Wednesday, November 28, 2018

√ Fase-Fase Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyyah Lengkap (Fase 1-5)

FASE-FASE PEMERINTAHAN DINASTI BANI ABBASIYYAH

Pemerintahan Bani Abbasiyyah yang berlangsung selama 505 tahun dan diperintah oleh 37 khaifah diklasifikasikan ke dalam 5 fase pemerintahan:

A. Fase pertama / pembentukan tahun 750 M-847 M = 132 H-232 H

Fase pertama ini biasa disebut dengan periode efek Persia pertama. Disebut demikian alasannya pada periode ini pemerintahan Dinasti Abbasiyyah sangat kental dipengaruhi oleh sebuah keluarga dari bangsa Persia, yaitu keluarga Barmak. Keluarga Barmak ini didirikan oleh seorang yang berjulukan Khalid bin Barmak. Ia  merupakan salah satu orang yang ikut berjasa dalam perjuangan merebut kekuasaan Dinasti Umayyah dengan kekuatan militer Dinasti Abbasiyyah. Ketika khaifah Abu Ja’far al Mansur berkuasa, Khalid bin Barmak ditunjuk untuk menduduki posisi sebagai wazir. Akhirnya keluarga Barmak secara turun temurun memiliki efek dan kiprah yang sangat penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyyah hingga masa kekuasaan khalifah Harun Ar Rasyid.

Fase pertama ini dimulai dari kekuasaan khalifah pertama yakni Abu Abbas As Shaffah tahun 750 M/132H hingga khalifah ke 9 yakni al Watsiq tahun 847M/232H. Abu Abbas As Shaffah dan Abu Ja’far al Mansur sebagai khalifah pertama dan kedua disebut sebagai peletak pondasi yang kuat. Abu Abbas dengan perilaku tegas dan beraninya bisa mengusir paksa semua bekas keturunan Muawiyah dari wilayah yang gres direbutnya dari kekuasaan Bani Umayyah, sehingga wilayah Islam Abbasiyyah pada ketika itu menjadi aman dan kondusif. Sedangkan khalifah Abu Ja’far al Mansur dikenal sebagai penerus kebijakan khalifah pertama dengan merintis berdirinya Baitul Hikmah (perpustakaan). Abu Ja’far juga menciptakan kebijakan memindahkan ibu kota Abbasiyyah dari Damskus ke wilayah yang lebih luas dan jauh dari efek Bani Umayyah I yaitu Bagdad di wilayah Persia.

Pada fase ini pula tepatnya pada masa pemerintahan khalifah ke 5 yaitu khalifah Harun Ar Rasyid membangun peradaban ilmu pengetahuan dengan menyediakan aneka macam kemudahan pendidikan bagi masyarakat luas, mahasiswa, ulama atau para pecinta ilmu pengetahuan. Harun Ar Rasyid membangun lembaga-lembaga pendidikan menyerupai Kuttab, madrasah dan perguruan tinggi tinggi menyerupai universitas Nizamiyah, universitas Nisabur dan sebagainya.

Mahasiswa, ulama, guru dan para pemerhati ilmu pengetahuan yang ingin berguru dibayar oleh pemerintah dan disediakan daerah penginapan di dalam baitul hikmah yang dibangun dengan diameter yang sangat luas.  Pada masa ini para pencari ilmu dari Eropa tiba dari wilayah Inggris dan Prancis untuk berguru dari Islam. mereka tiba ke Andalusia, menyerupai di Toledo University, Sevilla University, Granada Univerrsity dan Kordova University. Di wilayah Abbasiyyah mereka mendatangi Nizamiyah university, Samarra University, Nisaburi University.

