Saturday, July 15, 2017

√ Kepemimpinan Transformasional Implikasi: Suatu Catatan Epilog

AsikBelajar.Com | Manusia yang berkualitas ialah insan yang sanggup memakai potensi fisik dan psikisnya untuk melihat dan merespons lingkungan sosialnya. Semakin banyak insan yang berkualitas, semakin sanggup dipastikan bahwa masyarakat kita berjalan secara beradab.


Dalam cacatan penutup ini sengaja penulis mengutip gagasan cemerlang tersebut sebagai bentuk pijakan dalam mengurai dampak keorganisasian dari kepemimpinan transformasional. Sebab pemimpin transformasional merupakan sosok pemimpin yang mempunyai keunikan dalam menyikapi dan merespons perkembangan situasi keorganisasian yang diselaraskan dengan perwujudan visi organisasi pendidikan tersebut. Kenyataan ini yang kemudian penulis yakini bahwa pemimpin transformasional merupakan insan yang berkualitas yang bisa membangun dan membawa perubahan dalam organisasi pendidikan dengan landasan nilai dan moral yang tinggi. Di sisi yang lain, ia juga mempunyai idealitas yang tinggi untuk merombak status quo organisasi pendidikan dengan kegesitan, kecepatan serta kemampuan menyesuaikan diri dalam membawa jalannya organisasi pendidikan untuk mempunyai tugas yang penting dalam menghadapi kondisi organisasi yang senantiasa mengalami perubahan.


Akan tetapi, idealisme yang dimiliki pemimpin transformasional tidak melangit dan sulit dijangkau atau diwujudkan, namun idealisme tersebut sangat “membumi” untuk terus diikuti oleh seluruh komponen pendidikan yang dalam praktiknya idealisme tersebut masih bisa dilakukan oleh siapa pun lantaran idealisme itu dimulai dari yang terkecil menuju ke arah yang lebih besar. Pada posisi yang demikian, tugas pemimpin sangat urgen untuk mendorong seluruh anggota organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan dan visi organisasi. Jadi, lazim kemudian kalau kepemimpinan pada ranah ini merupakan bentuk batasan dari kemampuan/kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) semoga bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama. Dalam dorongan ini juga muncul wewenang yang merupakan rentetan konsekuensi dari kepemimpinan tersebut, apalagi pemimpin tersebut merupakan seseorang yang diberikan keyakinan untuk menunjukkan komando atau instruksi kepada orang-orang yang telah menunjukkan keyakinan untuk mencapai tujuan tertentu, dengan harapan pemberi keyakinan tersebut akan lebih baik nasibnya dibandingkan dari kepemimpinan sebelumnya.


Oleh alasannya itu, idealisme dari sosok pemimpin transformasional tidak serta-merta digulirkan dan diterapkan tanpa mengikuti alur gerak dari komponen organisasi pendidikan. Ia akan memulai acara untuk mewujudkan idealisme itu dari dirinya sendiri sebagai pioner perwujudan idealisme organisasi. Dengan menimbulkan dirinya wujud positif yang bisa diimitasikan dengan gampang oleh yang dipimpinnya tanpa ada multitafsir. Apalagi organisasi pendidikan merupakan unit yang dikoordinasikan dan berisi paling tidak dua orang atau lebih yang fungsinya ialah untuk mencapai tujuan bersama atau seperangkat tujuan bersama; jadi sangat riskan kalau terjadi keretakan dalam pembingkaian keija sama untuk mencapai tujuan organisasi pendidikan. Pada ranah ini pemimpin transformasional melaksanakan pembenahan yang mendasar dalam mewujudkan visi yang berlandaskan pada idealismenya.


