Sunday, July 23, 2017

√ Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas /Ptk

AsikBelajar.Com | Beberapa pendapat wacana karakteristik PTK berdasarkan andal yang kami ambil dari aneka macam sumber. Inilah hasil kumpulan pendapat wacana karakteristik PTK tersebut.


Pertama diambil dari http://zulfaidah-indriana[dot]blogspot[dot]com bahwa PTK mempunyai karakterlistik tersendiri sebagai pembeda dengan penelitian-penelitian lainya. Adapun beberapa abjad tersebut adalah:

1. PTK hanya dilakukan oleh guru yang memahami bahwa proses pembelajaran perlu diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya untuk menawarkan tindakan-tindakan tertentu untuk membenahi duduk kasus dalam proses pembelajaran dengan cara melaksanakan kolaborasi. Menurut Usman (dalam Daryanto,2011:2) guru dengan kompetensi tinggi merupakan seorang yang mempunyai kemampuan dan keahlian serta keterampilan dalam bidangnya. Sehingga Ia sanggup melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik dengan maksimal.

2. Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang paling esensial. Dan ini sekaligus sebagai pembeda PTK dengan penelitian lainnya yang memakai responden dalam mengumpulkan data, sementara dalam PTK pengumpulan data dilakukan dengan refleksi diri. (Tahir,2012:80)

3.Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga interaksi antara siswa dengan guru sanggup terfokuskan secara maksimal. “Kelas” yang dimaksud di sini bukan hanya ruang yang berupa gedung, melainkan “tempat” berlangsungnya proses pembelajaran antara guru dan murid. (Suyadi,2012:6)

4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus menerus. PTK dilaksakan secara berkesinambungan di mana setiap siklus mencerminkan peningkatan atau perbaikan. Siklus sebelumnya merupakan patokan untuk siklus selanjutnya. Sehingga diperoleh model pembelajaran yang paling baik. (Daryanto,2011:6)

5.PTK merupakan salah satu indikator dalam peningkatan profesionalisme guru, alasannya PTK memberi motivasi kepada guru untuk berfikir Kritis dan sistematis, membiasakan guru untuk menulis, dan menciptakan catatan yang dapat. Di mana semua itu sanggup menunjang kemampuan guru dalam pembelajaran. (Daryanto,2011:6)

6.PTK bersifat fleksibel sehingga gampang diadaptasikan dengan keadaan kelas. Dengan demikian proses pembelajaran tidak monoton oleh satu model saja.(Tahir,2012:81)

7.PTK menggunakaan metode kontekstuall. Artinya variable- variable yang akan dipahami selalu berkaitan dengan kondisi kelas itu sendiri. Sehingga data yang diperoleh hanya berlaku untuk kelas itu saja dan tidak sanggup digeneralisasikan dengan kelas lain. (Tahir,2012:81)

8.PTK dalam pelaksanaannya terbikai dalam beberapa pembagian waktu atau siklus. (Sukardi,2011:212)

9.PTK tidak diatur secara khusus untuk memenuhi kepentingan penelitian semata. melainkan harus disesuaikan dengan jadwal pembelajaran yang sedang berjalan di kelas tersebut. (Sanjaya,2010:34)

10.Menurut Ibnu (dalam Aqib,2009:16) memaparkan bahwa PTK mempunyai karakteristik dasar yaitu:

a.Dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan pada duduk kasus yang dihadapi guru;

b. Adanya perpaduan dalam pelaksanaanya;

c.Peneliti sebagai media yang melaksanakan refleksi;

d.Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional;

e.Dalam pelaksanaannya terbagi beberapa siklus atau periode.


Menurut Richard Winter ada enan karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu :

1. Kritik Refleksi.

Salah satu langkah penelitian kualitatif pada umumya, dan khususnya penelitian tindakan kelas ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan acara suatu aksi. Hanya saja, di dalam(PTK) yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya penilaian atau penelitian, dan refleksi ini perlu adanya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf penilaian terhadap perubahan-perubahan. Adapun berdasarkan Schmuck (1997), yang dimaksud refleksi disini yakni refleksi dalam pengertian melaksanakan introspeksi diri, menyerupai guru mengingat kembali apa saja tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas, apa dampak dari tindakan tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian dan sebagainya.

2. Kritik Dialektis.

Dengan adanya kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melaksanakan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melaksanakan pemerisaan terhadap :

a. Kontek kekerabatan secara menyeluruh yang merupakan suatu unit walaupun sanggup dipisahkan secarta jelas.

b. Struktur pertentangan internal, maksudnya dibalik unut yang kelas yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.

3. Kritik Kolaboratif.

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) diharapkan hadirnya suatu kerjasama dengan pihak-pihak lain menyerupai atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya.

4. Kritik Resiko.

Dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agr peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya: Adanya tuntutan untuk melaksanakan suatu transformasi, dan Melesetnya hipotesis.

5. Kritik Susunan Jamak.

Pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal alasannya ditentukan oleh bunyi tunggal, penelitiannya. Akan tetapi, PTK mempunyai struktur jamak alasannya terperinci penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasitif dan kolaboratif.

