BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi informasi banyak membawa dampak positif bagi kemajuan dunia pendidikan remaja ini. Khususnya teknologi komputer dan internet, baik dalam hal perangkat keras maupun perangkat lunak, memperlihatkan banyak memperlihatkan tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja terletak pada faktor kecepatan untuk mendapat informasi namun juga akomodasi multi media yang sanggup menciptakan berguru lebih menarik, visual dan interaktif. Sejalan dengan perkembangan teknologi internet, banyak kegiatan pembelajaran yang sanggup dilakukan dengan memanfaatkan teknologi ini.
Dengan adanya perkembangan dalam bidang pembelajaran sebagaimana diuraikan di atas, maka proses pembelajaran tradisional-konvensional yang terjadi dalam ruangan kelas, pada era desentralisasi dan globalisasi dikala ini pelan namun niscaya akan mulai kehilangan bentuk. Di samping itu, dalam kenyataannya pada skala yang lebih besar, kegiatan berguru tradisional-konvensional membutuhkan biaya yang cukup besar dalam penyiapan infrastrukturnya (ruangan, laboratorium, perpustakaan, meubel, media pembelajaran, dan lain-lain).
Dengan kondisi menyerupai itu, maka remaja ini banyak pihak penyelenggara pendidikan mulai melirik penerapan konsep distance learning sebagai alternatif pembelajaran yang dianggap lebih efektif dan efisien, terutama sekali sebagai efek munculnya perkembangan yang sangat pesat yang terjadi dalam bidang teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi aplikasi tercipta dalam upaya mendukung kegiatan operasional kehidupan insan maupun organisasi, termasuk kegiatan berguru dan mengajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, sanggup dirumuskan kasus sebagai berikut:
1. Apa pengertian teknologi informasi dalam pembelajaran?
2. Bagaimana hakikat teknologi informasi?
3. Bagaimana konsep pembelajaran melalui teknologi informasi?
4. Apa faktor pendukung pembelajaran melalui teknologi informasi?
C. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengertian teknologi informasi dalam pembelajaran
2. Menjelaskan hakikat teknologi informasi
3. Merumuskan konsep pembelajaran melalui teknologi informasi
4. Mendeskripsikan faktor pendukung pembelajaran melalui teknologi informasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Istilah Teknologi Informasi lahir pada kala ke duapuluh yang diawali terbentuknya masyarakat informasi. Istilah Teknologi Informasi yang memakai kata informasi, intinya sangat berkaitan dengan istilah Taman Kanak-kanak (Teknologi Komunikasi) yang dikenal lebih dahulu. Kita melihat ada teknologi komunikasi yang berfungsi sebagai penyaluran informasi, ada juga teknologi informasi yang berfungsi sebagai penyimpan dan pengolah informasi. Fungsi yang terakhir inilah mengakibatkan orang menyebutnya teknologi komunikasi sebagai teknologi informasi.
Richard Weiner dalam Websters New Word Dictionary and Communications disebutkan bahwa teknologi informasi ialah pemrosesan, pengolahan, dan penyebaran sata oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data. TI menitik beratkan perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan memakai komputer dan telekomunikasi.
Dengan demikian semakin terang bahwa kelahiran istilah TI didasari perkembangan teknologi pengolahan data. Apabila teknologi komunikasi merupakan alat untuk menambah kemampuan orang berkomunikasi, maka teknologi informasi ialah pengerjaan data oleh komputer dan telekomunikasi. Pemisahan istilah ini secara moderat ditunjukan oleh organisasi sarjana komunikasi internasional yang mengelompokan sarjana komunikasi yang menekuni bidang teknologi komunikasi dalam divisi "Communcation and Technology" sedangkan sarjana komunikasi yang menekuni teknologi informasi dikelompokkan kedalam divisi sistem informasi (Abrar, 2001).
Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkum semua aspek yang bekerjasama dengan mesin komputer dan komunikasi dan teknik yang dipakai untuk menangkap, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menghantar dan mempersembahkan suatu bentuk informasi yang besar. Komputer yang mengendalikan semua bentuk idea dan informasi memainkan peranan yang sangat penting (Munir, 2004).