Keinginan yang ideal tersebut menumbuhkan pada diri pemimpin transformasional teladan pikir perubahan untuk organisasi pendidikan yang lebih baik dengan sikap yang dimunculkan melalui bentuk usaha dan pengorbanan untuk kemajuan organisasi pendidikan ke depan, termasuk memerankan kekuasaan dalam menjaga stabilitas fokus kerja kepemimpinannya. Proporsional yang dikembangkan pemimpin transformasional juga turut serta menjadi pecahan penting penyokong keteguhan dari organisasi pendidikan yang lebih tangguh, kompetitif dan dinamis. Imbas dari semua ini ialah profesionalitas komponen organisasi pendidikan dalam menjaga performance kinerja terlebih produktivitas terlebih pada masa kontemporer yang ditandai dengan akselerasi perubahan di segala bidang terutama aspek pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Kesadaran tersebut juga ditumbuhkan dalam bentuk sikap yang mengedepankan sikap apresiatifterhadap urgensi budaya perubahan. Sebab pada kenyataannya, budaya sering kali menghalangi upaya perubahan yang ingin dilakukan oleh pemimpin transformasional. Keadaan ini sangat disadari oleh pemimpin transformasional; oleh lantaran itu, ia siap untuk mengubah budaya tersebut dengan tetap menganut nilai dan norma yang luhur. Ia menyadari apa pun upayanya untuk merombak tatanan status quo akan sering terhambat kalau budaya di organisasi pendidikan itu tidak mendukung perubahan, bahkan nilai dan norma yang ada dalam budaya tersebut menjadi alasan utama setiap counter dari pendukung status quo untuk menolak perubahan. Padahal dorongan pemimpin transformasional dalam melaksanakan perubahan memfokuskan pada peningkatan dari hasil selesai atau produktivitas dan kinerja organisasi pendidikan itu sendiri.


Sedangkan profesionalitas dan kualitas kerja para komponen organisasi pendidikan juga merupakan indikasi dari adanya kesepakatan afektif komponen organisasi pendidikan sendiri terhadap organisasi sebagai suatu tempat mengabdi, mengeksplorasi potensi diri atau bahkan sebagai tempat mencari “nilai hemat untuk kehidupan dirinya”, sehingga sanggup dikatakan seorang komponen organisasi pendidikan yang mempunyai kesepakatan terhadap organisasi pendidikan tempatnya “berproses” akan berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai organisasi pendidikan dengan sepenuh hati demi kemajuan organisasinya. Komitmen terhadap organisasi sanggup muncul disebabkan banyak sekali faktor, salah satu faktornya ialah teladan pikir dari kepemimpinan transformasional yang menginginkan perubahan dalam organisasi pendidikan tersebut dengan idealisme yang tinggi. Di sisi yang lain kepemimpinan transformasional menunjukkan implikasi logis pada setiap bawahan kalau mengikuti pemimpin tersebut akan sanggup memberi mereka wangsit dengan visi yang terperinci dengan cara dan energi yang baik untuk mencapai sesuatu tujuan yang besar.


Pola pikir ibarat fakta tersebut yang menjadi pembeda yang sangat besar antara pemimpin transformasional dengan tipe pemimpin lainnya. Jika teori kepemimpinan pada umumnya akan menimbulkan kesejahteraan sebagai sesuatu yang “harus” didapat oleh pemimpin secara pribadi, tapi dalam hal ini pemimpin transformasional menimbulkan dirinya untuk siap menderita dan berkorban demi terwujudnya visi organisasi pendidikan tersebut. Pemimpin ini menggadaikan dirinya, haknya, dan segala yang dimilikinya menjadi pecahan dari hal yang perlu dipakai untuk kepentingan organisasi pendidikan. Dengan demikian, bisa dikonklusikan bahwa kepentingan komunitas bagi pemimpin transformasional lebih tinggi dan utama dibandingkan dengan kepentingan individualnya, sehingga kepentingan komunitas menerima prioritas yang utama.


