Home
Posts filed under PAI
Showing posts with label PAI. Show all posts
Showing posts with label PAI. Show all posts
Wednesday, December 12, 2018
√ Bahan Ski Kelas X Madrasah Aliyah : Fathul Mekkah
✔
aku nyerah kyone
December 12, 2018
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah ta'ala Tuhan yang maha pemurah yang ni'matnya senantiasa tercurahkan kepada seluruh hamba Nya. sholawat nan salam supaya senantiasa tercurahkan keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad saw sang panutan bagi seluruh insan.
Alhamdulillah, supaya bahan perihal Fathu Mekkah yang kami sajikan ini bermanfa'at bagi para pembaca khususnya bagi para pendidik dan penerima bimbing yang berada di lingkungan madrasah aliyah.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Sumber http://nderesmaning.blogspot.com
Alhamdulillah segala puji bagi Allah ta'ala Tuhan yang maha pemurah yang ni'matnya senantiasa tercurahkan kepada seluruh hamba Nya. sholawat nan salam supaya senantiasa tercurahkan keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad saw sang panutan bagi seluruh insan.
Alhamdulillah, supaya bahan perihal Fathu Mekkah yang kami sajikan ini bermanfa'at bagi para pembaca khususnya bagi para pendidik dan penerima bimbing yang berada di lingkungan madrasah aliyah.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Sumber http://nderesmaning.blogspot.com
Tuesday, December 11, 2018
√ Definisi Khulafaur Rasyidin
✔
aku nyerah kyone
December 11, 2018
KHULAFAUR RASYIDIN
Pasca Rasulullah saw wafat, masalah perihal siapa yang akan menjadi penggantinya masih menjadi perdebatan di kalangan para sahabat. Sebab tak ada pesan apa pun dari dia perihal siapa yang akan dijadikan sebagai khalifah dan prosedur apa yang harus ditempuh para sobat dan umat Islam untuk menentukan pengganti beliau. Karna itu, terjadilah perselihan paham antara kaum muhajjirin dan anshor, yang hingga pada kesannya melalui jalan musyawaroh ditemukan titik komitmen untuk membaiat Abu Bakar sebagai khaifah pertama, yang kemudian berlanjut hingga masa kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib.
Untuk lebih memahami kajian bahan perihal “Khulafaur Rasyidin” dalam artikel ini akan dibahas terlebih dahulu perihal definisi khulafaur Rasyidin berikut dengan beberapa istilah yang berkaitan dengan hal tersebut.
A. Definisi Khilafah, Khalifah dan Khulafa
Khilafah secara sederhana sanggup diartikan sebagai forum pemerintahan dalam Islam. Arti katanya ialah perwakilan, penggantian atau jabatan khalifah. Istilah ini berasal dari kata khalf, yang berarti wakil, pengganti dan penguasa. Khilafah ialah istilah yang muncul dalam sejarah Islam sebagai institusi politik Islam yang bersinonim dengan kata imamah yang berarti pemerintahan.
Menurut ibnu Khaldun, khilafah ialah tanggung jawab umum yang sesuai dengan tujuan syara’ (hokum Islam) yang bertujuan mewujudkan kemaslahatan dunia dan alam abadi bagi umat. Pada hakikatnya, khilafah merupakan pengganti fungsi pembuat syara’ yakni Rasulullah saw dalam urusan agama dan urusan politik keduniaan. Selanjutnya, Ibnu Khaldun memaparkan bahwa khilafa juga merupakan sinonim dari istilah imamah, yakni kepemimpinan menyeluruh yang berkaitan dengan urusan agama dan urusan dunia sebagai fungsi pengganti Rasulullah saw.
Berkaitan dengan istilah imamah, Nasiruddin Abu Said Abdullah bin Umar bin Muhammad Asy-Syirazi al Baidawi beropini bahwa imamah ialah pernyatan yang berkaitan dengan penggantian fungsi Rasulullah Saw oleh seseorang untuk melakukan hokum Islam (syari’at) dan melestarikan ajaran-ajaran agama yang harus diikuti oleh umat. Tujuan dibentuknya imamah berdasarkan Imam Al Mawardi (ahli Fikh) ialah untuk mengganti fungsi kenabian guna memelihara agama dan mengatur dunia.
Kehadiran institusi kekhalifahan ini dalam sejarah pemerintahan Islam merupakan symbol kesatuan masyarakat muslim. Sedangkan seseorang yang melakukan fungsi khilafah disebut khalifah.
Khalifah merupakan bentuk jama’ dari kata Khulafa’ atau khalaif. Khalifah berarti orang yang menggantikan (kedudukan) orang sebelumnya; orang yang menggantikan kedudukan orang lain; seseorang yang mengambil kawasan orang lain sesudahnya dalam banyak sekali duduk masalah . khalifah sanggup pula berarti as Sultan al A’zam (kekuasaan yang paling besar atau paling tinggi).
Khulafa sendiri merupakan bentuk jama’ dari kata khalifah yang berarti para pengganti. Sejarah timbulnya istilah khalifah dan institusi khilafah bermula semenjak terpilihnya Abu Bakar as Shiddiq sebagai pemimpin umat Islam menggantikan Nabi saw sehari setelah nabi saw wafat. Kemudian berturut-turut terpilih Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
B. Definisi Khulafaur Rasyidin
Setelah kita mengetahui pengertian dari khilafah, khalifah dan khulafa’, pada bahasan ini akan membahas perihal pengertian khulafaur Rasyidin. Istilah Khulafaur Rasyidin secara sederhana sanggup didefinisikan sebagai para pengganti atau para pemimpin yang menerima petunjuk dari Allah SWT. Para pengganti yang dimaksud dalam konteks ini ialah pengganti Rasulullah saw.
