Sunday, May 5, 2019

√ Artos, Musik, Dan Tari Jaranan

Pengalaman yang tidak biasa. Baru kali ini saya ke Armada Town Square (Artos) dalam rangka mengantar murid. Muridku diberi kesempatan menampilkan tarian jaranan di sela-sela perlombaan Polisi Cilik (Polcil) Tingkat Kabupaten Magelang. Kesempatan ini diberikan atas ajakan dari Babinkamtibmas Desa Borobudur yang pada event ini bertugas sebagai juri.

Pada event ini saya menerima kiprah dadakan. Selain menemani muridku yang menari, saya dimintai tolong oleh Bu Analis untuk menemani dirinya ke operator digital event polcil ini. Aku dan Bu Analis menyerahkan laptop yang berisi file bunyi iringan musik tari jaranan.

Bu Analis bercerita kepada saya mengapa yang diberikan yaitu laptop, buka flashdisk atau media penyimpanan lain. Karena pernah suatu dikala dulu, acara sempat "trouble" sebab operator kesulitan mencari filenya bahkan pernah juga flashdisk tidak terdeteksi. Padahal program sudah harus dimulai. Laptop ini diberikan ke operator biar kejadian-kejadian itu tidak terulang kembali.

s3ki program memberitahu kami bahwa tari jaranan akan segera ditampilkan. Anak sudah bersiap di belakang panggung. Ibu Kepala SDN Borobudur 1 beserta guru pendamping yang lain juga sangat antusias memperlihatkan kode kepada kami bahwa kami harus bersiap "menyetel" musik tari jaranan ini.

Namun kami tersadar, kapan bekerjsama kami harus memulai musik tari jaranan ini. Apakah seketika dikala bawah umur masuk, ataukah bawah umur masuk ke arena dulu gres lalu musik dimaikan? Seketika itu juga saya merasa galau. Karena diantara kami berdua tidak ada yang pernah mendampingi bawah umur ini berlatih tari.

Kami akibatnya tetapkan biar mereka masuk ke arena dulu. Saya beri kode kepada seci program polcil ini biar penari masuk ke arena. Tim penari sudah membentuk gugusan sebagai mengambarkan bahwa mereka siap menari.

Kami mulai memainkan iringan musik tari jaranan. Namun tidak ada satu anak pun yang bergerak sebagai bentuk gejala bahwa mereka akan menari. Tiba-tiba Bu Analisi yang berada di depanku berkata ke operator musik untuk menghentikan musiknya dulu "Berhenti, pak, kini diulangi musiknya".

Ada jeda yang terasa cukup memakan waktu. Musik itu pun diulangi lagi. Dan betul, muridku yang menari eksklusif bergerak menari mengikuti alunan musik ini. Alhamdulillah penampilan ini berjalan lancar hingga akhir.

Tidak ada yang menyadari akan jeda yang cukup usang itu. Ibu Kepala juga merasa enjoy seolah tidak menyadari jikalau ada sedikit jeda yang tidak perlu. Begitu pula dengan para penonton yang mungkin mengira jikalau jeda itu cuilan dari skenario.

Pelajaran yang berharga bagi kita yaitu kita harus mengetahui seluk beluk kiprah yang dipercayakan kepada kita. Pekerjaan sederhana menyerupai mengeplay musik menyerupai ini sanggup berujung kegagalan jikalau tidak tahu kapan musik harus dimainkan atau dihentikan. Sehingga kita perlu bertanya kepada murid yang menari kapan musik harus mulai dimainkan. Bahkan akan lebih valid lagi jikalau mendampingi mereka latihan menari. Kita jadi tahu dan hafal "timing" yang sempurna untuk memainkan musik.

Artos, 25 Maret 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com