Uji validitas dan reliabilitas – Kunci keberhasilan dari penulisan sebuah kiprah simpulan terletak dari pemahaman mengenai metode penelitian, dan kerjakan.
Banyak yang menganggap skripsi atau tesis niscaya susah, mesti ada metode analisisnya/ angket/kuesioner/ harus run data/dll.
Memang benar, dan itu penting semoga hasil penelitian bukan hanya sekedar goresan pena dan tetap ilmiah.
Baca juga:
- Apa itu statistik inferensia?
- Mengapa data begitu penting?
- Indeks Pembangunan Manusia (IPM): Rumus & Cara Hitung
- 20 daftar perguruan tinggi tinggi kedinasan di Indonesai
Daftar Isi
Uji Validitas dan Reliabilitas
Pertanyaan yang sering saya temui dalam berdiskusi dengan teman-teman yang sedang menyusun penelitian khususnya di bidang sosial, yaitu uji validitas dan reliabilitas.
Apakah uji validitas dan reliabilitas merupakan syarat wajib?
Jawaban dari pertanyaan tersebut yaitu wajib kalau memakai instrumen penelitian.
Guna melihat kelayakan dan keakurasian alat instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel dari objek yang diteliti.
Pertanyaan lanjutannya adalah, apakah kalau memakai instrumen penelitian yang sudah pernah digunakan orang lain dalam penelitiannya tetap dilakukan uji validitas dan reliabilitas?
Sebelum menjawab sebaiknya kita mengambil sebuah contoh.
Misalkan berikut ini pola penelitian fiktif dengan variabel fiktif.
Sebuah literatur menyampaikan bahwa indikator kesejahteraan rumah tangga pada tahun 2000 di kabupaten Lumajang yaitu sebagai berikut.
Variabel dan indikator kemiskinan
*Variabel dan indikator tidak teruji (fiktif)
Anggaplah variabel fiktif di atas merupakan variabel yang kita gunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan di Kabupaten Lumajang pada tahun 2000.
Di tahun 2015 kita akan melaksanakan pengujian yang sama di Kabupaten Purwokerto.
Melihat variabel diatas beserta indikatornya apakah berdasarkan anda masih relevan digunakan di tahun 2015?
Tentu saja tidak.
Coba Perhatikan dan ingat kembali bahwa di tahun 2000 rumah tangga yang memakai telepon seluler secara kasat mata sanggup dilihat bahwa hanya rumah tangga yang tergolong menengah ke atas.
Lalu bagaimana perbedaannya dengan sekarang?
Tentu saja indikator telepon seluler sudah tidak relevan lagi untuk digunakan dalam variabel kepemilikan aset dan perabot rumah tangga.
Mungkin demikian juga dengan televisi.
Namun untuk membuktikannya dengan niscaya apakah valid dan realibel, disinilah uji validitas dan realibilitas dibutuhkan.
Agar secara ilmiah dan beralasan bahwa instrumen yang pernah digunakan orang lain dalam penelitiannya masih bisa digunakan dalam penelitian anda.
Contoh diatas memperlihatkan kita klarifikasi yang cukup bahwa dalam melaksanakan pengujian variabel variabel laten atau variabel kualitatif kuncinya terletak pada layak tidaknya instrumen yang digunakan.
Sebagai citra singkat, bahwa kita sangat tidak seharusnya mengukur berat 1 karung beras memakai timbangan emas. Meskipun timbangan tersebut bisa digunakan untuk mengukur berat.
Begitu juga kalau panjang Jalan Trans Papua di ukur dengan memakai penggaris.
Meskipun sama-sama merupakan alat ukur yang bisa digunakan mengukur berat dan panjang tetapi kenyataannya tidak seharusnya. Mengapa tidak memakai alat ukur yang semestinya?
Jadi instrumen yang akan kita gunakan harus memenuhi kriteria lulus uji validitas dan reliabilitas.
Artinya tidak semata-mata hanya mempertimbangkan aspek sanggup mengukur tetapi juga aspek layak untuk digunakan mengukur.
Untuk itu perlu dipahami apa yang dimaksud dengan uji validitas dan reliabilitas semoga bisa kita gunakan semestinya.
Uji validitas
Uji validitas merupakan keadaan yang menggambarkan apakah instrumen yang yang kita gunakan bisa mengukur apa yang akan kita ukur.
Hasil yang diperoleh dari uji validitas yaitu suatu instrumen yang valid atau sah.
Tingkat validitas yang tinggi yaitu yang terbaik.
Sebaliknya suatu instrumen yang mempunyai validitas rendah merupakan instrumen yang kurang baik atau tidak direkomendasikan bahkan sebaiknya dikeluarkan dari kelompok indikator.