Dalam sejarah, kiprah nabi Muhammad saw sebagai kepala pemerintahan dan kepala Negara diemban oleh empat sobat terdekatnya secara berurutan. Termasuk dalam kiprah tersebut ialah mengurus masalah keagamaan umat islam. Keempat penggantinya inilah yang dikenal dengan istilah Khulafaur Rasyidin. Keempat khalifah tersebut ialah Abu Bakar Ash Shiddiq (memerintah 632-634 M), Umar bin Khattab (634-644 M), Usman bin Affan (644-656 M) dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M).
Khulafaur Rasyidin secara kebahasaan diartikan sebagai khalifah-khalifah yang terpercaya atau menerima mendapat petunjuk. Ada yang menyebutnya sebagai khalifah yang sangat taat dan setia pada agama, “khalifah besar” dan “khalifah ortodoks” (yang berpegang berpengaruh pada pedoman dan keyakinan). Gelar khulafaur Rasyidin berkaitan dengan kepemimpinan dan kapasitas mereka sebagai kepala Negara dan pemimpin agama dalam mempertahankan kemurnian pedoman Islam dalam banyak sekali aspek kehidupan sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan dalam mewujudkan kemaslahatan umat.
Setelah nabi Muhammad saw wafat, mereka ialah pola ideal dalam penghayatan dan pengamalan agama serta pelaksanaan prinsip-prinsip pemerintahan dalam Islam dan dalam membimbing umat. Menurut Ibnu Khaldun, pemerintahan Khulafaur Rasyidin (kekhalifahan sejati). Karena itu, mereka memiliki derajat yang spesifik dalam pandangan umat Islam.
Demikian pembahasan perihal definisi khilafah, khalifah dan khulafa’ serta khulafaur rasyidin. Semoga artikel yang kami sajikan ini sanggup membawa manfaat bagi para pembaca. Dalam artikel ini juga kami sertakan bahasan khulafaur rasyidin dalam bentuk power point. Untuk sajian dalam bentuk PPT dapat did0wnl0ad di link;
Untuk artikel selanjutnya, akan dibahas perihal Biografi dan proses pengangkatan khulafaur rasyidin. Karena itu, terus ikuti dan support blog kami “nderesmaning.blogspot.com” .
Sumber :
1. Ensiklopedi Islam; Volume 3. Tahun 2002
2. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam ; Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 kelas X
√ Biografi Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar Ash-Shiddiq)
✔
aku nyerah kyone
December 11, 2018
Khulafaur Rasyidin merupakan para khalifah yang terpercaya atau yang mendapat petunjuk. Gelar al Khulfau' ar Rasyidin berkaitan dengan kepemimpinan dan kapasitas mereka sebagai kepala negara dan pemimpin agama dalam mempertahankan kemurnian aliran Islam dalam banyak sekali aspek kehidupan. Para khalifah yang termasuk dalam Khulafaur Rasyidin ialah empat sobat terdekat nabi Muhammad saw, yang dipilih secara berurutan mulai dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Untuk lebih mengenal keempat khalifah tersebut, berikut akan dideskripsikan terlebih dahulu wacana biografi Abu Bakar Ash Shiddiq (khalifah pertama).
ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Abu Bakar Ash Shiddiq merupakan salah satu sobat Rasulullah saw yang sangat masyhur. Nama orisinil ia ialah Abdullah ibnu Abi Quhafah at Tamimi. Di masa jahiliyyah berjulukan Abdul Ka'bah. Setelah masuk Islam, nabi mengganti namanya menjadi Abdullah Abu Bakar. Namun, orang-orang memanggilnya Abu Bakar. Nama ini diberikan alasannya ialah ia ialah orang yang paling dini masuk Islam. Dalam bahasa Arab, bakar berarti pagi atau dini. Selain itu, Abu Bakar juga sering kali dipanggil Atiq yang berarti yang tampan, alasannya ialah ketampanan wajahnya. Sementara nabi memberi gelar Ash Shiddiq, dikarenakan ia membenarkan dongeng Isra' Mi'raj nabi dikala penduduk Mekkah banyak yang mengingkarinya.
Abu Bakar lahir pada tahun 572 M di Mekkah, tidak berapa usang sesudah Nabi saw dilahirkan. Karena kedekatan umur inilah ia semenjak kecil besahabat dengan nabi Muhammad saw. Ayahnya berjulukan Usman Abu Quhafah bin Amir dan ibunya berjulukan Ummul Khair, yang juga anak paman Abu Quhafah sendiri. Jika diurutkan selisih keturunannya, Abu Bakar masih mempunyai relasi kekeluargaan dengan nabi Muhammad saw hingga pada Ka'ab bin Luai.
Biarpun hidup pada zaman Jahiliyyah, banyak sekali kebaikan telah menempel pada diri Abu Bakar semenjak kecil. Beliau seorang sobat nabi yang cerdas dan berbudi pekerti luhur dan populer akan kedermawanannya. Demi membela kaum muslimin yang tertindas di Mekkah, Abu Bakar tak segan-segan mengeluarkan hartanya. Salah satu dongeng populer yang menyampaikan kedermawanannya, dikala ia menebus Bilal bin Rabah dari tangan majikannya yaitu Umayyah bin Khalaf.
Setelah masuk Islam, Abu Bakar menjadi salah satu pembela nabi yang paling kukuh, baik dikala berada di Mekkah maupun di Madinah. Adapun tugas Abu Bakar dalam memperjuangkan dakwah nabi saw dikala di Mekkah antara lain sebagai berikut:
- Berdakwah kepada para sobat dekatnya untuk meyakini kebenaran undangan Nabi Muhammad saw. Melalui mediator Abu Bakar banyak penduduk Mekkah yang menyatakan diri masuk Islam, menyerupai Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Sa'ad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam dan Ubaidillah bin Jarrah. Merekalah yang kemudian dikenal dengan nama Assabiqunal Awwalun.