Pada awalnya teknologi informasi diartikan sebagai perangkat keras dan lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah kiprah pemrosesan data (Alter dalam Syam, 2004). Namun dalam perkembangannya mendapat respon yang lebih luas, di mana teknologi informasi juga meliputi teknik komunikasi sebagai sarana untuk mengirim informasi. Dengan demikian segala bentuk teknologi yang diimplementasikan untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk elektronik, software pemroses transaksi perangkat lunak untuk lembar kerja, peralatan komunikasi serta jaringan termasuk pada wilayah teknologi informasi. Everett M. Roger dalam Syam (2004) menempatkan teknologi informasi bukan hanya sebagai sarana fisik, namun sanggup berfungsi sebagai yang meneruskan nilai-nilai sosial bagi para pemakainya.
Terdapat beberapa pandangan yang mengarah kepada definisi E-Learning diantaranya:
1. E-Learning ialah konvergensi antara berguru dan internet (Bank of America Securities).
2. E-Learning memakai kekuatan dan jalinan kerja, terutama sanggup trjadi dalam teknologi internet, tetapi juga sanggup terjadi dalam jalinan kerja stelit dan pemuasan digital untuk keperluan pembelajaran (Ellit Tronsen)
3. E-Learning ialah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain, mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran (Elliut Masie).
4. E-Learning ialah pembelajaran yang sanggup terjadi di internet (Cisco System)
5. E-Learning ialah dinamik, beroperasi pada waktu yang aktual kolaborasi, individu, konprehensif (Greg Priest).
6. E.Learning ialah pengiriman sesuatu melalui media elektronik termasuk internet, intranet, extranet, satelit broadcast, audio/video tape, televisi interaktif, dan cd-rom (Corn Weagen)
7. E-learning ialah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk membuat, mengirim, dan memfasilitasi pembelajaran (Robert Peterson dan Piper Jafray)
8. E-Learning memakai kekuatan dan jalinan kerja untuk pembelajaran di manapun dan kapanpun (Arista Knowledge System)
Pada risikonya Elektronik Learning sanggup didifinisikan sebagai menghubungkan pembelajar (siswa dengan sumber berguru data base, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktivitas dalam hubungan tersebut sanggup dilakukan secara pribadi (synchronous) maupun tidak pribadi (asynchronous).
B. Hakikat Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi yang menyatukan kemajuan komputasi, televisi, radio, dan telepon menjadi satu kesatuan (terintegrasi) terbentuk sebagai suatu revolusi informasi dan komunikasi global. Revolusi ini terwujud dari kemajuan teknologi di bidang komputer pribadi, komunikasi data dan kompresi, bandwitdh, data strorage dan data acess, integrasi multimedia dan jaringan komputer. Teknologi Informasi sanggup menjadi alat pendorong ke arah kemajuan bangsa. Salah satu dampak terbesar ialah perkembangan pembangunan di bidang pendidikan. Hal yang merupakan jembatan menuju bangsa yang maju di mana masyarakat sanggup mempunyai alat-alat yang membantu mereka menyebarkan perjuangan dan menikmati hasilnya secara mudah, murah dan merata. Sesuatu yang merupakan kerangka susukan untuk semua orang dalam mengarungi kala 21 ini.
Teknologi Informasi dan komunikasi sanggup membantu memberi perubahan besar di banyak negara. Dalam era global kini ini tidak ada lagi sekat dalam hal susukan informasi sehingga semua lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk menyebarkan diri di dalam segala aspek kehidupan. Tentunya kita sebagai masyarakat Indonesia tidak sanggup menolak booming Teknologi Informasi dan komunikasi ini.
Peranan dunia pendidikan menjadi pintu utama untuk menyaring, mentransfer dan memperlihatkan constraints sehingga nilai-nilai tradisional yang positif tidak gampang terkikis bahkan kita berharap sanggup bergabung secara sinergis. Tentunya kiprah kita semua untuk sama-sama berpikir mencari format terbaik bagaimana memanfaatkan dan mengevaluasi peranan Teknologi Informasi dan komunikasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air tercinta ini.