Terdapat dua macam validitas yang perlu kita ketahui sebelum melaksanakan uji validitas yaitu validitas eksternal (validitas kriteria) dan validitas internal (teori).
a. Validitas Eksternal
Validitas eksternal merupakan validitas yang dilihat berdasarkan hubungan dengan kategori tertentu. Tinggi-rendahnya koefisien validitas instrumen bergantung pada hasil perhitungan koefisien korelasi
Validitas kriteria dibagi menjadi dua yaitu validitas banding dan validitas ramal.
Koefisien hubungan merupakan penentu yang memilih tinggi rendahnya koefisien validitas.
Untuk itu kita harus memahami formulasi koefisien korelasi.
Masih ingatkah koefisien korelasi? Bagaimana bentuk rumusnya?
Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung hubungan antara masing-masing pernyataan/ indikator dengan skor total memakai hubungan Product Moment(r).
Rumus hubungan Product Moment (Pearson ) yang dilambangkan dengan r , dapat dituliskan sebagai berikut:
\( r_{xy}=\frac {\sum xy} {\sqrt {\left( \sum x^{2}\right) \left( \sum y^{2}\right) }}\)
Dimana,
\(x=X-\overline {X}=\) dan
\(y=Y-\overline {Y}=\), sehingga
\(r_{xy}=\frac {n\left( \sum xy\right) -\left( \sum x \sum y\right) } {\sqrt {\left[ n\sum x^{2}-\left( \sum x\right) ^{2}\right] \left[ n\sum y^{2}-\left( \sum y\right) ^{2}\right] }}\)
dimana;
\(r_{xy}=\) koefisien korelasi
\(n=\) jumlah sampel
\(x=\) Cari kawasan pernyataan
\(y=\) skor total item pernyataan
\(\sum x=\) jumlah skor item pernyataan
\(\sum y=\) jumlah skor total item ternyata
\(\sum xy=\) jumlah perkalian x dan y
b. Validitas teoritik/ Internal
Keadaan dimana instrumen penelitian yang digunakan mempunyai kesesuaian antara item-item atau butir-butir pertanyaan dengan instrumen secara keseluruhan.
Artinya butir-butir pertanyaan tidak menanyakan hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan tujuan instrumen penelitian.
Validitas teoritik/Internal terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Validitas butir/isi (Content)
Validitas isi memperlihatkan sejauhmana butir pertanyaan dalam suatu tes atau instrumen bisa mewakili secara keseluruhan dan proporsional terhadap sikap sampel yang dikenai tes tersebut\(^{1}\).
Artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila item atau butir-butir pertanyaan yang membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari tujuan dan fungsi instrumen.
langkah-langkah pengujian validitas isi:
- Lakukan perhitungan hubungan setiap butir (item) instrumen dengan skor total (corrected item-total correlation).
- Lakukan perbandingan nilai hubungan yang diperoleh dengan tabel r dengan tingkat signifikansi (α) dan derajat bebas sebesar N-2.
- Pengambilan keputusan
– Jika r hitung (baik manual maupun dari output SPSS) > r tabel, item tersebut valid
– Jika r hitung (baik manual maupun dari output SPSS) < r tabel atau r bernilai negatif, maka item tersebut dikatakan tidak valid - Jika memakai SPSS, butir-butir (item) yang tidak valid perlu dikeluarkan dari kelompoknya (dibuang) dan pengujian diulang untuk butir-butir yang valid saja.
- Apabila seteleh mengeluarkan butir yang tidak valid dan masih ditemukan butir yang belum valid sehabis dilakukan run maka proses eliminasi butir yang tidak valid terus dilakukan hingga semua butir valid. Semakin banyak pengulangan maka item yang menyusut semakin banyak
- Hipotesis yang digunakan :\(H_{0}\) = butir pertanyaan berkorelasi positif dengan skor total\(H_{1}\)= butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan skor total
2. Validitas kriteria (Criterion-Related Validity)
Validitas kriterion ditentukan dengan membandingkan skor-skor test dengan kinerja tertentu pada sebuah ukuran luar\(^{2}\).
Ukuran luar ini seharusnya mempunyai hubungan teoritis dengan variabel yang mestinya diukur.
Misalkan pengukuran yang dilakukan diwaktu yang sama (Concurrent validity).
Concurrent validity mengacu pada pengukuran-pengukuran yang diambil pada waktu yang sama atau lebih kurang sama.
3. Validitas konstruk
Validitas konstruk yaitu validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes bisa mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan\(^{3}\).
Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep.
Variabel konsep baik yang sifatnya performansi tipikal menyerupai instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain.
Variabel konsep juga sanggup digunakan untuk mengukur yang sifatnya performansi maksimum menyerupai instrumen untuk mengukur talenta (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain.