- Mengorbankan seluruh harta dan mencurahkan pikiran, tenaga dan waktu demi tegaknya agama Islam
- Selalu percaya terhadap segala ucapan dan perbuatan nabi saw, contohnya dikala nabi menyampaikan telah menjalani insiden isra' mi'raj. Meski jauh dari nalar sehat, ia pribadi percaya bahwa insiden tersebut benar, yang kemudian mengakibatkan ia mendapat gelar Ash Shiddiq
- Mendampingi perjalanan hijrah Nabi saw ke Yatsrib/Madinah dan menjaga nabi saw baik dikala bersembunyi di goa-goa untuk menghindari kejaran kaum kafir Quraisy.
Adapun tugas Abu Bakar Ash Shiddiq dikala di Madinah, antara lain sebagai berikut:
- Untuk menyusun kekuatan dan persaudaraan, Nabi saw mempersaudarakan sobat muahajjirin dan anshar. pada waktu itu, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Khazijah bin Zaid dari kabilah Khazraj.
- Abu Bakar selalu berperan aktif dalam setiap peperangan, diantaranya dalam perang Badar dan Uhud.
Peran Abu Bakar dalam perang Badar diantaranya sebagai berikut:
- memotivasi semangat kepada pasukan muslim untuk mencapai kemenangan, meski umlah pasukan tidak seimbang
- membesarkan hati nabi saw, bahwa Allah akan selalu mengabulkan do'a-do'anya, maka turunlah wahyu surat al anfal : 9, yang menyatakan bahwa Allah akan menurunkan bala derma seribu malaikat
- turut mengambil kebijakan dalam hal nasib tawanan perang. Mereka bisa bebas tetapi harus dengan tebusan, sedangkan bagi yang tidak bisa harus mengajari membaca dan menulis bagi penduduk Madinah
Sedangkan Abu Bakar dalam perang Uhud diantaranya sebagai berikut:
- Abu Bakar mengusulkan semoga musuh dihadapi dengan bertahan di dalam kota. Meski anjuran tersebut ditolak oleh Nabi saw, tetapi Abu Bakar tidak pernah melanggar keputusan nabi saw
- Abu Bakar tidak pernah membiarkan pasukan muslim patah semangat serta selalu memotivasi semoga tetap loyal dan mematuhi perinta nabi saw, padahal dikala itu pasukan muslim tinggal 700 orang alasannya ialah efek hasutan Abdullah bin Ubay
- Tegas dalam membela kehormatan nabi saw dari hinaan siapapun.
- Ditunjuk oleh nabi saw sebagai Imam Sholat
- tidak pernah ketinggalan dalam melawan bangsa Yahudi
Demikian pembahasan wacana biografi Abu Bakar Ash Shiddiq, semoga bermanfa'at dan senantiasa sanggup meneladani sifat-sifat ia dalam kehidupan sehari-hari, amin. Untuk sajian bahan tentang biografi Abu Bakar Ash Shiddiq dalam format ppt akan segera kami publish, mohon support blog kami "" semoga sanggup publish artikel secara kontinu.
SUMBER REFRENSI:
- Kementrian Agama RI. 2015. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam; Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementrian Agama RI
- MGMP PAI Madrasah Aliyah. Modul Hikmah; Membina Kreatifitas dan Prestasi. 2019
Monday, December 10, 2018
√ Biografi Khulafaur Rasyidin (Umar Bin Khattab)
✔
aku nyerah kyone
December 10, 2018
UMAR BIN KHATTAB
Umar bin Khattab merupakan salah satu sahabat terdekat nabi Muhammad saw yang sangat pemberani, besar lengan berkuasa pendirian dan pembela nabi saw. Beliau lahir pada tahun 40 SH, di kota Mekkah. Ayah dia ialah Khattab bin Nufail bin Abdil Uzza dari suku Bani Adi, salah satu kabilah dari suku Quraisy. Sedangkan ibunya yaitu Hantamah binti Hasyim bin al Mughhiroh.

Pada masa awal dakwah Islam di Mekkah, bersama Abul Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), Umar merupakan tokoh Quraisy yang sangat ditakuti oleh kaum muslimin, alasannya ialah kekejaman dan permusuhannya terhadap Islam. Umar pernah menghajar seorang budak wanita alasannya ialah budak tersebut memeluk agama Islam. Sang budak jadinya dibeli oleh Abu Bakar Ash Shiddiq dan dibebaskan. Karena begitu berbahayanya kedua orang tersebut (Umar bin Khattab dan Abu Hakam bin Hisyam), Rasulullah saw pernah berdo’a kepada Allah biar salah satu dari keduanya masuk Islam. “Allahumma ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abul Hakam bin Hisyam atau Umar bin Khattab”, demikian do’a nabi saw.
Do’a nabi saw terkabul dengan masuknya Umar ke dalam agama Islam. Keislaman Umar berawal dari rencananya untuk membunuh nabi saw. Dalam perjalanan Umar bertemu dengan Nuaim bin Abdullah, lalu ia menyindir Umar bin Khattab dengan mengatakan, “kalau hendak membunuh Muhammad, maka bunuhlah keluargamu dulu.”yang dimaksud ialah adiknya dan adik iparnya yaitu Fatimah dan Said bin Zaid. Umar sangat marah. Tujuan untuk membunuh nabi saw ditunda dulu lalu menuju rumah Fatimah. Sesampainya di rumah Fatimah, ia hendak menyerang Said suami Fatimah, tetapi ia mendapati Fatimah sedang membaca ayat-ayat al Qur’an. Hatinya bergetar dan lalu meminta lembaran-lembaran ayat al Qur’an dan segera mencari nabi saw untuk menyatakan masuk Islam.