Kurun waktu yang relatif singkat sejak Internet pertama kali terbuka penggunaannya untuk pemakaian umum pada tahun 1986, jaringan informasi dan komunikasi ini telah merambah dengan kecepatan luar biasa ke seluruh pelosok dunia tak terkecuali Indonesia. Menurut data terakhir, pada tahun 1999 lebih dari100 juta orang memakai Internet dan jumlah tersebut masih terus akan bertambah, seiring dengan bertambahnya kesadaran orang akan perlunya informasi dan semakin banyaknya kemudahan-kemudahan yang bisa didapat metalui Internet.
IDC memperkirakan ada 196 juta pengguna internet di seluruh dunia hingga simpulan tahun 1999, dan diramalkan akan menjadi 502 juta pengguna pada tahun 2003. Kegiatan berinternet akan bertambah dua kali lipat setiap 100 hari, dan diperkirakan pada tahun 2005 sebanyak 1 milliar penduduk dunia akan tergabung dan terhubung satu sama lain melalui jaringan Internet.
Perkembangan penggunaan Internet di Indonesia cukup mengesankan. Pusat Industri dan Perdagangan Lembaga Pengembangan Kewirausahaan Bina Mitra Sejahtera, melaporkan bahwa pada tahun 1995 ada sekitar 10.000 pengguna yang tersambung ke Internet, dan pada tahun 1997 angka itu menjadi 100.000. Kemudian berdasarkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada akhi tahun 2001 mencapai 2,4 juta orang. Angka tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan angka pada simpulan tahun 200 sebesar 1,9 juta orang. Pengguna sebanyak 2,4 juta orang tersebut terdiri dari 550 ribu pengguna perumahan, 26 ribu pengguna perusahaan, 2000 sekolah dengan rata-rata 500 pengguna siswa prasekolah, 500 sekolah tinggi tinggi dengan rata-rata 1000 mahasiswa per kampus dan 2500 warnet dengan rata 100 orang pelanggan per warnet.
Kesadaran masyarakat baik dari kalangan content provider maupun khalayak pengguna juga cukup menggembirakan. Paling tidak dikala ini ada lima situs di Indonesia yang membentuk komunitas pendidikan online yaitu supersiswa.com, sekolah2000.or.id, pendidikan.net, ksi.plasa.com, esensi.com, ayo.net dan ub.net.id. Ketujuh situs tersebut tumbuh lantaran adanya kebutuhan khalayak akan adanya suatu layanan pendidikan melalui Internet, dan rupanya kebutuhan tersebut direspon secara positif oleh kalangan swasta, yang mendapat tunjangan dari Departemen Pendidikan Nasional
Situs-situs khusus dalam bidang pendidikan diantaranya ialah situs Sekolah 2000 yang semula berjulukan SMU 2000, yang merupakan suatu situs pendidikan yang terbesar yang tumbuh dari inisiatif APJII (Asosiasi Pengusaha Jaringan Internet ndonesia) yang kemudian mendapat tunjangan dari Depdiknas dan pihak swasta lain menyerupai produsen komputer dan lain-lain. dengan tunjangan Depdiknas tersebut kini Sekolah 2000 berhasil membentuk komunitas pendidikan yang mempunyai anggota 404 sekolah SLTP, SMU dan Sekolah Menengah kejuruan Negeri maupun swasta yang tersebar di 20 propinsi (Sekolah 2000.or.id, Mei, 2001). Semakin bertambahnya sekolah yang tergabung dalam komunitas pendidikan, semakin bertambahnya jumlah warnet-warnet, dan seiring dengan bertambahnya rumah tangga yang mempunyai kornputer yang terhubung ke Internet, maka kesempatan bagi siswa untuk memanfaatkan Internet juga semakin tinggi. Dengan demikian bisa diasumsikan pula bahwa peluang memanfaatkannya untuk keperluan pendidikan atau secara lebih khusus lagi untuk pembelajaran di lingkungan sekolah di Indonesia menjadi hal yang sangat mungkin dan layak untuk dilaksanakan
C. Konsep Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Perkembangan peradaban insan diiringi dengan perkembangan cara penyampaian informasi (yang selan jutnya dikenal dengan istilah Teknologi Informasi). Mulai dari gambar-gambar yang tak bermakna di dinding-dinding gua, peletakkan tonggak sejarah dalam bentuk prasasti hingga diperkenalkannya arus informasi yang kemudian dikenal dengan nama internet. Informasi yang disampaikan pun berkembang dari sekedar menggambarkan keadaan hingga taktik bertempur.