Prosedurnya tes validitas konstruk dipengaruhi oleh faktor tertentu yang mempunyai muatan faktor (factor loading) yang tinggi.
Butir (item) pernyataan atau pertanyaan dikatakan valid kalau r hitung > r tabel.
Hipotesis:
\(H_{0}\): Pernyataan tidak mengukur aspek yang sama
\(H_{1}\): Pernyataan mengukur aspek yang sama
Perlu diperhatikan bahwa item item atau indikator-indikator di dalam suatu variabel dihentikan terlalu sedikit.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa minimal ada 3 indikator atau item yang menyusun suatu variabel atau dimensi.
Apabila koefisien hubungan item total atau koefisien hubungan dari keseluruhan indikator-indikator itu dihitung pada item-item yang terlalu sedikit maka sangat mungkin diperoleh koefisien hubungan item-total yang overestimate.
Overestimate artinya hasil yang diperoleh lebih tinggi daripada yang sebenarnya.
Kategori Validitas
Secara keseluruhan suatu instrumen akan dikatakan valid apabila memenuhi nilai sebagai berikut:
referensi\(^{4}\)
Uji Realibilitas
Untuk mengukur sesuatu seharusnya diharapkan alat ukur yang paling tidak mempunyai tingkat perubahan yang kecil dari waktu ke waktu.
Reliabilitas diartikan indeks yang memperlihatkan sejauh mana suatu alat pengukur sanggup dipercaya atau sanggup diandalkan\(^{5}\).
Misalkan menyerupai pola kasus kemiskinan diatas, salah satu indikator yang mempunyai perubahan yang sedikit, kemungkinan besar yaitu “konsumsi karbohidrat”. Indikator ini masih mungkin tetap sanggup digunakan hingga dikala ini.
Sedangkan indikator “kepemilikan telepon seluler” mungkin sudah tidak relevan lagi kalau dijadikan indikator. Alasannya yaitu alat komunikasi sudah menjadi kebutuhan primer, dan termasuk murah dikala ini.
Note: saya menyampaikan mungkin alasannya yaitu belum dilakukan pengujian.
Uji realibilitas dibagi menjadi 2 yaitu Realibilitas Eksternal dan Realibilitas Internal.
1. Realibilitas Eksternal
Realibilitas Eksternal dibagi lagi menjadi dua tehnik yaitu :
a. Teknik Paralel
Umumnya peneliti melaksanakan penyusunan dua instrumen, keduanya diuji-cobakan pada sekelompok responden (responden mengerjakan dua kali) kemudian akhirnya dikorelasikan dengan hubungan product momen.
Teknik ini sering juga disebut sebagai teknik double test double trial.
b. Teknik Pengulangan (ulang)
Peneliti perlu menyususn satu instrumen yang diujikan pada sekelompok responden.
Selanjutnya pada waktu yang lain instrumen tersebut diberikan kepada kelompok semula untuk dikerjakan lagi.
Kemudian hasil dari dua kali pengerjaan tersebut dikorelasikan.
Dengan memakai teknik ini, peneliti memakai satu tes tetapi dilaksanakan dua kali uji coba, disebut juga teknik single test double trial.
2. Realibilitas Internal
Reliabiltas internal merupakan pengujian yang dilakukan cukup satu kali.
Terdapat beberapa teknik mencari reliabilitas, yang mana pemilihan teknik tersebut dbergantung pada sifat atau karakteristik data.
Relibilitas internal dibagi menjadi 7 metode, metode ini cukup untuk dipahami saja.
Karena secara pengerjaan kita akan jauh lebih banyak memakai SPSS, yang hanya memasukkan data, run, dan interpretasi.
a. Metode Spearman-Brown
Reliabilitas dengan Tehnik Spearman-Brown hanya dilakukan dengan melibatkan butir-butir pertanyaan yang terbukti valid yang sudah melalui uji validitas.