Maka aspek-aspek yang dilakukan oleh kepemimpinan transformasional akan memunculkan keyakinan dari bawahan dan dampak dari faktor ini ialah kepatuhan, kesetiaan, dan rasa hormat bawahan terhadap pemimpin. Oleh alasannya itu, untuk mengukur seseorang pemimpin sebagai pemimpin transformasional diukur dari tingkat kepercayaan, kepatuhan, kekaguman, kesetiaan dan rasa hormat para pengikutnya. Inilah yang kemudian, kepemimpian transformasional mempunyai keterkaitan dengan kepemimpinan kharismatik atau potensi kharisma pada diri pemimpin. Aspek kharismatik pada diri pemimpin ialah pecahan penting dari kepemimpinan transformasional, namun kharisma itu sendiri tidak cukup untuk proses transformasional. Pemimpin kharismatik lebih dari sekadar percaya diri pada keyakinannya, melainkan pula melihat dirinya sendiri ibarat mempunyai suatu tujuan dan takdir supranatural. Sementara itu, pengikutnya bukan saja memercayai dan menghormati pemimpin yang kharismatik, melainkan pula memuja dan menyembah pemimpinnya sebagai seorang jagoan yang melebihi insan atau tokoh spiritual. Pemimpin kharismatik dipandang mempunyai kebesaran, sekaligus menjadi katalisator prosedur psikodinamik pengikutnya.


Oleh alasannya itu, dampak yang paling terperinci terlihat dalam kehidupan organisasi pendidikan tersebut, apalagi sikap kepemimpinan dalam organisasi tersebut mengarah pada aspek transformasional yaitu transformasi tatanan nilai dan norma terutama dalam pembangunan budaya organisasi dalam organisasi pendidikan itu sendiri. Makna yang dimaksud pada transformasi organisasi di sini ialah perubahan-perubahan drastis yang terjadi dalam organisasi pendidikan yang menyangkut cara organisasi pendidikan berfungsi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan yang sangat mendasar mempunyai implikasi yang mendasar pula dalam struktur keorganisasian pendidikan ke depan, sehingga transformasi organisasi mengandung makna bahwa upaya perubahan yang dilakukan bersifat drastis dan mendadak yang diarahkan pada tiga faktor organisasional, yaitu: struktur organisasi sebagai keseluruhan, proses administrasi dan kultur organisasi. Tiga faktor ini yang bersifat mendasar untuk perubahan organisasi secara keseluruhan yang juga akan kuat pada cara organisasi bekerja dan beroperasi.


Dengan demikian, sanggup dikatakan bahwa sebagai pemimpin yang efektif kalau pemimpin bukan saja membawa organisasi pendidikan ke arah terjadinya proses pertukaran dengan kemauan atau keinginan para pengikutnya (pemimpin transaksional) yang hanya memunculkan status quo dalam organisasi, tetapi dalam proses bergulirnya organisasi pendidikan perlu adanya pemimpin yang sanggup mengangkat dan mengarahkan pengikutnya ke arah yang benar, ke arah moralitas dan motivasi yang lebih tinggi (pemimpin transformasional) yang kesannya membawa suatu proses dinamika dalam organisasi. Pemimpin yang mempunyai kemampuan memerankan fungsi secara transformasional merupakan prakondisi bagi perubahan-perubahan dalam badan organisasi pendidikan.


Perubahan-perubahan ibarat deskripsi tersebut merupakan perubahan yang bersifat organisasional sistemik-integralistik yang pada sisi mikro akan berdampak pula sebagai proses pembaruan yang terencana. Maksud perubahan ini ialah adanya perubahan pada seluruh bagian-bagian, departeman-departemen dalam organisasi pendidikan yang sudah tersistemkan dan terintegralkan dengan teladan yang menyeluruh termasuk pada pecahan komponen organisasi pendidikan. Kepemimpinan transformasional selain meyebabkan perubahan sistem struktural tersebut, juga berdampak terhadap perubahan-perubahan kehidupan subjek-subjek organisasi lantaran sasaran umum eksplisit dari pengembangan organisasi pendidikan yaitu pertumbuhan dan pengembangan individu-individu pada semua tingkat organisasi pendidikan yang diekspektasi akan mengakibatkan timbulnya peningkatan eHsiensi dan efektivitas keorganisasian.


