Tuesday, May 28, 2019

√ Keberuntungan Berdasarkan Insan Jawa


Dalam anutan masyarakat Jawa ada yang disebut dengan model berfikir hakikat. Model berfikirnya secara garis besar membedakan antara "wadah" dan "isi". Seperti sering diceritakan dalam kisah pewayangan bahwa "wahyu" (anugerah) itu membutuhkan "wadah" (tempat). Sehingga dalam kisah pewayangan banyak tokoh wayang yang melaksanakan "laku". "Laku" tersebut digambarkan dengan bertapa, berlatih bela diri, melaksanakan perjalanan mencari senjata pusaka, dsb. Oleh jadinya dalam dunia anutan insan jawa, seorang insan hanya sanggup berusaha dengan mempersiapkan "wadah" itu sebaik-baiknya. Urusan "isi" diserahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Begitu pula dikala membicarakan soal keberuntungan. Keberuntungan  bila diadaptasi dengan contoh anutan insan jawa, keberuntungan masuk dalam kategori "isi". Sehingga keberuntungan hanya diperoleh orang-orang yang dipilih Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga orang "bejo" itu bukan orang yang terpilih sebab ketidaksengajaan. Melainkan secara sengaja dipilih oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada orang-orang yang sudah mempersiapkan "wadah"nya. Karena keberuntungan dianalogikan sebagai isi yang membutuhkan wadah. Maka keberuntungan itu harus dipersiapkan.

Persiapan yang dimaksud tentu  harus berupa tindakan-tindakan yag dilandaskan pada nalar-logika yang sehat. Tidak disandarkan pada sesuatu yang tidak masuk akal. Misalnya dengan persembahan sesaji, mengubur kepala sapi, atau hal-hal lain yang tidak koheren dengan budi manusia.

Secara tidak langsung, penulis ingin menyampaikan bahwa keberuntungan itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang berusaha. Misalnya, seorang petani mendapat panen yang melebihi biasanya. Kemudian insiden ini oleh masyarakat umum dikatakan sebagai keberuntungan. Padahal petani itu berusaha semaksimal mungkin merawat flora yang ia tanam. Mulai dengan pemilihan bibit yanh unggul, pengairan yang cermat, kualitas pupuk yang terjamin dan lain sebagainya. Coba bayangkan, bila saja petani tersebut hanya membisu dan tidak mengurus tanamannya, apakah ia sanggup panen melebihi rata-rata? Apakah ia akan memperoleh keberuntungan berbentuk panen raya itu?

Kesimpulannya yaitu keberuntungan merupakan sesuatu yang logis. Menjadi logis apabila keberuntungan itu diruntut ke peristiwa-peristiwa sebelumnya. Keberuntungan akan mengikuti oleh orang-orang yang berusaha. Sekali lagi, keberuntungan yang dikaruniakan kepada seseorang yang berusaha semaksimal mungkin menjadi bukti bahwa Tuhan Maha Adil yang tidak pernah menyia-nyiakan ikhtiar dan tawakal dari setiap hambanya.

Borobudur, 1 Februari 2018

Sumber http://rahmahuda.blogspot.com