Khusus penggunaan Internet untuk kepedulian pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang memperlihatkan bahwa dengan media ini dimungkinkan diselenggarakannya proses berguru mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi lantaran dengan sifat dan abjad Internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa dipakai sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain yang telah dipergunakan sebelumnya menyerupai radio, televisi, CD-ROM Interaktif dan lain-lain.
Pernanfaatan internet sebagai potongan dari kegiatan pembelajaran di sekolah tidaklah sesederhana dan semudah yang dibayangkan dibayangkan, lantaran banyak hal yang harus dipelajari, diperhatikan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh sebelum menerapkannya. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi potongan dari suatu proses berguru mengajar di sekolah, internet harus bisa memperlihatkan tunjangan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus bisa didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan taktik pembelajaran yang akan dikembangkan, yang jikalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang diLakukan untuk mengajak siswa mengadakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam memeperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalarn rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut (Boettcher 1999).
Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan evaluasi, secara keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga mode dasar obrolan komunikasi sebagai berikut (Boettcher 1999):
1. Dialog/ komunikasi antara guru dengan siswa
2. Dialog/ komunikasi antara siswa dengan sumber belajar
3. Dialog/ komunikasi di antara siswa
Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal. Sebagaimana ditegaskan oleh Bottcher (1995), bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga obrolan komunikasi tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran berbasis Web.
Sesungguhnya internet merupakan media yang bersifat multi-rupa, pada satu sisi internet bisa digunakan-untuk berkomunikasi secara interpersonal contohnya dengan memakai e-mail dan chat sebagai sarana berkornunikasi antar pribadi (one-to-one communications), di sisi lain dengan e-mail-pun pengguna bisa melaksanakan kornunikasi dengan lebih dari satu pengguna yang lain (one-to-many communications). Bahkan sebagaimana telah disinggung di potongan depan, internet juga mempunyai kemampuan mernfasilitasi kegiatan dan kerja sama oleh sekelompok orang. Di samping itu, kemampuannya untuk menyelenggarakan komunikasi muka (teleconference), memungkinkan pengguna internet berkomunikasi secara audiovisual sehingga dimungkinkan terselenggaranya kornunikasi verbal maupun non-verbal secara real-time.
Secara aktual internet memang akan bisa dipakai dalam seting pembelajaran di sekolah, lantaran mempunyai karakteristik yang khas yaitu (1) sebagai media interpersonal dan juga sebagai media massa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one maupun one-to-many, (2) mempunyai sifat interkatif, dan (3) memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron maupun tertunda (asyncronous), sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis dialogkomunikasi yang merupakan syarat terselenggatanya suatu proses berguru mengajar.
Beberapa studi memperlihatkan bahwa internet memang bisa dipergunakan sebagai media pembelajaran, menyerupai studi telah dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST) pada tahun 1996, yang dilakukan terhadap sekitar 500 murid kelas lima dan enam sekolah dasar. Ke 500 murid tersebut dimasukkan dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang dalam kegiatan belajamya dilengkapi dengan susukan ke Internet dan kkelompok kontrol. Setelah dua bulan memperlihatkan bahwa kelompok eksperimen mendapat nilai yang lebih tinggi berdasarkan hasil tes akhir. Lebih lanjut studi eksperimen yang dilakukan oleh Anne L. Rantie dan mitra kawan di SMU 1 BPK Penabur Jakarta pada tahun 1999 mengenai penggunaan Internet untuk mendukung kegiatan berguru mengajar Bahasa Inggris, memperlihatkan bahwa yang terlibat dalam eksperimen tersebut memperlihatkan peningkatan kemampuan mereka secara signifikan dalam menulis dan menciptakan karangan dalam bahasa Inggris.
Internet mempunyai kiprah yang sangat strategis, bahkan dengan karakteristiknya yang khas maka pada masa yang akan tiba Internet bisa menjadi media pembelajaran yang paling terkemuka dan paling dipergunakan secara luas.