FASE PEMERINTAHAN DINASTI BANI ABBASIYYAH √ FASE-FASE PEMERINTAHAN DINASTI BANI ABBASIYYAH LENGKAP (FASE 1-5)
Madrasah Nizamiyah


Para pelajar dari Eropa selain berguru juga sambil mengamati suasana perkembangan ilmu pengetahuan menyerupai penulisan ilmu pengetahuan oleh ulama-ulama Islam, dan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan terutama Baitul Hikmah yang didirikan hamper di semua kota-kota kekuasaan Abbasiyyah. Selesai berguru mereka membuatkan ilmu dan pengalaman berguru di kota-kota Islam dengan mendirikan forum pengkajian yang diberi nama House of Wisdom di Inggris dan Perancis.

Kegiatan berguru menonjol lainnya yaitu penerjemahan buku-buku filsafat Yunani dan buku-buku absurd dengan cara menyewa para andal bahasa yang beragama Nasrani dan penganut agama lainnya.  Selain dalam bidang ilmu pengetahuan, pada fase ini khususnya masa khalifah Harun Ar rasyid juga dibangun beberapa kemudahan social menyerupai rumah sait, pemandian-pemandian umum serta sarana lain yang disediakan untuk masyarakat yang kurang mampu.

Sedangkan dalam bidang militer, khalifah Abu Abbas As Shaffah memakai kekuatan militer untuk menghancurkan sisa-sisa kekuatan Dinasti Umayyah. Paman khaifah Abu Abbas Ash Shaffah yang berjulukan Abdullah bin Ali sebagai pengatur dalam upaya melenyapkan seluruh keluarga dan kaki tangan Dinasti Umayyah. Keberanian dan ketegasan dalam setiap peperanganyang dilakukannya menciptakan Abu Abbas menerima julukan As Shaffah yang berarti pemberani. Khalifah Abu Abbas meninggal pada tahun 754M kemudian kekuasaan pindah ke tangan saudranya yang berjulukan Abu Ja’far al Mansur.

Al Mansur bisa mengondisikan potensi pendukung Dinasti Abbasiyyah dan bersikap keras kepada siapa pun yang berusaha mengguncang kekuasaan Dinasti Abbasiyya. Salah satu pola perilaku itu ditunjukkan ketika ia menghentikan pemberontakan yang dilakukan oleh pamannya sendiri yang berjulukan Abdullah bin Ali. Pamannya itu diangkat sebagai gubernur di Syuria oleh Abu Abbas Ash Shaffah disertai kesepakatan bahwa dia akan diangkat sebagai khalifah penggantinya. Tetapi belakangan yang menjadi khalifah yaitu khalifah Abu Ja’far al Mansur. Karena kecewa maka Abdullah bin Ali memberontak. Mengatasi pemberontakan itu, Abu Ja’far al Mansur mengutus Abu Muslim al Khurasani untuk menumpasnya. Dalam pertempuran yang terjadi di akrab Nasibin, pasukan Abu Muslim al Khurasani berhasil mengalahkan pasukan pemberontak.

Dalam perkembangan selanjutnya, khalifah Abu Ja’far a Mansur berpikir bahwa secara politis Abu Muslim al Khurasani bisa mengancam kedudukannya, alasannya kekuatan militer yang ada di belakang Abu Muslim al Khurasani dan pendukungnya sangat besar di Khurasan. Maka khalifah Abu Ja’far al Mansur menggeser posisinya dari Khurasan menjadi Gubernur di Suriah. Perintah tersebut tentu saja ditolak oleh Abu Muslim al Khurasani alasannya Khurasan yaitu negeri sendiri. Abu Muslim al Khurasani kesannya dijatuhi eksekusi mati pada tahun 755 M. para pengikut Abu Muslim al Khurasani kemudian mengadakan pemberontakan menuntut balas, tetapi pemberontakan tersebut sanggup diatasi oleh khalifah Abu Ja’far al Mansur.