Syarat Tehnik Spearman-Brown:
- Data yang digunakan dalam instumen yaitu berupa skor 1 dan 0
- Jumlah butir pertanyaan harus genap
Langkah:
Kelompokkan skor-skor menjadi dua berdasarkan pecahan bab soal, baik ganjil-genap maupun awal-akhir
Rumus Spearman-Brown :
\(r_{11}=\frac{2\times r_{\frac {1}{2}\frac{1}{2}}}{\left (1+r_{\frac{1}{2}\frac{1}{2}} \right)}\)
Dimana:
\(r_{11}\)= Merupakan reliabilitas instrumen
\(r_{\frac{1}{2}\frac{1}{2}}\)= Merupaka indeks hubungan diantara dua pecahan instrumen
b. Metode Flanagan
Syarat Tehnik Flanagan:
- Data yang digunakan merupakan instrumen dengan skor 1 dan 0
- Jumlah butir pertanyaan genap
Langkah: skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan pecahan bab soal, baik ganjil-genap maupun awal-akhir
Rumus Tehnik Flanagan:
\(r_{11}=2 \times \left (1-\frac {V_{1}+V_{2}}{V_{t}}\right) \)
Keterangan:
\(r_{11}\) = reliabilitas instrumen
\(V_{1}\) = varians pecahan pertama
\(V_{2}\) = varians pecahan kedua
\(V_{t}\)= varians skor total
c. Metode Rulon
Syarat :
- Data yang digunakan merupakan instrumen dengan skor 1 dan 0
- Jumlah butir pertanyaan genap
Langkah:
Skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan pecahan bab soal, baik ganjil-genap maupun awal-akhir
Rumus:
\(r_{11}= 1-\frac {V_{d}}{V_{t}} \)
Keterangan:
\(r_{11}\) = reliabilitas instrumen
\(V_{d}\) = varians beda
\(V_{t}\)= varians skor total
\(d\)= skor pada pecahan awal dikurangi dengan skor pada pecahan akhir
Persyaratan utama pada model belah dua adalah:
- Banyaknya butir pertanyaan pada instrumen harus genap semoga bisa dibelah
- Harus seimbang antara pecahan pertama dan pecahan kedua. (untuk lebih terperinci baca buku Suharsimi Arikunto)
d. Metode K-R 20
Syarat :
- Data yang digunakan merupakan instrumen dengan skor 1 dan 0
- Digunakan apabila peneliti mempunyai instrumen dengan butir pertanyaan yang valid ganjil
Rumus:
\(r_{11}=\left( \frac {k} {k-1}\right) \left( \frac {V_{t}-\sum pq} {V_{t}}\right)\)
Keterangan:
\(r_{11}\) = reliabilitas instrumen
\(V_{t}\) = varians skor total
k = banyaknya butir pertanyaan
p = proporsi subyek yang menerima skor 1
q = proporsi subyek yang menerima skor 0
e. Metode K-R 21
Syarat : data yang digunakan merupakan instrumen dengan skor 1 dan 0
Rumus:
\(r_{11}=\left( \frac {k} {k-1}\right) \left( 1-\frac {M\left( k-M\right) } {kV_{1}}\right)\)
Keterangan :
\(r_{11}\) = reliabilitas instrumen
\(V_{t}\) = varians skor total
k = banyaknya butir pertanyaan
M = skor rata-rata
f. Metode Hoyt
Syarat : data yang digunakan merupakan instrumen dengan skor 1 dan 0
Rumus:
\(r_{11}=1-\frac {V_{s}} {V_{t}} atau\frac {r_{11}=V_{r}-V_{s}} {V_{s}}\)
keterangan:
\(r_{11}\) = reliabilitas instrumen
\(V_{t}\) = varians skor total
\(V_{s}\)= varians sisa
g. Metode Alpha
Syarat:
Digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, contohnya angket atau soal uraian
Rumus:
\(r_{11}=\left[ \frac {k} {\left( k-1\right) }\right] \left[ 1-\frac {\sum \sigma _{b}^{2}} {\sigma _{t}^{2}}\right]\)
Keterangan:
\(r_{11}\)= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
\(\sum \sigma _{b}^{2}\) = jumlah varians butir
\(\sigma _{t}\) = varians total
Kategori Uji Realibilitas
Secara keseluruhan, uji relibilitas harus memenuhi ukuran tertentu ( passing grade) dimana nilai tersebut bisa dikatakan cukup realibel.
Rangkuman
- Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya.
- Reliabilitas diartikan indeks yang memperlihatkan sejauh mana suatu alat pengukur sanggup dipercaya atau sanggup dipercaya dalam hal mengukur apa yang akan diukur.
- Uji Validitas dan Realibilitas wajib hukumnya untuk penelitian yang mengguakan instrumen penelitian. Gunanya untuk melihat kelayakan sesuai poin 1 dan 2.
- Valid atau realibel suatu instrumen ditentukan melalui pengujian dan didasarkan pada standar nilai kategori validitas dan realibilitas diatas.
Untuk Contoh Kasus dan klarifikasi tambahan:
Silahkan baca kolom komentar untuk menambah wawasan
Demikian artikel ini semoga sanggup membantu dalam menuntaskan kiprah simpulan anda.
saya sebagai kontributor mohon maaf kalau ada kekeliruan dalam goresan pena ini, saya berharap ada masukan atas kesalahan saya. Terima kasih.
Daftar Pustaka:
\(^{1}\)Gregory (2000)
\(^{2}\)Gary Groth-Marnat, (2009)
\(^{3}\)Djaali dan Pudji (2008)
\(^{4}\)Guilford (1956, h.145)
Sumber https://statmat.id