Wednesday, July 26, 2017

√ Haruskah Konsep Dan Definisi Sama Di Setiap Survei?


Survei untuk Menduga Parameter Populasi,sumber foto: http://www.marketing.co.id/survei-pelanggan-lima-hal-yang-harus-anda-tahu-bagian-1/

Konsep dan definisi merupakan elemen penting dalam pelaksanaan survei. Tanpa konsep dan definisi, tentu data akan amburadul lantaran tidak ada batasan-batasan konsep definisi.

Dalam membangun konsep dan definisi, kita perlu memerhatikan aspek keseragaman. Apalagi jikalau tujuan survei berbeda-beda. Kesamaan konsep dan definisi nantinya akan menjadikan data yang dihasilkan sejumlah survei sanggup diintegrasikan, utamanya soal aspek analisisnya.

Yang menjadi hambatan dalam survei yaitu saat sebuah survei mempunyai konsep dan definisi yang berbeda. Sebagai pola sederhana soal konsep dan definisi Anggota Rumah Tangga (ART) saja.

Survei A mempunyai definisi bahwa ART yaitu orang yang biasa tinggal dalam sebuah keluarga dan kesehariannya makan satu dapur.

Survei B beda lagi, misalkan tamu yang menginap semalam merupakan ART meski beliau tidak biasa tinggal bersama dalam keluarga.

Ini sedikit banyak akan disalahpahami oleh pengguna data. Terlebih ia tak mempunyai gosip mengenai konsep dam definisi pada masing-masing survei soal yang disebut ART. Ia akan 'hanyut' dalam kesesatan pemahaman akhir memakai data sekunder.

Kalaupun dipisah, tentu akan sangat sukar ia lakukan. Boleh jadi, ia harus menghitung ulang raw data (data mentahannya). Di sinilah letak pentingnya penyeragaman konsep dan definisi dalam setiap survei. Kita lebih 'mampu' melindungi bias analisis yang dilakukan oleh pengguna data sebagai imbas kesalahpahaman wacana konsep dan definisi ART.

Betapa banyak penggunaan data sekunder yang 'kurang baik' untuk dijadikan model analisis. Adanya kesalahan implisit penggunaan data sekunder bisa jadi relatif lebih besar ketimbang data primer.

Rata-rata jumlah ART per rumah tangga hasil survei A kemungkinan besar lebih sedikit daripada hasil survei B. Jika di dalam survei A dan B masing memuat gosip yang sama dan dianalisis tentu menjadikan masalah. Lebih-lebih unit analisisnya juga sama. Pengguna data kita asumsikan tidak mengetahui gosip ini sehingga kiprah kita yaitu bagaimana terjalin konsistensi konsep dan definisi di setiap survei untuk karakteristik yang sama.(*)

Sumber http://www.ngobrolstatistik.com/