Ketika Umar menyatakan niatnya itu, guru mengaji Fatimah yang berjulukan Habab segera keluar seraya berharap biar Allah menentukan Umar untuk meneguhkan kekuatan Islam sebagaimana do’a nabi saw. Ke-islaman Umar terbukti membawa kemajuan pesat bagi Islam. kaum muslimin menjadi berani terang-terangan melaksanakan shalat dan thawaf.
Umar juga tidak takut menentang pamannya sendiri, Abu Jahal, seorang yang paling membenci Islam. Ia menemui Abu Jahal dan terang-terangan mengaku telah memeluk agama Islam, alasannya ialah ketegasannya itu, Umar menerima julukan “al Faruq” yang artinya pembeda antara yang baik dan yang buruk. Dengan ke Islaman Umar bin Khattab memepunyai imbas yang sangat besar bagi perkembangan dakwah Islam, baik saat di Mekkah maupun di Madinah.
Pengaruh Umar bin Khattab pada periode Mekkah antara lain sebagai berikut:
- Meningkatkan semangat dan keberanian umat Islam dalam berdakwah
- Umat Islam tidak takut menampakkan ke Islamannya di depan umum
- Islam semakin kokoh dan kuat. Setidaknya terlindung dari gangguan kaum Quraisy
Sedangkan kiprah Umar bin Khattab pada periode Madinah antara lain sebagai berikut:
- Tidak pernah ketinggalan dalam setiap peperangan besar, mislanya perang Badar, Uhud, Khandak, Tabuk, Hunaian dan lain-lain.
- Berani mengutarakan pendapat kepada nabi saw, sementara sahabat yang lain tidak berani. Misalnya saat Abdullah bin Ubay tokoh munafik meninggal dunia. Anak Abdullah memohon kepada nabi saw biar mayat ayahnya dishalatkan. Nabi saw setuju, tetapi segera ditentang oleh Umar. Dengan masukan Umar ini Allah swt menurunkan wahyu Q.S at Taubah ayat 84.
- Umar bin Khattab meminta biar nabi saw dan kaum muslimin dihentikan bermabuk-mabukkan dan minum arak. Usulan Umar itu disambut baik dengan turunya wahyu surat al Maidah ayat 90.
- Di kota Madinah, Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Utban bin Malik. Seperti halnya Abu Bakar, Umar juga ikut menggarap tanah subur di Madinah.
Ibnu Mas’ud menyatakan bahwa masuknya Umar bin Khattab ke dalam Islam merupakan pembukaan, hijranya merupakan suatu kemenangan dan kepemimpinannya ialah rahmat. Umar merupakan langsung yang tegas serta menyimpan sifat lembut dan perasa. Hatinya muda tersentuh hingga menangis terharu. Tak jarang para sahabat menyaksikan Umar menangis sesudah shalat alasannya ialah teringat dosa-dosanya pada masa jahiliyyah.
Demikian biografi Umar bin Khattab, salah satu sahabat terdekat nabi Muhammad saw dan merupakan khalifah kedua sesudah Abu Bakar Ash Shiddiq. Semoga dengan membaca biografi Umar bin Khattab ini kita senantiasa sanggup meneladani sifat-sifat dia dalam kehidupan sehari-hari, amin.
Sumber Refrensi:
- Kementrian Agama Republik Indonesia. 2014. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam; Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah X. Jakarta: kementrian Agama RI
- MGMP Guru PAI Madrasah Aliyah. 2018. Modul Hikmah; Membina Kreatifitas dan Prestasi Sejarah Kebudayaan Islam
Sumber http://nderesmaning.blogspot.com
√ Biografi Khulafaur Rasyidin (Ali Bin Abi Thalib)
✔
aku nyerah kyone
December 10, 2018
ALI BIN ABI THALIB
Ali bin Abi Thalib lahir pada hari jum’at tanggal 13 Rajab di kota Mekkah sekitar tahun 600 M. Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdul Muthalib dan Fatimah binti Asad. Ketika lahir, ibunya memberi nama Haidar yang berarti singa. Namun sang ayah lebih suka menamainya Ali yang artinya tinggi dan luhur. Abu Thalib ialah abang Abdullah, ayah nabi Muhammad saw. Kaprikornus Ali dan Muhammad ialah saudara sepupu.
Sejak kecil Ali hidup serumah dengan Muhammad saw, berada di bawah asuhannya. Nabi tentu saja ingat bahwa dia pernah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika dalam asuhan nabi saw, Ali menerima cahaya kebenaran yakni Islam. tanpa ragu sedikit pun ia menetapkan untuk menyatakan beriman kepada Allah dan Rasulnya. Keputusan ini dilakukan dikala Ali masih kecil, dikala umurnya gres 10 tahun. Secara keseluruhan, ia ialah orang ketiga yang memeluk Islam dan yang pertama dari golongan anak-anak. Inilah yang menyebabkan Ali bin Abi Thalib termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwalun.
Di bawah asuhan Rasulullah saw, Ali tumbuh berkembang. Segala kebaikan sikap diajarkan oleh nabi kepada sepupunya. Ali tumbuh menjadi perjaka cerdas, pemberani, tegas juga lembut hati dan sangat pemurah. Kecerdasannya sangat menonjol. Ia merupakan sahabat nabi yang paling paham perihal al Qur’an dan Sunnah. Ia mendapatkan pribadi pengajaran al Qur’an dan Sunnah dari Rasulullah saw. Setela hijrah ke Madinah, Ali bekerja sebagai petani, menyerupai Abu Bakar dan Umar. Dua tahun setelah hijrah, Ali menikah dengan Fatimah az Zahra, putri kesayangan Rasulullah saw. Dari ijab kabul inilah lahir dua cucu Rasulullah saw yang berjulukan Hasan dan Husain.
