tradisi ini merupakan malam tahun gres dalam kalender Jawa, dan terlebih masyarakat Jawa menganggapnya sangat sakral. 


Sejarah satu suro

Tradisi peringatan malam satu suro berawal pada tahun 1613 hingga 1645, ini ialah zaman Sultan Agung di mana tradisi malam satu Suro berawal & terbukti pada zaman tersebut, ada yang namanya sistem penanggalan tahun Saka yang diikuti oleh masyarakat banyak. 

Sistem penanggalan tersebut diwarisi dari tradisi Hindu padahal pada masa Sultan Agung, sistem kalender Hijriah-lah yang digunakan alasannya ialah menurut pada anutan Islam. Pasti dapat disimpulkan bahwa sistem penanggalan tahun Saka digunakan oleh Sultan Agung.

Tradisi satu suro di yogyakarta ataupun kerap juga disebut sebagai malam satu Suro yang pada hasilnya sangat menempel & mendarah daging di tabiat Jawa & tidak sempat tertinggal. Dalam ritual tradisi ini, ada yang namanya kirab. Kirab sendiri ialah iring-iringan rombongan masyarakat yang dapat dilihat dari muka ke belakang, ataupun dapat disebut juga sebagai pawai di mana terbukti diadakan untuk menyambut tahun gres 1 Suro.

Dalam mengetahui tabiat perayaan malam 1 Suro, telah diketahui bahwa menu khas dalam kirab ataupun iring-iringan tersebut ialah benda pusaka serta hasil kekayaan alam dalam bentuk gunungan tumpengan, tidak ketinggalan juga para abdi dalem keraton. 

Hampir sama dengan yang ada di Yogyakarta, jika di Solo perayaan malam satu Suro akan ada kerbau bule yang menjadi fauna khas. Bukan tanpa alasan mengapa kebo ataupun kerbau bule ini diikutsertakan pada jadwal sesakral ini; masyarakat setempat memercayai bahwa kebo bule ini benar-benar keramat & bahkan tergolong dalam daya tarik bagi para penonton perayaan malam satu Suro ini.

Tradisi baca doa pada malam satu suro

Tradisi malam satu Suro di tanah Jawa tidak seluruhnya sama, dan beda dari yang ada di Solo, di Yogyakarta perayaan ini identik dengan benda pusaka yang akan dibawa dalam iringan kirab, misalnya keris. Namun walau tidak sama, tradisi malam satu Suro punya tujuan & andalan yang sama, yaitu pada keselamatan & ketentraman batin. 

Itulah alasan mengapa ritual pembacaan doa oleh seluruh yang hadir memperingatinya menyelingi perayaan malam satu Suro. Tujuan adanya pembacaan doa ialah untuk menangkal marabahaya & mendapat berkah.

Tidak hanya itu saja, sepanjang bulan Suro, perilaku waspada & eling ataupun ingat semakin diyakini oleh masyarakat Jawa. Waspada di sini dimaksudkan untuk menjaga diri dari godaan-godaan yang dapat menjerumuskan & menyesatkan, sedangkan eling ataupun ingat di sini ialah biar insan rutin ingat kedudukannya di hadapan Tuhan. Itulah ulasan mengenai perayaan satu Suro, tradisi malam sakral masyarakat Jawa.

Nah itulah artikel mengenai tradisi peringatan malam satu suro yang sudah mendarah daging di Yogyakarta.

Sumber http://www.faktakah.com