Saturday, December 1, 2018

√ Keteladanan Khulafaur Rasyidin Lengkap (Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Thalib)

KETELADANAN KHULAFAUR RASYIDIN

A. ABU BAKAR ASH SHIDDIQ


Menurut Jalaluddin As Suyuti, Abu Bakar ialah orang yang pertama kali masuk Islam (Assabiqunal Awwalun), orang yang pertama kali menghimpun al Qur’an dalam satu mushaf, orang yang pertama kali dipanggil khalifah dan orang yang pertama kali membentuk Baitul Mal.

Abu Bakar juga termasuk orang yang rendah hati dan erat dengan masyarakat miskin. Ibnu Asakir meriwayatkan dari Aisyah, katanya, “selama tiga tahun sebelum menjadi khalifah, dan sethaun sesudahnya, Abu Bakar tinggal di tengah-tengah kami. Manakala para budak perempuan membawa kambing, ia memerahkan susunya untuk mereka.” Abu Shaleh al Ghifari berkata, “Sudah menjadi kebiasaan Umar bin Khattabmengunjungi rumah seorang perempuan renta yang buta, yang tinggal di sudut kota Madina untuk membantu memasakkan dan melayani keperluannya pada malam hari. Namun, setiap kali ia datang, ia tela didahului orang lain. Oleh lantaran itu, sesekali waktu ia tiba lebih awal. Setelah diintip oleh Umar, ternyata Abu Bakar yang waktu itu suda menjadi khalifa. Maka Umar berkata, “ Lagi-lagi engaku Wahai Abu Bakar.”




Abu bakar bin Hafs berkata, “Ketika Abu Bakar akan menghembuskan nafas terakhirnya, dia berkata kepada putrinya, Aisyah, “Wahai Putriku, Ayah telah ditugasi memimpin umat Islam, tentu ayah tak mengambil uang sedinar atau sedirham pun dalam melaksanakan kiprah itu. Kita hanya makan roti garang dan menggunakan pakaian yang kasar. Tida ada pada aya harta fai’kecuali hanya seorang buda Habsyi, seekor unta penyiram dan kain beludru yang using. Kalau ayah mati, serahkanlah semuanya kepada Umar bin Khattab.” Thabrani dalam musnadnya meriwayatkan sebagai berikut: “Saat akan menghembuskan nafas terakhir, Abu Bakar berpesan kepada Aisyah, “Lihatlah unta perahan yang selama ini susunya kita minum dan mangkok besar yang kita pakai untuk celupan, juga kain beludru yang kita pakai, dan kita gunakan selama saya menjadi khaifah. Kalau saya mati, berikanlah kepada Umar.” Setelah meninggal, maka Aisyah melaksanakan wasiat ayahnya.
Abu Bakar merupakan sosok yang cerdas, berbudi pekerti luhur terutama kejujurannya, selain itu dia seorang yang rendh hati, gampang memaafkan dan suka bersedekah. Dibalik kemuliaannya itu dia populer teguh pendirian dan pemberani.

B. UMAR BIN KHATTAB AL FARUQ


Umar bin Khattab merupakan salah satu sahabat nabi Muhammad saw yang sangat pemberani, berpengaruh pendirian dan pembela nabi saw. Umar bin Khattab termasuk salah satu pemeluk Islam permulaan lantaran dia memeluk agama Islam ketika periode Mekkah, yang sebelum itu merupakan pemuka Quraisy , yang memusuhi Islam dan paling disegani oleh umat Islam.