D. Faktor Pendukung Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Sebagai dasar untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran dalam seting sekolah, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius supaya penyelengaraan pemanfaatan internet untuk pembelajaran bisa berhasil,
1. Faktor Lingkungan, yang meliputi institusi penyelenggara pendidikan dan masyarakat
2. Siswa atau penerima didik meliputi usia, latarbelakang, budaya, penguasaan bahasa dan banyak sekali gaya belajarnya
3. Guru atau pendidik meliputi latar belakang usia, gaya mengajar, pengalaman dan personalitinya
4. Faktor teknologi meliputi komputer, perangkat lunak, jaringan, koneksi ke internet dan banyak sekali kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan internet di lingkungan sekolah
Berikut klarifikasi faktor pendukung pembelajaran melalui teknologi informasi:
1. Institusi
Peranan institusi yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan komitmen, sangat menentukan terselenggaranya pemanfaatan internet untuk pendidikan dalam lingkungan sekolah. Institusi yang paling pertama yang dituntut untuk mempunyai janji dalam pendayagunaan internet untuk pembelajaran tentu saja ialah sekolah. Hal ini terutama berkaitan dengan penggunaan teknologi tinggi yang menyangkut keharusan menyediakan sejumlah dana untuk penyediaan peralatan (komputer dan kelengkapan-nya), jaringan, line telepon (koneksi ke ISP), biaya beriangganan ke Internet Service Provider (ISP), biaya penggunaan telepon dan sebagainya.
Kesulitan tidak hanya untuk investasi peralatan ataupun infrastrukturnya, tetapi juga pada kasus biaya perawatan dan biaya operasional, yang harus dikeluarkan supaya sistem terus bisa berfungsi. Belum lagi kesulitan untuk menyiapkan sumberdaya insan yang mempunyai kompetensi untuk mengelola sistem, baik sistem pembelajaran melalui internet maupun sistim pengelolaan akomodasi (perangkat keras, jaringan dan software management)
Peranan institusi lain yang tak kalah pentingnya ialah. Dalam memperlihatkan kesadaran (awareness) baik terhadap guru maupun siswa wacana teknologi komunikasi dan informasi terutama potensi internet sebagai media pembelajaran. Kemudian dilanjutkan pemberian pengetahuan mengenai mekanisme dan tata cara memanfaatkan internet, melalui banyak sekali kegiatan dan pembinaan yang terus menerus, sehingga secara tidak pribadi akan tercipta lingkungan yang bersahabat teknologi.
Terlihat bahwa hal yang paling fundamental dalam penerapan internet di sekolah ialah motivasi, kesiapan dan kesungguhan institusi yang diwujudkan dengan suatu kebijakan yang menyeluruh, meliputi kebijakan berubahnya metode pengajaran, kebijakan mengenai administrasi dan prosedur, kebijakan mengakses internet dan lainlain. Karena sernua itu merupakan kunci untuk keberhasilan pendayagunaan internet untuk pembelajar di lingkungan sekolah
2. Masyarakat
Lingkungan yang perlu mendapat perhatian ialah lingkungan keluarga siswa. Karena dari lingkungan keluargalah diharapkan munculnya tunjangan yang bisa memperlihatkan docongan untuk memotivasi siswa dalam memanfaatkan internet untuk keperluan pendidikan.
Hardijito (2001) dalam penelitiannya terhadap 210 siswa SMU dan Sekolah Menengah kejuruan DKI Jakarta yang secara rutin mengakses internet, menemukan bahwa siswa yang rajin mengakses internet sebagian besar (55,7%) tiba dari lingkungan keluarga yang semua anggotanya (orang tua, abang adik) memakai internet, dan hanya 5,7% dari keluarga yang sama sekali tidak memakai internet. Selain keluarga, lingkungan paling dekat lainnya yang sangat mempengarnhi siswa dalam mengunakan internet ialah sahabat sebaya (peer group). Pengaruh lingkungan ini bahkan lebih besar dari lingkungan keluarga, sebagaimana didapatkan dari hasil penelitlan Hardjito (2001) yang memperlihatkan bahwa dari temanlah mereka pertama kali berguru internet, mengajari internet secara lebih mendalam dan mendapat dorongan untuk memakai internet. Oleh lantaran itu, lingkungan siswa ini juga dipersiapkan dan disentuh supaya tercipta suasana yang aman yang bisa memperlihatkan tunjangan terhadap siswa memanfaatkan internet untuk pendidikan.