Perjuangan Ali bin Abi Thalib dalam membela agama Islam, sanggup dilihat dari kiprah Ali yang sangat besar, baik dikala berada di Mekkah maupun Madinah. Selama menyertai nabi saw, Ali bin Abi Thalib selalu menawarkan kesetiaan dan ketaatan dengan segala kesusahannya. Ketika nabi akan hijrah ke yatsrib, Ali ialah salah satu orang yang berperan penting dalam menyelamatkan jiwa rasulullah saw, dari kaum kafir Quraisy yang berencana membunuh beliau.
Rencana kaum kafir Quraisy itu disusun dengan matang, mislanya sebanyak tujuh kabilah mengirimkan wakil yang terhebat untuk melaksanakan kiprah mengahabisi nabi saw. Maka terkumpullah sebanyak 49 pemuda. Tujuh kabilah itu ialah Bani Syam, Bani Naufal, Bani Abdi Daan, Bani As-ad, Bani Makzum, Bani Sahn, dan Bani Jahm. Pada suatu malam yang telah ditentukan para perjaka di bawah pimpinan Abu Jahal segera mengepung rumah Rasulullah saw.
Nabi Muhammad saw mendengar planning pembunuhan yang akan dilakukan oleh kaum kafir Quraisy tersebut, sehingga dia ingin menyegerakan berhijrah ke Yatsrib atau Madinah. Sebelum berangkat, nabi saw membangunkan Ali kemudian diminta untuk menggantikan posisi tidur nabi saw. Tanpa membantah sedikitpun Ali bin Abi Thalib menjalankan perintah nabi saw, padahal taruhannya ialah nyawa. Setelah menyelimuti Ali, nabi saw meninggalkan rumah dan menuju rumah Abu Bakar untuk hijrah. Nabi risikonya sanggup keluar dari kepungan perjaka kafir yang akan membunuhnya dengan selamat. Itulah kesetiaan Ali bin Abi Thalib, perjaka yang rela mati demi keselamatan nabi saw.
Pada periode Madinah, kiprah Ali bin Abi Thalib semakin tampak dalam banyak sekali peristiwa, misalnya:
- Tidak pernah ketinggalan dalam banyak sekali perang besar bersama nabi saw. Ali ialah seorang perjaka yang gagah berani. Hal ini dibuktikan dikala dalam perang badar, pasukan kafir Quraisy menantang untuk perang tanding. Para tokoh Quraisy yang mewakili mereka ialah Utbah bin Rabiah, Saibah bin Rabiah dan Walid bin Utbah. Sedangkan dari kaum muslimin maju dengan gagah berani, yaitu Ali bin Abi Thalib, Hamzah paman nabi saw dan Ubaidillah bin Haris. Dalam perang tanding tersebut, Ali risikonya sanggup membunuh Walid bin Utbah. Sedangkan Hamzah sanggup menghabisi Saibah bin Rabiah
- Pada perang Uhud tahun 3 H, kembali Ali bin Abi Thalib menawarkan kegagahannya melawan tantangan para pemuka Quraisy. Seperti Amr bin Wadud yang perang tanding melawan Ali. Mereka semua risikonya tewas di tangan Ali, yaitu Thalhah bin Abi Thalhah, Usman dan As-ad
- Pada perang Khandak/parit tahun 5 H, keadaan pasukan Quraisy sudah hampir frustasi sehingga salah satu perjaka dari mereka yang berjulukan Amer menyebrangi parit untuk menantang kaum muslimin. Maka turunlah Ali bin Abi Thalib untuk menghadapi Amer dan sanggup membunuh lawannya yang sombong itu.
Sepeninggal nabi saw, Ali menjadi daerah para sahabat meminta pendapat. Begitu terhormat posisi Ali di mata umat Islam. bahkan Abu Bakar, Umar dan Usman dikala menjabat sebagai khalifah tidak perna mengabaikan nasehat-nasehat Ali. Meskipun tegas dan keras dalam setiap pertempuran, namun Ali mempunyai sifat penyayang yang luar biasa. Ali tak pernah membunuh lawan yang sudah tak berdaya.
Sama menyerupai pendahulunya, yaitu Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar dan Usman, khalifah Ali juga hidup sederhanan dan zuhud. Ia tid bahagia dengan kemewahan hidup. Ia bahkan menentang mereka yang hidup bermewah-mewahan. Dalam hidup keseharian, Ali hidup dengan bersahaja. Meskipun miskin, Ali tetap gemar bersedekah. Ali tidak segan-segan menyedekahkan masakan yang semestinya untuk keluarganya. Bahkan, Ali dan keluarganya tidak makan berhari-hari alasannya ialah masakan milik mereka diberikan kepada peminta-minta.
Melihat banyak sekali keutamaannya, tidaklah mengherankan bila khalifah Abu Bakar sering kali meminta pendapat Ali sebelum mengambil tindakan. Sebenarnya ia bahkan sempat berpikir untuk menunjuk Ali sebagai khalifah penggantinya. Namun alasannya ialah banyak sekali pertimbangan, maka Abu Bakar membatalkan niatnya menunjuk Alli sebagai khalifah. Ketika Umar menjabat sebagai khalifah, ia juga tak pernah mengabaikan saran-saran Ali. Umar bahkan memasukkan Ali sebagai salah satu calon khalifah sesudahnya. Ketika khalifah Usman memerintah, nasehat-nasehat Ali juga menjadi materi pertimbangan sebelum keputusan ditetapkan.
Disamping itu, Ali bin Abi Thalib merupakan seorang perwira yang tangkas, cerdas, tegas, teguh pendirian dan pemberani. Tak ada yang mencurigai keperwiraannya. Berkat keperwiraannya tersebut Ali menerima julukan Asadullah, yang berarti Singga Allah. Karena ketegasannya, ia tidak segan-segan mengganti pejabat gubernur yang tidak becus mengurusi kepentingan umat Islam. ia juga tidak segan- segan memerangi mereka yang melaksanakan pemberontakan.