Aslam pelayan Umar mengatakan, “Pada suatu malam saya keluar bersama Umar bin Khattab menelusuri jalan kota Madinah. Tidak ada satu pun penduduk yang terjaga. Kami melihat nyala api dari kejauhan. Aku melihat rombongan musafir yang kemalaman dan kedinginan di sana. Umar berkata, “Ayo kita temui mereka.” Kita pun bergegas menuju kawasan tersebut. Setela hingga ke kawasan itu, kami kaget melihat seorang perempuan bersama anak-anaknya menangis duduk di depan periuk yang ditaruh di atas api. Umar mengucapkan salam, kemudian bertanya kepada perempuan tersebut, “Apa yang terjadi?” Wanita itu menjawab, “Kami kemalaman dan kedinginan. “Umar bertanya lagi, “Lalu mengapa anak-anakmu menangis?”Wanita itu menjawab, “Mereka lapar.” Umar berkata, “Lalu apa yang ada dalam periku tersebut?” Wanita itu berkata,”Hanya air, saya sengaja memasaknya biar mereka bisa hening hingga tertidur. Allah akan menjadi hakim antara kami dan Umar. “ Umar berkata, “Semoga Allah merahmatimu, sedangkan Umar tidak mengetahui keadaanmu.” Wanita itu berkata, Ia mengatur kami, memimpin kami, tapi kami pergi.” Kami bergegas pergi ke kawasan penyimpanan gandum, kemudian mengeluiarkan sekarung gandum dan seember daging. Umar memintaku menaikkan ke atas pundaknya biar Umar sendiri memanggulnya. Umar berkata, “Maukah engkau memikul dosa-dosaku pada hari kiamat?” Kemudian gandum dan daging diangkatnya sendiri hingga tiba di kawasan perempuan tadi. Umar mengambil sedikit gandum, kemudian berkata pada perempuan itu, “Minggirlah biar saya yang memasaknya untukmu.” Umar mencoba meniup api di bawah periuk supaya menyala. Jenggotnya lebat sehingga saya bias melihat asap keluar dari sela-selanya. Setelah masakan matang, periuk diturunkan ke tanah, Umar berkata, “Ambilkan saya sesuatu!”Wanita itu memberinya piring. Umar menuangkan isi periuk ke atas piring, kemudian berkata, “Berilah mereka makan, saya akan mendinginkan sisanya.” Akhirnya belum dewasa perempuan itu kenyang. Umar berdiri dan perempuan itu ikut berdiri seraya berkata, “Semoga Allah membalas kebaikanmu, sungguh negkau lebih mulia disbanding Amirul Mukminin.” Umar pun  menjawab, :Bicaralah yang santun, bila engkau menemui Amirul Mukminin, insyaallah engkau akan mendapatiku di sana.” Umar kemudian menjauh dari perempuan itu, saya segera menghampirinya dan berkata, “Engkau tidak pantas melaksanakan ini semua.” Umar hanya membisu dan tidak mengajakku berbicara hingga belum dewasa perempuan itu tertidur pulas. Setelah itu Umar berdiri berdiri dan berkata, “Wahai Aslam, sesungguhnya rasa lapar menciptakan belum dewasa itu tidak bias tidur dan menangis. Aku tidak akan pergi sebelum memastikan mereka sudah tidur dan tidak menangis lagi.”



Riwayat laion menyebutkan bahwa umar pernah berjalan-jalan pada malam hari di kota madinah. Saat melewati sebuah rumah, ia mendengar rintihan bunyi wanita. Di depan pintu rumah ada seorang pria duduk termenung. Umar menyapanya dan menanya identitasnya. Laki-laki itu menjawab bahwa ia hanyalah orang kampong yang berharap memperoleh kebaikan dari Amirul Mukminin. Umar bertanya kepadanya, “ Suara apa yang saya dengar dari dalam rumah itu?” Laki=laki itu menjawab ketus, “Pergilah semoga Allah memenuhi kebutuhanmu.” Tetapi Umar terus mendesak biar ia memberi jawaban. Lantas ia pun menjawab, “Itu bunyi perempuan yang mau melahirkan, ia tidak memiliki seorang kerabat pun.” Mendengar tanggapan pria itu, Umar bergegas pulang menemui istrinya Ummu kulsum binti Ali seraya berkata, “Maukah engkau melaksanakan sesuatu yang akan Allah beri pahala?” Ummu Kulsum menjawab, “Apa itu?” Umar lantas menceritakan semuanya, kemudian ia meminta istrinya biar membawa semua keperluan bayi dan ibunya, serta periuk berisi buah-buahan dan daging. Umar membawa periuk itu dan istrinya masuk rumah. Umar dan pria itu menunggu dan duduk di depan rumah sambil memasak daging yang dibawa dalm periuk. Laki-laki itu tidak sadar bahwa yang duduk di sampingnya ialah Amirul Mukminin. Beberapa ketika kemudian Ummu Kulsum keluar dari rumah sambil berkata, “Berbahagialah wahai Amirul Mukminin, temanmu melahirkan anak laki-laki.” Mendengar perkataan itu, pria itu gres sadar bahwa yang duduk di sampingnya ialah Amirul Mukminin. Seolah ia takut, pria itu mencoba menjauh dari Umar, kemudian dia eksklusif meminta pria itu untuk tetap duduk di tempat. Umar mengambil periuk dan meminta Ummu Kulsum biar memberikannya kepada perempuan yang gres melahirkan anak pria tadi. Ketika Ummu Kulsum keluar dari rumah, Umar meminta kepada pria itu juka suatu ketika membutuhkan sesuatu, biar dating kepada Umar dan Umar siap membantu.