Pemberontakan terjadi lagi pada taun 758 M oleh kaum Rawaudiyah. Setelah pemberontakan itu sanggup diredam, muncul lagi pemberontakan Muhammad bin Ibrahim. Khaifah Abu Ja’far al Mansur kemudian bersikap keras terhadap setiap pemberontakan ini. Pasukan Dinasti Abbasiyyah yang dipimpin oleh Isa bin Mahan berhasil melenyapkan mereka. Di Mesopotamia juga muncul pemberontakan oleh kaum Khayar dan kaum Kurdi. Akhirnya Khalid bin Barmak ditunjuk sebagai gubernur di sana untuk meredam pemberontakan tersebut. Disusul kemudian, kaum khawarij di Arika Utara. Untuk mengatasinya, khalifah Abu Ja’far Al Mansur mununjuk Aqlab sebagai gubernur di sana, yaitu pada tahun 765 M.

Selain untuk mengatasi pemberontakan dalam negeri, kekuatan militer juga pernah dikerahkan oleh khalifah Abu Ja’far Al Mansur untuk urusan luar negeri. Misalnya, dalam upayanya merebut kembali Spanyol dari tangan Abdullah Ad Dakhil. Usaha ini gagal. Pasukan khalifah Abu Ja’far Al Mansur juga berperang melawan Bizantium. Pada tahun 759 M, khalifah Abu Ja’far al Mansur memimpin eksklusif sebuah ekspedisi ke Tabaristan.

Penerus kekuasaan Abu Ja’far A Mansur yaitu anaknya yang berjulukan al Mahdi. Tetapi khalifah al Mahdi tidak sejalan dengan ayahnya. Al Mahdi menghadapi lawan-lawan politiknya dengan cara yang lebih lembut. Hasan, anak Ibrahim sebagai lawan politik yang dijebloskan ke penjara oleh ayahnya, ia bebaskan. Hak-hak istimewa kota-kota suci yang pernah dicabut oleh ayahnya, ia kembaikan menyerupai semula. Al Mahdi juga mengembalikan seluruh harta para keturunan nabi dan Ali bin Abi Thalib yang dirampas oleh ayahnya.

Khalifah berikutnya sepeninggal a Mahdi yaitu al Hadi. Tetapi ia memerintah hanya sekitar satu tahun, dia meninggal alasannya sakit. Ketika itu, terjadi pemberontakan oleh seorang keturunan Ali berjulukan Idris, yang masih saudara Muhammad dan Ibrahim. Setelah gagal, ia mengungsi ke Magrib (Maroko) dan tinggal di kota Fez. Kemudian Idris mendirikan Dinasti Idrisiyyah yang berkuasa di cuilan Utara Afrika (sekarang termasuk wilayah Maroko dan Aljazair). Dinasti ini bertahan sekitar dua kurun lamanya.

Pada tahun 786 M, Harun Ar Rasyid menduduki tahta kekhalifahan. Harun ar Rasyid yaitu khalifah termasyhur dalam sejarah Daulah Abbasiyyah. Namanya menjadi legenda dalam dongeng “seribu satu malam”. Kemasyhuran Harun al rasyid sejajar dengan Charlemange (karel agung) Raja Franca yang kemudian sebgai kaisar Romawi. Dua penguasa kuat ini mengadakan korelasi diplomatic dan bersatu ketika menghancurkan Dinasti Umayyah di Spanyol dan Bizantium. Kepiawaian Harun A rasyid dibuktikan dengan kemampuannya menjalin korelasi politik dengan para penguasa misnya dengan raja-raja di daratan Cina.

Pada awal pemerintahan Harun ar Rasyid, kaum khawarij mengadakan pemberontakan lagi. untuk menumpas pemberontak itu, Ibrahim bin Aqlab diangkat menjadi gubernur di sana. prestasi Ibrahim bin Iqbal yaitu keberhasilannya memulihkan keamanan dan stabilitas politik. ia juga bisa menyetor 40.000 dinart tiap tahun ke Bagdad. sebagai hadiah, khalifah Harun Ar Rasyid memberinya jabatan gubernur Afrika Utara kepada Ibrahim hingga turun temurun yang kesannya mereka dikenal dengan Dinasti Aqlabiyah.