Demikian biografi khalifah Ali bin Abi Thalib, supaya kita senantiasa sanggup mengambil ibrah/pelajaran dan yang terpenting supaya kita selalu sanggup meneladani sifat-sifat dia serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, amin.
Sumber Refrensi :
Sumber Refrensi :
- Kementrian Agama Republik Indonesia. 2014. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam; Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah X. Jakarta : Kementrian Agama RI
- MGMP PAI Madrasah Aliyah. 2018. Modul Hikmah; Membina Kreatifitas dan Prestasi; Sejarah Kebudayaan Islam kelas X
Sunday, December 9, 2018
√ Proses Terpilihnya Khulafaur Rasyidin
✔
aku nyerah kyone
December 09, 2018
A. ABU BAKAR ASH SHIDDIQ
Setelah Rasulullah saw wafat, kaum muslimin dihadapkan pada suatu problema yang berat, alasannya yakni nabi saw sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa-apa dan siapa yang akan menggantikan dia sebagai pemimpin umat. Suasana wafatnya Rasulullah saw tersebut menjadikan umat Islam dalam kebingungan. Hal ini alasannya yakni mereka sama sekali tidak siap kehilangan dia baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang mereka cintai.
Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan sahabat dari Anshar yang berkumpul di sebuah tempat yang berjulukan Saqifah Bani Sa’idah, sebuah tempat yang biasanya dipakai sebagai pertemuan dan musyawaroh penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar di Saqifah Bani Sa’idah tersebut dipimpin oleh seorang sahabat yang sangat bersahabat dengan Rasulullah saw, ia yakni Sa’ad bin Ubadah tokoh terkemuka Suku Khazraj.
Pada waktu Saad bin Ubadah mengajukan wacana dan gagasan wacana siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai pengganti Rasulullah saw, ia menyatakan bahwa kaum Anshar lah yang pantas memimpin kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa golongan Anshar lah yang telah banyak menolong nabi saw dan kaum muhajjirin dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir Quraisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui oleh para sahabat dari golongan Anshar.
Pada ketika beberapa tokoh Muhajjirin menyerupai Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah serta sahabat Muhajjirin yang lain mengetahui pertemuan orang-orang Anshar tersebut, mereka segera menuju ke Saqifah Bani Sa’idah. Dan pada ketika orang-orang Muhajjirin tiba di Saqifah Bani Sa’idah, kaum Anshar nyaris bersepakat untuk mengangkat dan membaiat Sa’ad bin Ubadah menjadi khalifah. Pada ketika itu, para Tokoh Muhajjirin yang datang, juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Sa’ad bin Ubadah. Namun kaum Muhajjirin yang diwakili oleh Abu Bakar menolaknya dengan tegas untuk membaiat Sa’ad bin Ubadah.
Abu Bakar menyampaikan pada golongan Anshar bahwa jabatan khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajjirin. Alasan Abu Bakar yakni merekalah yang lebih dulu memeluk agama Islam. kaum Muhajjirin dengan usaha yang berat selama 13 tahun menyertai nabi saw dan membantunya mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum kafir Quraisy di Mekkah. Dengan proposal Abu Bakar R.A golongan Anshar tidak sanggup membantahnya.
Kaum Anshar menyadari dan ingat, bagaimana keadaan mereka sebelum nabi saw dan para sahabatnya dari Mekkah mengajak masuk Islam, bukanlah diantara mereka sering terlibat perang saudara yang berlarut-larut. Dan dari sisi kualitas tentu saja para sahabat Muhajjirin yakni manusia-manusia terbaik dan yang pantas menggantikan kedudukan nabi saw dan menjadi khalifah untuk memimpin kaum muslimin. Pada ketika yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang Muhajjirin disampingnya yang dikenal sangat bersahabat dengan nabi saw, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan biar menentukan satu diantara keduanya untuk menjadi khalifah. Demikian kata Abu Bakar sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah.
Sebelum kaum Anshar merespon proposal Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah justru menolaknya. Dan keduanya justru balik menunjuk dan menentukan Abu Bakar. Secara cepat dan tegas Umar mengayungkan tangannya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar dan membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan oleh Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Dan kesudahannya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar kecuali Sa’ad bin Ubadah. Hal ini bersumber dari riwayat Bukhori Juz 4, halaman 194 yang kurang lebih terjemahnya sebagai berikut:
“Perawi berkata, “ sahabat-sahabat Anshar berkumpul kepada Sa’ad bin Ubadah di bangsal Bani Sa’idah, kemudian mereka berkata, “ dari kami ada seorang pemimpin dan dari kalian ada seorang pemimpin”. Kemudian berangkatlah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah kepada mereka, kemudian Umar berbicara, kemudian disuruh membisu oleh Abu Bakar. Umar berkata, “Demi Allah, saya tidak menghendaki hal itu, tetapi saya telah mempersiapkan satu pembicaraan yang menakjubkan dariku, yang saya khawatirkan tidak disampaikan oleh Abu Bakar”. Kemudian Abu Bakar berbicara dengan pembicaraan yang sangat tegas. Perkataan dia adalah, “ kami yakni pemimpin pemerintah, sedangkan kalian yakni pembantu (menteri-menteri)”. Lalu Hubab bin Mundzir berkata, “Tidak, demi Allah, kami tida akan melalukan, dari kami ada seorang pemimpin dan dari kau seorang pemimpin”. Abu Bakar berkata, “tidak, tetapi kamilah pemimpin pemerintahan, sedangkan kalian sebagai pembantu (menteri-menteri). Mereka (Suku Quraisy) yakni bangsa Arab yang paling tengah tempat tinggalnya dan yang paling murni keturunan Arabnya. Maka berjanji setialah kalian kepada Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah”. Umar berkata, “Bahkan kami berjanji setia kepadamu (wahai Abu Bakar). Engkau yakni pemimpin kami, orang yang terbaik diantara kami dan paling dicintai oleh Rasulullah saw diantara kami”. Lalu Umar menjabat tangannya dan berjanji setia kepadanya, kemudian orang-orang pun berjanji setia kepadanya. Ada seorang berkata, “Kalian membinasakan Sa’ad bin Ubadah”. Maka Umar berkata, “Semoga Allah membinasakannya”.(HR. Bukhori juz 4, hal 194).