C. USMAN BIN AFFAN DZUN NURAINI


Abdrurrahman bin Khattab meriwayatkan, saya menyaksikan  Rasulullah saw menghimbau umat Islam untuk menyiapkan pasukan pada ketika susah. Maka Usman berkata, “Wahai Rasulullah, saya bersedia menyiapkan 100 ekor unta beserta makanannya sebagai infak fi sabilillah.” Setelah itu dia juga mengumumkan kepada umat Islam untuk menyiapkan pasukan perang. Maka Usman kembali berkata, Wahai Rasulullah, saya infakkan 200 ekor unta beserta makanannya. “Lalu Rasulullah turun dari untanya dan berkata, “Tak merugikan sedikitpun bagi Usman apa yang telah dikerjakannya setelah hari ini.” Kedermawanan Usman juga dikemukakan dalam hadis, Turmudzi meriwayatkan dari Anas, juga Hakim dari Abdurrahman bin Samura bahwa ketika menyiapkan tentara pada waktu susah, Usman mendatangi Rasulullah sambil membawa 1000 dinar. Lalu Rasulullah, membolak-balik uang yang dihamparkan di kamarnya seraya bertutur dua kali, tidaklah membahayakan bagi Usman apa yang ia kerjakan hari ini.



Kedermawanan khalifah Usman lebih menonjol disbanding sahabat lainnya. Islam sangat terbantu dengan huruf Usman, terlebih lagi pada ketika pertama Islam berkembang di Jazirah Arabia. Karakter ini perlu ditiru oleh umat manusia, khususnya para pemimpin Indonesia baik di tingkat eksekutif, legislative maupun Yudikatif. Mengapa demikian? Karena bahwasanya Negara kita Indonesia bukanlah Negara miskin. Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam, tetapi penduduknya masih banyak yang miskin. Meneladani para khalifah Islam, berarti seharusnya kita menentukan pemimpin yang sederhana, bisa mensejahterakan rakyat, dan hal itu bias dilakukan dengan memilik pemimpin yang bersih, jauh dari korupsi, kongkalikong dan nepotisme.

D. ALI BIN ABI THALIB ASADULLAH


Ibnu Asakir meriwayatkan dari Hasan, ia mengemukakan ketika Ali dating ke kota Basrah, Ibn Al Qawwah dan Qais bin Ibad bertanya kepadanya, ceritakanlah kepada kami perjalanan kekhalifahan yang engkau alami dimana engkau menjadi pemimpin umat, sementara mereka ketika ini saling bertikai. Apakah engkau mendapatkan wasiat dari Rasulullah untuk menjadi khalifah sesudahnya, sampaikanlah kepada kami lantaran kami mencintaimu!.

Ali menjawab, wacana apakah saya mendapatkan wasiat dari Rasulullah untuk menjadi khalifah setelah beliau, saya tidak pernah menerimanya. Demi Allah, saya ialah termasuk orang pertama mendapatkan kebenaran misi beliau, maka mustahil saya menjadi orang pertama yang mendustkannya. Jika saya mendapatkan wasiat dari Rasulullah saw, maka saya tidak akan akan membiarkan Abu Bakar dan Umar berdiri di atas mimbar Rasulullah saw. Kalau saya mendapatkan wasiat dari beliau, maka niscaya keduanya akan saya perangi dengan tangan saya sendiri sekalipun saya tidak memiliki senjata kecuali selendang saya ini. Rasulullah tidak dibunuh dan tidak mati secara mendadak. Ketika dia saki selama beberapa hari, dia menyuruh Abu Bakar menjadi imam shalat, sementara dia tahu dimana saya. Salah seorang istri dia meminta biar tidak menyuruh Abu Bakar sebagai Imam Shalat, namun dia murka seraya mengingatkan: kalian sama menyerupai wanita-wanita pada zaman nabi Yusuf, suruhlah Abu Bakar menggantikan saya sebagai imam shalat.




