Saturday, May 11, 2019

√ Hikmah Pak Untung Untuk Memperhatikan Anak

Cuaca mendung sore ini tidak menyurutkan semangat istriku untuk bersilaturahmi ke rumah Pak Untung S Widodo. Rumah Pak Untung tidak terlalu jauh dari daerah kami tinggal. Beliau pun sering shalat berjamaah di Masjid yang sama dengan kami. Istriku kali ini terlihat semangat sekali bertemu Pak Untung dalam rangka mengkonfirmasi kesediaannya menjadi pembicara di lembaga pertemuan Magelang Baby Wearer (MBW) bulan April 2018. Walau sudah purna tugas, nama Pak Untung di dunia kesehatan dan perkembangan anak sudah tidak ajaib lagi.

Dihimpun dari banyak sekali sumber. Sebelum purna tugas, Pak Untung merupakan peneliti senior di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes). Pak Untung sekarang menjadi pengajar di Universitas Gajah Mada Yogyakarta sekaligus konsultan gizi yang pasiennya berasal dari seluruh Indonesia. Pak Untung mengenyam pendidikan di luar negeri, tepatnya di Davao, Filipina. Selain itu, dia merupakan pelopor sekaligus pendiri Balai Penelitian Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (BP GAKI) Borobudur milik Kemenkes. Singkat cerita, gagasan pendirian BP GAKI ini berawal dari usulan disertasi S-3 beliau. Kini BP GAKI merupakan satu-satunya lembaga di Indonesia yang fokus pada gangguan akhir kekurangan iodium. Menurut literasi yang saya baca, kekurangan iodium sanggup menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Mulai dari keterlambatan kognitif hingga kelainan fisik. Sehingga gangguan akhir iodium sangat mendesak untuk diteliti dan dicarikan solusi.

Nasihat dalam Mengasuh Anak
Pak Untung mengetahui jika saya sekarang mengajar di SDN Borobudur 1. Maklum saja, putra Pak Untung ada yang sekolah di SDN Borobudur 1. Selain itu, nama Pak Untung juga tercatat sebagai komite sekolah SDN Borobudur 1. Ia juga terang-terangan memuji bahwa SDN Borobudur 1 merupakan SD yang bagus. Sehingga tidak salah jika dijadikan sebagai SD Unggul di Kecamatan Borobudur. Status sebagai SD unggul menjadi tantangan tersendiri.

Beliau berpesan kepada saya walau sibuk namun harus tetap memperhatikan tumbuh kembang anak. Beliau menceritakan banyak kasus tumbuh kembang anak yang ia tangani berasal dari perhatian orang bau tanah yang kurang. Mulai dari kurangnya kasih sayang hingga kurangnya asupan gizi. Kekurangan asupan gizi menimbulkan anak terlambat bicara, tinggi tubuh tidak optimal bahkan ada yang hingga kelainan mental. Semua itu akhir dari kedua orang bau tanah yang sibuk bekerja.

Beliau juga bercerita bahwa suatu ketika ada seseorang yang berprofesi sama dengan saya. Ia konsultasi terkait tumbuh kembang kedua anaknya kepada Pak Untung. Namun ketika konsultasi, ia tidak membawa anaknya. Ia malah membawa ajun rumah tangga yang merawat kedua anaknya. Pak Untung menduga jika dirinya diminta oleh orang ini untuk memperlihatkan edukasi kepada ajun rumah tangganya terkait bagaimana cara menyediakan asupan gizi yang cukup untuk kedua anaknya.

Pak Untung menyayangkan, kenapa kedua anaknya dititipkan kepada ajun rumah tangga yang usianya masih sangat muda. Pak Untung ragu apakah ajun rumah tangga dengan usia semuda ini bisa mengasuh, menentukan dan memberi makan dengan tepat. Selain itu, ketika orang tersebut diminta untuk membawa kedua anaknya biar diperiksa secara pribadi dan diberikan terapi secara berkala. Sayangnya terang-terangan dijawabnya tidak sanggup alasannya yakni kesibukan pekerjaan.

Orang tersebut hingga dikala ini tidak membawa anaknya ke daerah Pak Untung. Ayah atau ibu dari anak yang hendak diperiksa ini ternyata tidak ada yang mau menyerah untuk menyisihkan sedikit waktu memeriksakan keadaan anaknya. Padahal Pak Untung juga telah memperlihatkan saran bahwa jika ia sibuk, ia sanggup membayar orang yang sanggup mengantar anaknya ke rumah Pak Untung dikala aktivitas konsultasi.

Pak Untung melalui dongeng ini secara tidak pribadi memperlihatkan pesan kepada saya biar tidak mengesampingkan tanggung jawab mengasuh anak. Apalagi dengan alasan kesibukan pekerjaan. Bukankah kita sanggup meminta izin sebentar kepada atasan untuk merawat anak kita. Pak Untung mungkin juga ingin menyampaikan kepada saya bahwa kesibukan di SD unggul tidak melupakan tanggung jawab memperhatikan tumbuh kembang anak.

Secara terpisah, beberapa waktu sebelumnya, istri saya juga diberi hikmah oleh Pak Untung. Beliau mengungkapkan bahwa kedua orang bau tanah harus memperlihatkan perhatian yang sama kepada anak. Pemberian perhatian cukup melalui kegiatan sehari-hari. Misalnya mandi, menyuapi, membantu anak berjalan, dsb. Kegiatan-kegiatan tersebut harus dilakukan secara bergantian antara ayah dan ibu. Artinya kegiatan bersama anak tidak didominasi oleh salah satu pihak.

Nasihat memperhatikan tumbuh kembang anak melalui kegiatan bersama anak benar-benar saya catat. Saya merasa penyampaian hikmah yang terasa mengalir dan santai menyerupai ini sangat membekas di hati. Kalau pun mau dirunut, antara keluarga saya dengan keluarga Pak Untung mempunyai hubungan keluarga. Tali kekeluargaan di antara kami berasal dari ikatan ijab kabul abang sepupu saya yang mempersunting ponakannya Pak Untung. Kami pun pernah melaksanakan perjalanan bersama dari Borobudur ke Pekalongan untuk menghadiri ijab kabul putra dari adiknya Pak Untung yang tidak lain tidak bukan adik dari istri abang sepupu saya. Sehingga saya meyakini hikmah untuk memperhatikan anak ini seolah berasal dari seorang “Pakdhe” kepada “Purunannya”.

Borobudur, 17 Maret 2018


Sumber http://rahmahuda.blogspot.com