B. Fase Kedua tahun 847M-945M = 232 H-334 H

Fase kedua ini dikenal dengan efek kekuasaan Turki pertama. fase ini dimulai dari khalifah khalifah ke sepuluh al Mutawakkil. pada fase ini perkembangan perdaban masih bisa berkembang, akan tetapi tidak sepesat menyerupai pada fase sebelumnya. peradaban ilmu dan peradaban lainnya, menyerupai membangun istana, masjid, dan kota masih tetap berjalan baik. 

Pada simpulan kurun ke 9 pada ketika terjadi disintegrasi atau pecahnya kekuasaan Islam menjadi wilayah-wilayah kecil yang lepas dan merdeka dari pemerintahan Abbasiyyah sebagai sentra pemerintahan Islam, pada waktu itu proses pengembangan peradaban mulai menurun, tetapi para pelajar dari Eropa masih berbondong-bondong berguru di pusat-pusat peradaban, baik di Bagdad maupun di kota-kota di Andalusia. berdasarkan hitungan para pakar sejarah, bahwa masa ini masih masuk dalam masa kejayaan peradaban Islam. Fase ini banyak pembesar istana berasal dari bangsa Turki, terutama yang bekerja sebagai pengawal istana dan pengawal khalifah. Disamping itu, pada fase ini figure khalifah hanya sebagai symbol keagamaan bagi para petinggi Negara. Para perwira militer Turki benar-benar telah menguasai pemerinatahan Dinasti Abbasiyyah.

C. Fase Ketiga tahun 945 M-1055 M = 334 H-447 H

Fase efek dinasti Buwaihi atau disebut juga efek Persia. Fase ini dikenal dengan masa disintegrasi di kekuasaan Abbasiyyah dan Mulukut Thawaif di Dinasti Umayyah II di Andalusia. wilayah-wilayah jauh Abbasiyyah menyerupai di Afrika Utara dan India minta merdeka dari Abbasiyyah. Tuluniyah dan Fatimiyah di Mesir serta Idrisi di Maroko dan Sabaktakim di India mengumumkan merdeka dan lepas dari kekuasaan Abbasiyyah.

FASE PEMERINTAHAN DINASTI BANI ABBASIYYAH √ FASE-FASE PEMERINTAHAN DINASTI BANI ABBASIYYAH LENGKAP (FASE 1-5)
Dinasti Buwaihi


Pada fase ini perkembangan ilmu pengetahuan masih berjalan meskipun sudah menurun. Mahasiswa dari Eropa tetap masih berguru di pusat-pusat perdaban Islam, baik di Bagdad maupun di Andalusia masih diramaikan dengan acara berguru mengajar. Karya-karya monumental dari Muhammad al Khawarizmi, Al Gibra, al Jabar dalm bidang Matematika dan Logaritma serta karya ad Dawa, al Qanun fi Thib, As Syifa dari ilmuwan Umayyah Andalusia menyerupai Ibnu Sina, Ibnu Zuhr, masih menjadi idola para pelajar Eropa untuk mempelajarinya.

Khalifah-khalifah yang berkuasa pada fase ini, tidak bisa menjaga kondisi politik sehingga keadaan sering tidak stabil. Penyebab utamanya yaitu terjadinya perebutan jabatan Amir al Umara diantara para petinggi Dinasti Buwaihiyyah sendiri. pada kondisi itu, para khalifah pun hingga kehilangan legitimasi keagamaannya.

D. Fase Keempat tahun 1055 M-1194 M = 447 H-590 H

Fase ini disebut periode efek Turki kedua. Khalifah Al Qaim mengawali kekuasaan Dinasti Abbasiyyah pada fase ini. Orang-orang Turki memberi efek lagi pada pemerintahan Bani Abbasiyyah melalui khalifah al qaim yang tidak menyukai dominasi Dinasti Buwaihiyah sehingga ia ingin melepaskan diri dari efek dinasti Buwaihiyah. pada tahum 1055, kondisi keamanan masyarakat terancam akhir adanya perselisihan internal Dinasti Buwaihiyah di Bagdad. Khalifah al Qaim mengambil langkah pemulihan kekacauan dengan meminta dukungan Dinasti Seljuk untuk menyingkirkan orang-orang Dinasti Buwaihiyah dari istananya Tugrul Bek, pemimpin Dinasti Saljuk sanggup menjalankan tugasnya dengan baik.