Ketika Rasulullah saw wafat, kami berfikir bagaimana seharusnya menangani masalah umat ini, maka kami menentukan untuk urusan dunia kami, orang yang telah kami pilih untuk urusan agama kami. Shalat ialah initi pedoman agama Islam. Oleh lantaran itu kami membai’at Abu Bakar. Beliau memang pantas untuk menyandang jabatan tersebut. Tidak seorang pun dari kami yang berselisih wacana kepatutan Abu Bakar menyandang jabatan sebagai khalifah. Saya penuhi semua hak Abu Bakar, saya patuhi segala perintahnya, biar berperang bersama pasukannya. Saya mendapatkan kalau ia memberi, saya berperang bila ia memerintah saya untuk berperang. Saya melaksanakan eksekusi bagi mereka mereka yang melanggar hokum Islam dengan cambuk saya.

Ketika Abu Bakar wafat, Umar terpilih sebagai penggantinya. Umar memerintah dengan cara menyerupai yang dilakukan pendahulunya. Ia menjalankan apa yang telah menjadi keputusannya. Kami membai’at Umar dan tidak seorang pun yang tidak menyetujuinya. Saya menghormati Umar, semua perintahnya saya ta’ati, saya berperang bersama tentaranya. Saya mengambil apa yang ia beri. Saya berperang ketika ia memerintahkan untuk berperang. Saya menjalankan eksekusi kepada siapa saja yang melanggar hokum dengan cemeti saya.

Ketika Umar wafat, saya ingat betapa dekatnya saya dengan Rasulullah saw, wacana saya sebagai orang yang tergolong pemeluk Islam pertama, dan keutamaan-keutamaan yang saya miliki. Saya menerka bahwa khalifah tidak akan lepas dari tangan saya, tetapi Umar khawatir kalau khalifah yang dating sesudahnya tidak melaksanakan kesalahan, kecuali dosanya akan dibebankan kepadanya ketika dia dia berada dalam kubur. Maka Umar tidak menyerahkan kepada putranya. Kalaulah didasarkan pada rasa cintanya, pastilah dia akan menyebabkan puteranya sebagai penggantinya. Akhirnya dia menyerahkan urusan kekhalifahan sesudahnya kepada enam orang dari kalangan Quraisy.

Ketika enam orang tersebut kumpul, saya masih menerka bahwa kekhalifahan akan jatuh ke tangan saya. Abdurrahman bin Auf mengambil sumpah setia dari kami biar mendengar dan taat terhadap siapa pun yang akan menjadi khalifah. Lalu dia memegang tangan Usman dan membai’atnya. Maka saya renungi diri saya, ternyata kepatuhan saya telah mendahuli bai’at saya, sementara kesepakatan setia (untuk) saya telah diambil untuk orang lain. Kami pun membai’at Usman. Apa saja yang menjadi hak dia saya penuhi. Saya patuh kepadanya, saya berperang manakala dia menyuruh untuk berperang dan saya menegakkan hokum dengan cambuk saya kepada setiap pelaku pelanggaran. Ketika Usman mati terbunuh, saya merenung, ternyata dua orang yang menjadi khalifah lantaran mendapat wasiat dari Rasulullah saw telah meninggalkan kita, sementara khalifah yang telah diambil sumpahnya juga telah dibunuh. Setelah itu, saya dibai’at oleh penduduk Mekkah, Madinah, kemudia kota Basrah dan Kuffah. Kemudia seseorang yang tidak sama dengan saya, keluarganya juga berbeda dengan keluarga saya, ilmu tidak sama dengan ilmu saya, dan masuk Islamnya juga tidak sama dengan saya, loncat mengambil posisi khilafah, padahal saya lebih berhak untuknya disbanding dia.

Sikap khalifah Ali terhadap para khalifah sbelumnya memperlihatkan bahwa dia ialah seorang negarawan, lebih mementingkan kemaslahatan umat disbanding ego pribadi, sabar dan pemaaf terhadap para musuhnya. Karakter tersebut patut ditiru oleh para pemimpin dimana pun dan kapan pun.

Sumber refrensi:
Subchi, Imam. 2014. Sejarah Kebudayaan Islam; Kurikulum 2013. Semarang: PT Karya Toha Putra
Kementrian Agama RI. 2014. Buku Siswa; Sejarah Kebudayaan Islam kelas X; Kurikulum 2013. Jakarta: Kemenag RI
MGMP PAI Madrasah ALiyah. 2018. Modul Sejarah Kebudayaan Islam kelas X


Sumber http://nderesmaning.blogspot.com