Friday, April 26, 2019

√ Bekal Anak Menghadapi Tantangan Kurun Depan

Bapak Edy Purlani, Kepala UPT Disdikbud Kecamatan Borobudur mengawali sambutannya dalam acara pembekalan calon pengawas UN dengan kisah yang menarik. Cerita ini menguraikan perihal tantangan guru dan ustadz/ustadzah dalam menghadapi anak masa kini. Tentu anak masa sekarang berbeda dengan anak masa lalu.

Pak Edi pernah mencari tahu penyebab mengapa anak masa sekarang berbeda. Dalam hal ini Pak Edi eksklusif menanyakan kepada murid-murid dari beberapa sekolah yang dia kunjungi. Secara kongkrit dia menanyakan "apa hal yang paling mengganggu ketika mempersiapkan diri menghadapi ujian, anak-anak?"
Mayoritas belum dewasa menjawab bahwa tantangan terbesar dalam menghadapi ujian ada dua, yaitu TV dan HP.

TV dan HP sekarang menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana tidak hampir setiap keluarga mempunyai dua perangkat elektronik itu. Bahkan ada juga yang mempunyai HP lebih dari satu. Semakin canggih HP semakin besar godaannya. Godaan untuk chatting, browsing, hingga iseng sekedar melihat video di youtube. Godaan dari kedua perangkat ini harus dihilangkan mengingat tantangan anak di masa depan kelak.

Bekal Masa Depan
Anak harus dibekali tiga hal dalam rangka menghadapi tantangan di masa depan. Bekal yang harus dimiliki anak untuk hidup pada masa sepuluh atau lima belas tahun kedepan ialah karakter, kompetensi, dan literasi.

Karakter terdiri dua jenis, yaitu aksara moral dan kerja. Karakter moral terdiri dari iktikad yg kokoh, ibadah yg taat, dan dzikir yang kuat. Karakter kerja berkaitan dengan etos kerja atau kesungguhan dalam menjalankan kiprah pekerjaannya.

Selain karakter, yang diperlukan anak untuk menghadapi masa depan ialah kompetensi atau keahlian. Kompetensi inti yang harus dimiliki seseorang yang akan hidup di masa yang akan tiba ialah kreativitas, inovasi, komunikasi dan elaborasi. Kompetensi inti ini harus ada di setiap kompetensi teknis. Kompetensi teknis biasanya berkaitan dengan profesi pekerjaan.

Kompetensi teknis apabila dikaitkan dengan kompetensi inti menjadi dua hal yang saling mendukung satu sama lain. Pengintegrasian kedua hal ini mengakibatkan penggunanya mempunyai kelebihan dibanding sobat kerjanya yang lain.

Misalnya seseorang mempunyai kompetensi teknis sebagai seorang guru. Ia melengkapi kompetensi teknisnya ini dengan menambahkan kompetensi inti berupa kreativitas. Maka ia tidak hanya menjadi guru yang biasa saja. Yang pekerjaannya hanya mengajar dengan cara-cara yang begitu saja. Kreativitas yang dimilikinya menciptakan guru ini berguru cara-cara gres untuk mengajar. Cara gres dalam mengajar inilah yang menjadi pembeda dengan guru yang lain.

Bekal yang ketiga ialah literasi. Literasi secara sederhana diartikan sebagai keterbukaan terhadap wawasan baru. Literasi sanggup melalui tahap mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan memakai warta tersebut sesuai kebutuhannya. Sehingga literasi sering diidentikkan dengan membaca.

Anak-anak Indonesia ketika ini belum mengatakan minat membaca yang tinggi. Salah satu survey menyimpulkan bahwa hanya 17% anak Indonesia yang bahagia membaca. Yang 83% anak mengaku lebih bahagia menonton TV. Oleh kesannya perlu upaya untuk meningkatkan minat baca anak. Agar anak mempunyai bekal kemampuan literasi yang siap dipakai untuk menghadapi tantangan di zamannya kelak.

Ketiga bekal yang disebutkan di atas sanggup diasah dengan ilmu, seni, dan agama. Harapannya spiritual, emosi, raga dan kemampuan berpikir anak juga sanggup berkembang. Seperti ungkapan dari Prof Mukti Ali bahwa dengan ilmu hidup terasa mudah, dengan seni hidup terasa indah, dan dg agama hidup jadi tertata.


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com