Dalam sejarah fase keempat ini disebut dengan fase kekuasaan Bani Saljuk atau dalam sejarah sering juga disebut juga dengan nama fase efek Turki kedua. acara ilmu pengetahuan masih berjalan menyerupai yang dikembangkan oleh Bani Abbasiyyah dan Bani Umayyah di Andalusia. Meskipun bersifat konservatif atau berjalan di tempat. Di wilayah Islam menyerupai Mesir telah berkobar Perang Salib mengahadapi kaum Nasrani yang berlangsung selama 2 abad.  Menarik untuk dicermati dalam sejarah bahwa, orang-orang Nasrani pada waktu itu selain berperang dengan umat islam dalm perang Salib, mereka juga berguru di universitas-universitas Islam yang masih bertahan dengan proses berguru mengajar.

E. Fase Kelima tahun 1194 M-1258 M = 590 H-656 H

Fase ini dikenal dalam sejarah perkembangan Islam sebagai fase lemah hingga fase hancurnya kekuasaan Islam Abbasiyyah. Setelah terjadi disintegrasi dan perang salib dalam wilayah Islam, maka kekuasaan Islam Abbasiyyah di Bagdad maupun kekuasaan Umayyah di Andalusia semakin menurun. Bahkan pada tahun 1258 M, Abbasiyyah diserang dan dib0mardir oleh kekuasaan Mongol dengan memperabukan sekian ilmu pengetahuan serta memperabukan mati para ilmuwan Islam Abbasiyyah dengan cara memperabukan perpustakaan, sekolah-sekolah serta memperabukan fasilitas-fasilitas umum. 

Selain itu, sentra peradaban Islam yang ada di wilayah Andalusia diserang dan dihancurkan oleh dua kerajaan Nasrani Aragon dan Castelia, maka lengkaplah kehancuran Islam pada fase ini. kondisi peradaban Islam di Bagdad pada ketika itu hancur lebur, dua sungai besar yang membelah kota Bagdad, Tigris, Eufrat menjadi hitam beberapa bulan karena dibuangnya bubuk pembakaran. Setelah insiden tragi situ, maka kekuasaan Islam yang selama 5 kurun lebih membangun peradaban dengan susah payah telah takluk dan hancur.

FASE PEMERINTAHAN DINASTI BANI ABBASIYYAH √ FASE-FASE PEMERINTAHAN DINASTI BANI ABBASIYYAH LENGKAP (FASE 1-5)
Invasi Mongol ke Baghdad


Kehancuran Dinasti Abbasiyyah tiba bersamaan dengan serbuan pasukan Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Kota Bagdad porak poranda dan aneka macam peninggalan sejarah dihancurkan, khalifah al Mustasin dan seluruh keluarganya dibunuh dalam serbuan itu. Berakhir sudah kekuasaan Dinasti Abbasiyyah. Sistem politik dan militernya yang begitu kuat pada masa sebelumnya lenyap ketika itu juga. Setelah itu, Bagdad dan wilayah Islam lainnya jatuh dalam kekuasaan Bangsa Mongol. Tetapi bukan berarti perjalanan perkembangan Islam berakhir.

Sumber Rujukan:
  • Direktorat Pendidikan Madrasah dan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. 2015. Buku Guru Sejarah kebudayaan Isalm; Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah Kelas XI
  • Direktorat Pendidikan Madrasah dan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. 2015. Buku Siswa Sejarah kebudayaan Isalm; Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah Kelas XI
  • Anonim. 2019. Modul Hikmah Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XI

Sumber http://nderesmaning.blogspot.com