Keesokan harinya, baiat terhadap Abu Bakar secara umum dilakukan untuk umat muslim di Madinah dan dalam pembaiatannya tersebut, Abu Bakar berpidato sebagai berikut:
“Saudara-saudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya bukanlah orang terbaik diantara kalian. Jika saya berlaku baik, bantulah saya. Kebenaran yakni suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah saya selama saya taat kepada Alla dan Rasul-Nya. Tetapi bila saya melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka gugurlah ketaatanmu kepada saya.”
B. UMAR BIN KHATTAB AL FARUQ
Pada tahun 634 Masehi, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukkan Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Ketika itulah, Abu Bakar berfikir untuk menunjuk satu orang penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin Khattab. Pandangannya yang jauh menciptakan Abu Bakar yakin bahwa Umarlah pemimpin yang sempurna untuk menggantikannya.
Namun demikian, sebelum menentukan orang yang akn menjdai penggantinya, Abu Bakar terlebih dahulu meminta evaluasi dari para sahabat besar mengenai Umar. Ia bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asin bin Hudlair al anshari, Said bin Zaid dan para sahabat lain dari kalangan Muhajjirin dan Anshar. Pada umumnya para sahabat itu memuji dan menyanjung Umar bin Khattab.
Setelah semua sepakat mengenai Umar, Khalifah Abu Bakar lantas memanggil Usman. Kepada Usman, Abu Bakar mendikte sebuah teks perintah yang menunjuk Umar sebagai penggantinya. Isi teks tersebut sebagai berikut:
“Bismillahirrahmanirrahim”. Ini yakni pernyataan Abu Bakar, khalifa penerus kepemimpinan Muhammad Rasulullah saw. Saat mengakhiri kehidupannya di dunia dan ketika memulai kehidupannya di akhirat. Dalam keadaan dipercayai oleh orang kafir dan ditakuti oleh orang durhaka, bergotong-royong saya mengangkat Umar bin Khattab sebagai pemimpin kalian. Bahwasanya ia yakni orang baik dan adil, sejauh pengetahuan dan evaluasi diriku tentangnya. Bilamana di kemudian seorang pendurhaka dan zalim, bergotong-royong saya tidak pernah tahu akan hal yang bersifat gaib. Sungguh saya bermaksud baik dan segala sesuatu bergantung pada apa yang dilakukan. Dan orang zalim kelak akan mengetahui tempat mereka kembali”.
Maka demikianlah kaum muslimin pada tahun 634 M (13 H) membaiat Umar sebagai khalifah. Setela dibaiat, Umar naik ke mimbar dan berpidato sebagai berikut:
“Kalau bukan alasannya yakni harapanku untuk menjadi yang terbaik diantara kamu, yang terkuat atas kau dan yang paling sadar akan apa yang “wahai manusia, saya tela ditetapkan berkuasa atas kamu. Namun penting dalam menangani urusanmu, saya tidak akan mendapatkan amanat darimu. Cukuplah suka dan murung bagi Umar menunggu perhitungan untuk pertanggungjawaban mengenai zakatmu, bagaimana saya menarinya darimu dan bagaimana saya menyalurkannya dan caraku memerintahmu, bagaimana saya harus memerintah. Hanya Tuhanku yang menjadi penolongku, alasannya yakni Umar tidak akan sanggup menyadarkan pada kekuasaan ataupun taktik yang cerdas, kecuali jikalau Tuhan mempercepat rahmat, pertolongan dan santunan kepada orang yang didukungnya.”
C. USMAN BIN AFFAN DZUN NURAIN
Pada hari Rabu waktu Shubuh, tanggal 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar yang hendak mengimami shlat di masjid mengalami nasib naas. Beliau ditikam oleh seorang budak dari Persia milik Mughirah bin Syu’bah yang berjulukan Abu Lu’luah Fairuz. Setelah penikaman, Umar masih bertahan selama beberapa hari. Dlam keadaan sakit, ia membentuk sebuah dewan yang beranggotakan enam orang, antara lain Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abi Thalib dan Usman bin Affan. Dewan inilah yang dikenal dengan sebutan Dewan Syuro. Keenam anggota Dewan Syuro yakni para sahabat nabi saw paling terkemuka yang masih hidup pada waktu itu. Mereka semua harus bersidang untuk menentukan siapa diantara mereka yang menggantikan kedudukan Umar bin Khattab sebagai khalifah.
Sebenarnya masih ada satu orang lagi yang dianggap memiliki kedudukan tinggi pada ketika itu yaitu Abdullah bin Umar, putra khalifah sendiri. Tetapi, khalifah Umar bin Khattab tidak menghendaki putranya disertakan sebagai anggota dewan syuro alasannya yakni dengan ikutnya sang putra kemungkinan besar akan menggantikan kedudukan sebagai khalifah, padahal dia tidak berharap Abdullah bin Umar menjadi penguasa setelahnya. Selain itu juga akan menjadikan kesalahpahaman umat Islam bahwa khalifah Umar bin Khattab telah menyiapkan putera mahkota.
Dewan yang dibuat tersebut diketuai oleh Abdurrahman bin Auf. Tugas utama dewan tersebut yakni menentukan salah seorang diantara mereka untuk menggantikan khalifah Umar bin Khattab. Adapun pelaksanaan pemilihan dengan cara musywarah untuk mencapai mufakat dan sangat demokratis. Apabila dalam pemilihan terjadi bunyi seimbang, maka keputusan terakhir ada pada ketua.