Pemimpin transformasional intinya menggiring organisasi pendidikan pada bentuk pengembangan organisasi ke arah yang lebih baik Artinya, pemimpin memobilisasi organisasi dengan arah yang lebih baik berlandaskan pada paradigma pengembangan organisasi untuk membentuk organisasi yang secara terus-menerus beranjak dari stage satu ke stage yang lain dalam bingkai peningkatan mutu pendidikan. Bahkan kepemimpinan ini juga berimplikasi pada adanya perubahan dan pengembangan administrasi organisasi pendidikan. Pengembangan administrasi ialah perubahan dan pengembangan yang terjadi secara gradual lantaran sudah direncanakan. Dalam administrasi ibarat itu akan ada kegiatan-kegiatan pengembangan administrasi yang ditujukan untuk membantu terjadinya proses perubahan, proses perubahan tersebut dilakukan secara berencana dan sistemik dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasi melalui perubahan pada mereka yang menduduki posisi struktural.


Dilihat pada perubahan yang dilakukan pemimpin transformasional, maka pemimpin ini secara eksplisit organisasi pendidikan mengalami hentakan penggantian sistem yang luar biasa. Kondisi ini akan menggeser peran-peran otoritas usang yang tidak lagi sesuai dengan perubahan yang terjadi. Akan tetapi, pada prinsipnya penerapan kepemimpinan transformasional yang membawa kepada peningkatan kinerja sebagai jawaban dari adanya perubahan baik pada tingkat makro maupun mikro, yang mana keduanya saling berafiliasi dan penting untuk membuat perubahan-perubahan besar dalam organisasi. Artinya, penerapan perubahan yang dilakukan pemimpin transformasional bukan merupakan suatu teladan permainan yang tidak membuahkan hasil, namun merupakan suatu tindakan pada peningkatan kinerja organisasi pendidikan.


Jika demikian, maka peningkatan kinerja organisasi merupakan buah dari perubahan yang direncanakan secara saksama dan perubahan administrasi ini secara otomatis akan kuat pada perubahan organisasi pula yang pada aspek ini bergotong-royong ada beberapa tujuan yang menjadi dasar bagi pengembangan organisasi yang dilakukan oleh pemimpin, salah satu di antaranya ialah mengubah dan membuatkan pandangan terhadap perspektif organisasi pendidikan dengan memperluas wawasan pada anggota organisasi pendidikan itu sendiri, khususnya pimpinan puncak/tingkat atas dan pimpinan menengah, yang sanggup dikembangkan hingga pimpinan tingkat bawah termasuk staf yang paling bawah.


Dampak perubahan yang demikian akan terjadi dalam semua level organisasi, baik makro maupun mikro. Pada tingkat makro, perubahan difokuskan pada organisasi secara keseluruhan. Isu-isu semacam visi, misi, prinsip, instruksi tujuan, target, dan seni administrasi organisasi pendidikan masuk dalam kategori ini. Sedangkan perubahan pada level mikro menekankan tugas individu, faktor-faktor sosial yang terlibat di antaranya: budaya korporat, tim kerja, struktur organisasi, juga pemenuhan kebutuhan kerja. Akan tetapi yang perlu pengutamaan pada kerangka ini ialah peningkatan kemampuan mengadaptasi perubahan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai kerja. Sebuah organisasi apa pun bentuk dan sifatnya selalu merupakan pecahan integral dengan masyarakatnya, baik dalam lingkup lokal, daerah, nasional, regional, dan internasional. Organisasi tidak sanggup dilepaskan dari perkembangan dan kemajuan masyarakat dalam lingkungan tersebut. Perubahan nilai-nilai sosial khususnya perubahan nilai-nilai kerja yang terjadi dan berkembang di masyarakat harus diubahsuaikan oleh setiap organisasi.


Sumber:

Setiawan, Agus dkk. 2013. Transformasional Leadership (Ilustrasi di Bidang Organisasi Pendidikan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal. 201-207.



Sumber https://www.asikbelajar.com