3. Guru
Peranan guru tak kalah menentukannya terhadap pemanfaatan internet di sekolah. Pemantauan beberapa sekolah dasar, dan menengah di Bandung umumnya memperlihatkan bahwa inisiatif pemanfaatan internet justru banyak yang tiba dari guru-guru yang mempunyai kesadaran lebih awal wacana potensi internet guna menunjang proses berguru mengajar.
Keberhasilan pembelajaran berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik guru-guru yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Guru perlu diberikan pemahaman banyak sekali keuntungan, termasuk kelebihan dan kelemahan penggunaan internet untuk pembelajaran, sehingga mereka mempunyai motivasi dan janji yang cukup tinggi.
Guru, baik nantinya beliau akan berperan sebagai pengembang dan pengguna maupun yang diproyeksikan sebagai pengelola sistem pembelajaran berbasis internet, harus dibekali dengan kesadaran, wawasan, pengetahuan dan keterampilan wacana internet.
"Guru yang akan dilibatkan dalarn pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran hendaknya mempunyai pengalaman dan kemampuan mengajar yang cukup. Jumlah guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya diubahsuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara bertahap.
Guru harus mempunyai janji dan keseriusan dalam menangani pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran. Tetap menjaga gaya mengajar tiap-tiap guru. lantaran hal itu akan dicerminkan dalam cara pembelajaran mereka kelak di sistem pembelajaran dengan internet.
4. Siswa
Pemahaman wacana audiens bisa didapat melalui analisis penggunakan data demografi maupun psikografi, antara lain menguji perbedaan-perbedaan karakteristik, sikap dan sikap audiens. Pemilahan atau pengelompokan diharapkan dalam kaitannya untuk bisa menciptakan suatu pendekatan atau taktik pendayagunaan internet lebih sempurna sasaran, mengingat bahwa target didik tersegmen dalam kelompok sekolah-sekolah yang berbeda. Pemahaman wacana perbedaan-perbedaan motif penggunaan internet berdasarkan aspek demografi dan psikografi tersebut, menjadi penting supaya pengembangan jadwal pendidikan dengan mendayagunakan internet bisa lebih menyentuh kondisi real sasaran.
Sesungguhnya target didik terkelompok dalam segmen-segmen tertentu yang mengehendaki adanya perilakuan yang berbeda pula. Sehinggga dalam menerapkan pendayagunaan internet di sekolah akan lebih baik apabila melaksanakan segmentasi secara lebih homogen baik ditinjau dari aspek demografi maupun psikografi, walaupun gotong royong pendekatan segmentasi ini lebih dikenal dalam konsep pemasaran yang menghendaki diketahuinya kelompok-kelompok target dengan terang melalui pendekatan segmentasi pasar, namun pendekatan ini sesunguhnya juga bisa diterapkan dalam sernua bidang kegiatan termasuk dalam bidang pendidikan.
Konsep ini mulai berkembang sehabis Wenddell Smith (1956) menjelaskan bahwa konsumen intinya berbeda, sehingga dibutuhkan program-program pemasaran yang berbeda-beda pula untuk menjangkaunya. Pendapat tersebut kemudian diperkuat oleh Frederick Winter (1977) yang menyatakan bahwa average consumer- untuk kepentingan simpel sudah harus dihapuskan dari kamus administrasi pemasaran (Kasali, 1999). Segmentasi ialah hal yang wajib ditempuh dalam suatu proses pemasaran baik komersial maupun sosial, lantaran dengan demikian kita bisa memperlihatkan pelayanan sebaik-baiknya pada masing-masing segmen dan memperlihatkan kepuasan orang-orang di dalam segmen tersebut (Kasali, 1999).
Hal tersebut sejalan juga dengan teori teknologi pemlajaran di mana keberhasilan tujuan pembelajaran ditentukan oleh sejauh mana kita mengenali target didik kita. Bila pendidik menganggap siswa mereka sebagai insan (human-being), dengan segal hak-hak dan perbedaan-perbedaan motivasinya, maka ia akan mengenggap bahwa murid merupakan potongan atau subjek dari suatu proses berguru mengajar (Heinrich, 1996).