6. Kritik Internalisasi Teori dan Praktek.

Di dalam penelitian tindakan kelad (PTK), keberadaan antara teori dan praktikbukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung dan keduanya berfungsi untuk mendukung transformasi.


Kedua diambil dari http://irawatiardi[dot]blogspot[dot]com pendapat lainnya wacana Karakteristik PTK, diantaranya :

1. Masalah yang diteliti dalam PTK yakni duduk kasus “mikro” yang dibatasi oleh “dinding-dinding kelas”. Masalah perbaikan pengajaran, evaluasi, dan pengayaan kurikulum merupakan salah satu target PTK. Objek PTK lebih berorientasi pada duduk kasus yang dihadapi guru dan siswa di dalam kelas.

2. PTK bersifat “evaluasi diri” terhadap kualitas pengajaran guru itu sendiri.

3. PTK merupakan penelitian terapan untuk memecahkan masalah-masalah real yang dihadapi guru dan siswa. Tujuan selesai dari PTK yakni untuk menyempurnakan kualitas PBM

4. PTK bersifat siklus. Artinya, perencanaan pengajaran dan pelaksanaan pembelajaran sanggup ditindaklanjuti dengan pengamatan dan upaya memperbaikinya. Hasil perbaikan tersebut sanggup diterapkan pada tahap berikutnya hingga mencapai kesempurnaan PBM yang diharapkan.

5. PTK berorientasi pada daya serap dan taraf serap materi pengajaran. Objek PTK dalam hal ini yakni keterukuran kemampuan siswa dalam menyerap materi pengajaran sesuai dengan RPP yang telah diterapkan guru.


Menurut Ibnu (dalam Aqib, 2009 :16) memaparkan bahwa PTK mempunyai karakteristik dasar, yaitu :

a. Dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan pada duduk kasus yang dihadapi guru.

b. Adanya perpaduan dalam pelaksanaannya.

c. Peneliti sebagai media yang melaksanakan refleksi

d. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional;

e. Dalam pelaksanaannya terbagi beberapa siklus atau periode


Menurut Kunandar (2008: 55) PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. On the job problem oriented (masalah yang diteliti yakni duduk kasus rill atau konkret yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti).

2. Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang dilakukan oleh guru sebagai upaya untuk memecahkan duduk kasus yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan PBM di kelasnya.

3. Improvement oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). PTK dilaksanakan dalam rangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru di kelasnya.

4. Cyclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri 4 tahapan, yaitu perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan, pengamatan atau observasi, dan analisis atau refleksi.

5. Action oriented. Dalam PTK selalu didasari pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.

6. Pengkajian terhadap dampak tindakan. Maksudnya dampak tindakan yang harus dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberi dampak positif lain, atau bahkan menjadikan dampak negative yang merugikan penerima didik.

7. Specifics Contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan mudah yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelas. permasalahan dalam PTK yakni permasalahan yang sifatnya spesifik kontekstual dan situasional sesuai dengan karakteristik siswa dalam kelas tersebut.

8. Partisipatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, menyerupai teman sejawat.

9. Peneliti sekaligus praktisi yang melaksanakan refleksi.

10.Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.


Ketiga diambil dari https://akhmadsudrajat[dot]wordpress[dot]com berdasarkan Drs. Tatang Sunendar, M.Si. dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat, yakni sbb: Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK mempunyai karakteristik yang relatif agak berbeda bila dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, contohnya penelitian naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK sanggup dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif alasannya pada dikala data dianalisis dipakai pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, alasannya penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya penilaian terhadap hasil yang dicapai setelah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya mempunyai karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada duduk kasus yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kerja sama dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melaksanakan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.


Menurut Richart Winter ada (enam) karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.

1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan acara suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya penilaian atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf penilaian terhadap perubahan-perubahan.

2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melaksanakan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melaksanakan investigasi terhadap: (a) konteks kekerabatan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun sanggup dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur pertentangan internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.

3. Kolaboratif; di dalam PTK diharapkan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain menyerupai atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan sanggup dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh alasannya pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan belahan dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi beliau juga terlibat eksklusif dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kerja sama di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang mengakibatkan suatu proses sanggup berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap aneka macam permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang sanggup dipakai untuk memahami sesuatu duduk kasus secara tuntas dan bisa dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari aneka macam pihak. Namun demikian memperoleh aneka macam pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang mempunyai ,kewenangan dan tanggung jawab untuk memilih apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang begitu memilih terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.

4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut semoga peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melaksanakan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, agresi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan alasannya ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya mengakibatkan pandangannya berubah.

5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal alasannya ditentukan oleh bunyi tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK mempunyai struktur jamak alasannya terperinci penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus meliputi semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti yakni situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.

6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para andal PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para andal penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya sanggup dipakai dan dikembangkan bersama.


Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang memakai paradigma kualitatif maupun paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah acara penelitian yang sanggup dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.


Sumber:

http://zulfaidah-indriana.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-karakteristik-penelitian.html (Online) diakses 09/11/2018.

http://irawatiardi.blogspot.com/2015/03/karakteristik-ptk-penelitian-tindakan.html (Online) diakses 09/11/2018.

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas-part-ii/ (Online) diakses 09/11/2018.



Sumber https://www.asikbelajar.com