Sepeninggal Umar bin Khattab, Dewan Syuro memulai bersidang untuk menentukan siapa pengganti Umar. Sidang berjalan alot sehingga selama tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang tersisa yakni Ali bin Abi Thalib dan Usman bin Affan. Usia Usman bin Affan pada ketika itu menginjak 70 tahun. Atas pertimbangan usia inilah, Usman bin Affan terpilih dan dibaiat menjadi khalifah pengganti khaifah Umar bin Khattab. Setelah dibaiat, Usman bin Affan berpidato sebagai berikut:
“Sesungguhnya kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat mungkin kepada kebaikan sebelum selesai hidup tiba menjemput. Sungguh selesai hidup tidak pernah sungkan tiba sembarangan waktu dan keadaan baik siang maupun malam. Ingatlah bergotong-royong dunia penuh dengan tipu daya. Jangan kalian terperdaya oleh kemilau dunia dan janganlah kalian sekali-kali melaksanakan kebijaksanaan kancil kepada Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian.”
D. ALI BIN ABI THALIB ASADULLAH
Menjelang berakhirnya kepemimpinan khalifah Usman bin Affan tersebar fitnah keji di tengah-tengah kaum muslimin di daerah-daerah kekuasaan Islam, khususnya di Basrah, Mesir dan Kuffah. Fitnah yang sangat keji itu dibawa oleh orang-orang munafik yang dimotori oleh Abdullah bin Saba. Dia merupakan orang Yaudi yang berpura-pura masuk Islam. upaya Abdullah bin Saba’ ternyata membuahkan hasil. Banyak kaum muslimin yang terpengaruh hasutan itu untuk mengadakan pemberontakan dan memaksa khalifah Usman bin Affan biar mundur sebagai khalifah.
Keadaan menjadi kacau dan posisi khalifah Usman bin Affan sangat terjepit, tetapi dia tetap menolak untuk dikawal secara khusus sebagaimana permintaan para sahabanya. Para pemberontak semakin bergelombang dan kesudahannya sanggup menyerbu kediaman khalifah Usman bin Affan. Pada ketika kaum pemberontak mengepung rumah khalifah Usman Affan , Ali mengutus dua putra lelakinya yang berjulukan Hasan dan Husain untuk melindungi khalifah Usman. Namun hal itu tak bisa mencegah tragedi yang menimpa khalifah Usman dan juga kaum muslimin. Khalifah Usman terbunuh pada tanggal 17 Juni 656 M.
Beberapa sahabat terkemuka menyerupai Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah, ingin membaiat Ali sebagai khalifah. Mereka memandang bahwa dialah yang pantas dan berhak menjadi seorang khalifah. Namun Ali belum mengambil tindkan apapun. Keadaan begitu kacau dan mengkhawatirkan sehingga Ali pun ragu-ragu untuk menciptakan sutau keputusan dan tindakan. Setelah terus didesak, Ali ahirnya bersedia dibaiat menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni 656 M, yang bertempat di masjid Nabawi. Pembaiatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah mengakibatkan semakin banyak santunan yang mengalir.
Demikian proses terpilihnya khulafaur rasyidin mulai dari khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin ABi Thalib. Berdasarkan pemaparan di atas sanggup diambil kesimpulan sebagai berikut:
- Abu Bakar terpilih secara aklamasi sesudah terjadi diskusi dan perdebatan antara kaum Anshar dan kaum Muhajjirin dalam pertemuan Saqifah Bani Sa’idah (Balai pertemuan di Madinah). Pertemuan tersebut sanggup dinamakan sebagai “Muktamar politik” yang didalamnya terjadi diskusi yang sesuai dengan cara-cara modern.
- Untuk periode berikutnya, Umar bin Khattab dicalonkan oleh Abu Bakar As shiddiq sesudah ia mengadakan musyawaroh dan konsultasi dengan beberapa sahabat utama dan menyampaikannya kepada umat Islam yang berkumpul di masjid nabawi. Pencalonan tersebut menerima persetujuan mutlak dari kaum muslimin. Kemudian persetujuan tersebut dibuat dalam bentuk tertulis yang ditulis oleh Usman bin Affan. Berdasarkan surat pengangkatan tersebut, sesudah Abu Bakar wafat, Umar dibaiat oleh kaum muslimin sebagai pengganti Abu Bakar di masjid Nabawi.
- Selanjutnya Usman bin Affan dipilih oleh Dewan Syuro atau formatur yang dibuat oleh Umar bin Khattab yang beranggotakan enam sahabat utama; Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abi Thalib dan Usman bin Affan. Yang bertugas menentukan salah seorang diantara mereka. Dari sidang dewan syuro inilah kemudian terpilih Usman bin Affan sebagai khalifah menggantikan khalifah Umar bin Khattab. Pemilihan khalifah Usman ini didasarkan pada pertimbangan usia yang telah menginjak 70 tahun
- Ali bin Abi Thalib dipilih sesudah khalifah Usman bin Affan terbunuh. Pembaitan Ali sebagai khalifah menggantikan khalifah Usman bin Affan atas keinginan beberapa sahabat terkemuka menyerupai Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah, yang kemudian menerima santunan dari sebagian besar kaum muslimin.
Sumber Refrensi :
- Ensiklopedi Islam; Volume 3. Tahun 2002
- Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam ; Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 kelas X. Tahun 2014 : Kementrian Agama Republik Indonesia
- Modul Hikmah; Membina Kreatifitas dan Prestasi; Sejarah Kebudayaan Islam kelas X. Tahun 2018 : MGMP Guru PAI Madrasah Aliya
Sumber http://nderesmaning.blogspot.com
Subscribe to:
Posts (Atom)