Segmentasi menjadi sangat penting, lantaran sebagaimana yang disampaikan Renald Kasali (1999) dalam bukunya “Membidik pasar Indonesia, Segmentasi Targeting dan Positioning", bahwa lebih dari 60% kegagalan bisnis disebabkan oleh gagalnnya pengusaha mendefinisikan pasar yang dituju, dan lebih dari 60% kegagalan kampanye sosial dan politik disebabkan tidak dipahaminya segmen pasar yang dituju. Uraian tersebut memperlihatkan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet yang akan dikembangkan hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan karakteristik dan segmen target didik. Atau dengan kata lain perlu dikembangkan suatu sistem pembelajaran yang paling sesuai dengan segmen-segmen target didik yang dibina.
5. Teknologi
Terselenggaranya kegiatan pembelajaran dengan tunjangan internet, maka sehabis ketiga unsur didepan dipenuhi dengan kondisi sebagaimana telah diuraikan, maka faktor teknologi merupakan suatu hal yang juga mutlak harus tersedia dan harus memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan, baik yang berkaitan dengan peralatan, infrastruktur, pengoperasian, dan perawatannya.
Idealnya dalam pemanfaatan internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet akan lebih baik lagi. Komputer-komputer yang tersambung ke internet tersebut diletakkan di ruang khusus menyerupai ruang laboraturium komputer ataupun di ruangan-ruangan lain yang dianggap strategis. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperlihatkan kemudahan bagi guru dan siswa dalam mengakses internet.
Cara yang paling efektif dan efisien untuk menghubungkan sejumlah komputer ke internet ialah dengan membangun Jaringan lokal, Local Area Network (LAN). Dengan adanya jaringan maka hanya diharapkan satu sambungan saja ke internet yang bisa dipergunakan secara bersama-sama oleh komputer yang tergabung dalam jaringan tersebut. Satu hal yang paling penting dari jaringan dan koneksi ke internet untuk keperluan pembelajaran, ialah keandalannya afar bisa dipergunakan setiap dikala selama 24 jam dengan tingkat gangguan ataupun kegagalan yang sangat minimal.
Jaringan yang umum dipergunakan ialah model jaringan client/ server. Model ini memisahkan secara jelas, komputer yang memperlihatkan layanan (server) dan komputer-komputer mana yang mendapat layanan (client). Agar secrver dan client bisa berkomunikasi diharapkan server program/ software dan client program/ software.
Dari sisi cara menghubungkan server dengan client, ada tiga pilihan tipologi yang bisa dipakai yaiitu tipologi bus, tipologi ring, dan tipologi star atau hub. Untuk mengembangkan, mengoperasikan, dan merawat infrastruktur tersebut diperhatikan empat aspek dari faktor teknologi yaitu client (software dan hardware), server (software dan hardware), mode distribusi dan tunjangan teknik (McCormack, 1998)
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pemanfaatan teknologi informasi baik sebagai sumber berguru maupun media pembelajaran merupakan salah satu cara yang diharapkan efektif menanggulangi kelemahan duduk kasus pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Dengan memakai teknologi informasi diharapkan terjadi interaksi pembelajaran anatara siswa dengan siswa, siswa dengan sumber berguru lebih komunikatif. Melalui banyak sekali model pembelajaran yang ditawarkan diharapkan terbentuk interaksi berguru siswa yang tidak hanya menekankan pada proses pemanfaatan namun pencarian, penelitian atau penggalian banyak sekali sumber berguru sehingga berpikir, keterampilan berinteraksi serta keterampilan berasal dari lembaga, guru, siswa, masyararakat, cara berpikir yang lebih konprehensif dan terintegrasi. Melalui interaksi tersebut diharapkan ada peningkatan dalam keterampilan berpikir, keterampil berinteraksi dan ideal lainnya. Hal ini sanggup dilakukan manakala tunjangan teknologi berkontribusi positif terhadap penyelenggaraan pembelajaran berbasis teknologi informasi.