Thursday, December 13, 2018

√ Pengalaman Dan Pengamatan Jadi Modal Bagi Penulis

Penulis pemula sering mengeluh sebab galau bagaimana caranya mendapat wangsit untuk menulis. Sebenarnya caranya cukup mudah, adalah menulis sesuatu yang erat dengan penulis tersebut. Penulis pemula hendaknya menghindari menulis sesuatu yang tidak dikuasainya atau jauh dari kehidupannya.

Tema goresan pena penulis pemula hendaknya dimulai dengan menulis dari hal yang erat gres kemudian lanjut menulis hal yang jauh dari dirinya. Mulai hal yang positif gres kemudian menulis yang abstrak. Hal ini untuk menghindari kebuntuan wangsit saat tengah menulis. Menulis dari hal yang erat ini secara konkrit dijabarkan dalam acara 3P, adalah pengalaman, pengamatan, dan pengemasan.
1. Pengalaman
Hal yang dialami secara eksklusif tentu lebih gampang diceritakan. Seseorang lebih gampang menulis pengalaman sebab mencicipi eksklusif insiden yang nantinya menjadi materi tulisan. Penulis pemula sanggup menceritakan perasaannya saat mengalami sebuah peristiwa/ pengalaman. Selain itu, penulis juga mengetahui proses dari sebelum, selama dan sehabis pengalaman terjadi. Otomatis goresan pena yang dihasilkan cukup panjang. Tulisan panjang menjadi modal awal supaya lebih percaya diri dalam menulis.

2. Pengamatan
Penulis pemula kalau tidak berminat menuliskan pengalamannya, sanggup melaksanakan pengamatan terhadap apa yang ingin ditulis. Pengamatan sanggup dilakukan melalui membaca buku, menonton film, mengamati keadaan sekitar termasuk orang-orang di sekitarnya. Bahkan tulisan-tulisan menggelitik di belakang kolam truk sanggup menjadi wangsit dalam menulis. Penulis dalam tulisannya sanggup menceritakan terlebih dahulu apa yang sedang diamati. Baru kemudian memberitakan tanggapannya terhadap apa yang diamati. Tanggapan ini sanggup diberi ruh semoga lebih berbobot dengan mencarikan pendapat atau teori dari pihak lain terhadap hal yang sedang diamati.

3. Pengemasan
Pengemasan goresan pena dilakukan sehabis proses penulisan pengalaman atau pengamatan telah selesai. Tulisan awal itu kemudian dibaca kembali. Temukan hal-hal yang perlu dipertahankan dan/ atau dihilangkan. Ganti kata atau kalimat yang balasannya terlalu biasa dengan padanan kata yang lebih menggugah emosi pembaca. Bila menyangkut goresan pena fiksi sanggup ditambahkan goresan pena yang berisi deskripsi perihal suasana yang sedang diceritakan. Bila goresan pena non-fiksi, sanggup dikemas dalam bentuk gaya bahasa yang baku dan ilmiah. Judul pun perlu dibentuk unik. Judul menjadi penentu apakah goresan pena ini sanggup menarik pembaca.

Simpulannya, wangsit goresan pena penulis pemula hendaknya berasal dari hal yang dekat. Caranya diperoleh melalui pengalaman dan pengamatan. Ide dari pengalaman dan pengamatan itu kemudian dituliskan secara bebas terlebih dahulu.

Dalam fase ini disarankan semoga penulis pemula tidak berhitung apakah tulisannya sudah benar atau belum. Sudah indah atau buruk. Baru sehabis jadi goresan pena lengkap, gres kemudian dilakukan penyuntingan. Proses penyuntingan menjadi salah satu bentuk pengemasan. Pengemasan yang mengedepankan emosi pembaca dan goresan pena yang unik tentu menarik pembaca. Pembaca akan membaca goresan pena penulis sampai tuntas.

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com